Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PEMBERDAYAAN PERAN KADER UNTUK PENINGKATAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN PERNIKAHAN USIA DINI MELALUI PELATIHAN POSYANDU REMAJA Hamidiyanti, Baiq Yuni Fitri; Sulianty, Ati
Jurnal Pengabdian Masyarakat Sasambo Vol 5, No 1 (2023): November
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/jpms.v5i1.1451

Abstract

SDGs merupakan agenda global yang dicanangkan oleh PBB, prinsip SDGs memastikan tidak ada seorangpun yang terlewatkan atau “no-one left behind” dalam pembangunan berkelanjutan, termasuk dalam kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan tercantum dalam tujuan SDGs 5.3 yang berbunyi, “Menghapuskan semua praktik berbahaya, seperti perkawinan usia anak, perkawinan dini dan paksa, serta sunat perempuan”. Permasalahan perkawinan dini di Indonesia meningkat selama masa pandemi Covid-19, tercatat hingga Juni 2020 pada angka 24.000. Pernikahan dini menjadi salah satu penyebab permasalahan stunting pada anak di tanah air. WHO menyebut salah satu masalah stunting karena tingginya pernikahan dini dan rendahnya pengetahuan kesehatan reproduksi remaja. Selain kualitas pengetahuan kesehatan reproduksi, tiga faktor lain yang dapat meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi remaja adalah dengan menerapkan demokratik parenting yang optimal, dukungan teman sebaya dan disediakannya konseling kesehatan reproduksi remaja. Tujuan dari pelaksanaan pengabmas ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader posyandu remaja dalam memberikan KIE kesehatan reproduksi dan pernikahan usia dini. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Suranadi Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat. Sasaran pengabmas adalah kader posyandu remaja jumlahnya 30 orang. Kegiatan intervensi pelatihan dilaksanan selama 2 hari dan narasumber dari Puskesmas Suranadi, pemberian materi melalui diskusi menggunakan metode Buzz Group dan pelatihan KIE Kespro dan pernikahan usia dini melalui praktek langsung ke remaja yang bertujuan agar kader remaja mampu menjadi seorang konselor sebaya . Evaluasi dilakukan selama 2 kali intervensi dengan melihat langsung penerapan praktek KIE ke remja selama 2 bulan. Ada peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader remaja dengan nilai rata – rata pre test pengetahuan 45,37 meningkat menjadi 87,4 pada saat post test dengan katagori tertinggi pada tidak terampil sejumlah 26 orang. Nilai rata – rata post test keterampilan 66,40 meningkat menjadi 89,40 pada saat post test dengan katagori tertinggi pada terampil sejumlah 30 orang atau 100 % terampil.
Studi Kasus : Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny. A Akseptor KB MOW Hamidiyanti, Baiq Yuni Fitri; Rachmawati Suseno, Mutiara; Sulianty, Ati; Rusdita, Ida Ayu
Indonesian Health Issue Vol. 2 No. 2 (2023): AGUSTUS
Publisher : Indonesian Journal Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47134/inhis.v2i2.54

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Di provinsi NTB penggunaan alat kontrasepsi MOW 19,41%. Jumlah ibu yang menggunakan alat kontrasepsi MOW di provinsi NTB pada tahun 2021 yakni 8.452 kasus per 661.089 jumlah kelahiran hidup, sedangkan jumlah ibu yang menggunakan alat kontrasepsi MOW tahun 2020 sebanyak 10.722 kasus. Jadi, terdapat penurunan angka penggunaan kontrasepsi MOW pada tahun 2021 . TFR di NTB pada tahun 2018-2021 yaitu 2018 (2,8%), 2019 (2,5%) dan 2021 (2,5%). Tujuan: Untuk mengetahui asuhan kebidanan keluarga berencana dengan Akseptor KB MOW. Metode: Metode deskriptif dengan jenis studi penelaahan kasus (case study) yang menggunakan data primer dan data sekunder dari anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan kadar hemoglobin, dan buku KIA. Subyek dalam studi kasus ini adalah Ny “A”, dengan Akseptor KB MOW. Hasil: Penanganan pada MOW dilakukan Tindakan SC.Setelah pemberian asuhan selama 4 hari, pada kunjungan akhir keadaan ibu membaik. Kesimpulan: Setelah dilakukan operasi tidak terjadi perdarahan dan dilakukan transfusi darah, diberikan therapy oral serta nutrisi yang dapat memulihkan luka operasi pada ibu. Sehingga tidak terjadi infeksi pada luka operasi. Background: In the province of NTB the use of MOW contraception was 19.41%. The number of mothers using MOW contraception in the province of NTB. In 2021, there were 8,452 cases per 661,089 live births, while the number of mothers using MOW contraception in 2020 was 10,722 cases. So, there is a decrease in the number of MOW contraceptive use in 2021. TFR in NTB in 2018-2021 namely 2018 (2.8%), 2019 (2.5%) and 2021 (2.5%). Objective: To find out about family planning midwifery care with MOW KB acceptors. Methods: Descriptive method with the type of case study using primary data and secondary data from anamnesis, physical examination, examination of hemoglobin levels, and the MCH handbook. The subject in this case study is Mrs "A", with MOW KB acceptor. Result: Treatment for MOW was carried out by SC action. After providing care for 4 days, at the final visit the mother's condition improved. Conclusion: After the operation there was no bleeding and a blood transfusion was performed, oral therapy and nutrition were given to restore the surgical wound to the mother. So that there is no infection in the surgical wound.
Studi Kasus : Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ny. R dengan Pre Eklamsia Berat Sulianty, Ati; Hamidiyanti, Baiq Yuni Fitri; Rachmawati Suseno, Mutiara; Rahmayanti, Erika
Indonesian Health Issue Vol. 3 No. 1 (2024): FEBRUARI
Publisher : Indonesian Journal Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47134/inhis.v3i1.60

Abstract

Latar Belakang: Tahun 2021, ada 114 kasus kematian ibu di Provinsi NTB. Angka kematian ibu terdiri dari 27 kasus perdarahan, 26 kasus hipertensi kehamilan, 4 kasus infeksi, 20 kasus COVID-19, sisanya menrupakan gabungan beberapa kasus .Berdasarkan laporan tahunan RSUD Dr.R. Soedjono Selong tahun 2021 menunjukkan 293 kasus persalinan disebakn oleh preeklamsia berat. Tujuan: Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada ibu bersalin Dengan Pre Eklamsia Berat. Mode Penelitian: Subyek studi kasus ini adalah "Ny.R" dengan pre-eklamsia berat, penggumpulan data menggunakan data primer mulai dari  anamnesa, pemeriksaan fisik, penentuan diagnose, rekam medis, dan data sekunder melalui register, dan buku KIA. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif.Hasil: terdapat perubahan kondisi ibu yang menjadi lebih baik setelah diberikan asuhan Pada awal kunjungan tekanan darah 150/100 mmHg dan di akhir kunjungan menurun menjadi 130/80 mmHg. Intervensi pemberian KIE selama 2 hari.Kesimpulan:Terjadi penurunan tekanan darah ibu setelah diberikan asuhan Background: In 2021, there were 114 cases of maternal death in NTB Province. The maternal mortality rate consists of 27 cases of bleeding, 26 cases of pregnancy hypertension, 4 cases of infection, 20 cases of COVID-19, the rest is a combination of several cases. Based on the annual report of RSUD Dr.R. Soedjono Selong in 2021 showed 293 cases of childbirth caused by severe preeclampsia Objective: To determine midwifery care for mothers giving birth with severe pre-eclampsia Method : The subject of this case study is "Mrs. The type of research used was descriptive. Results: there was a change in the mother's condition which became better after being given care. At the beginning of the visit the blood pressure was 150/100 mmHg and at the end of the visit it had decreased to 130/80 mmHg. The intervention was providing IEC for 2 days. Conclusion : There was a decrease in maternal blood pressure after being given care.
Pengaruh Birth Ball Terhadap Lama Persalinan Kala I Fase Aktif Pada Primigravida Rahim, Rosita; Rachmawati Suseno, Mutiara; Sulianty, Ati; Hamidiyanti, Baiq Yuni Fitri
Indonesian Health Issue Vol. 3 No. 2 (2024): AGUSTUS
Publisher : Indonesian Journal Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47134/inhis.v3i2.74

Abstract

Latar belakang: Lama persalinan kala I pada primigravida mempunyai durasi yang lebih lama daripada multigravida. Semakin lama proses persalinan, ibu bersalin akan merasakan kelelahan yang dapat mengakibatkan kontraksi uterus yang tidak adekuat, akibatnya akan terjadi persalinan yang memanjang, peningkatan distres maternal, dan peningkatan resiko perdarahan postpartum yang menyumbang angka kematian ibu. Upaya fisiologis yang bisa dilakukan selama persalinan kala I, yaitu salah satunya adalah dengan memberikan intervensi  birthing ball. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh birthing ball terhadap lama persalinan kala I fase aktif pada primigravida. Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian  quasy  experiment. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 34 responden yang terdiri dari 17 responden kelompok intervensi dan 17 responden kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan partograf, kemudian data dianalisa menggunakan uji statistik Independent Samples T-test.  Hasil: Pada kelompok intervensi birthing ball didapatkan hasil rata-rata lama persalinan kala I fase aktif selama 204,18 menit (3 jam 24 menit), dan pada kelompok kontrol selama 252,35 menit ( 4 jam 12 menit). Hasil analisa data didapatkan nilai p value sebesar 0,019 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata lama persalinan kala I fase aktif pada kelompok intervensi birthing ball dan kelompok control. Kesimpulan: Terdapat pengaruh birthing ball terhadap lama persalinan kala I fase aktif pada primigravida. Background: The duration of the first stage of labor in primigravidas is longer than in multigravidas. The longer the labor process, the more the mother in labor will feel tired which can result in inadequate uterine contractions, resulting in prolonged labour, increased maternal distress, and an increased risk of postpartum hemorrhage which contributes to maternal mortality. One of the physiological efforts that can be carried out during the first stage of labor is by providing birth ball intervention. Objective: To determine the effect of the birth ball on the length of labor in the active phase of first stage in primigravida. Purpose: To determine the effect of the birth ball on the length of labor in the active phase of first stage in primigravid. Methods: This research uses a quasi-experimental research method. The sampling technique used purposive sampling technique with a total sample of 34 respondents consisting of 17 intervention group respondents and 17 control group respondents. Data were collected using observation sheets and partographs, then the data were analyzed using the Independent Samples T-test statistical test. Results: The first stage of labor in the active phase was 204.18 minutes (3 hours 24 minutes), and in the control group it was 252.35 minutes (4 hours 12 minutes). The results of data analysis showed that the p value was 0.019 < 0.05, so H0 was rejected and Ha was accepted, meaning that there was a significant difference between the average length of labor during the first active phase in the birth ball intervention group and the control group. Conclusion: There is an effect of the birth ball on the length of labor in the first stage of the active phase in primigravida.
PELATIHAN KADER POSYANDU UNTUK PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PERAWATAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) Sulianty, Ati; Hamidiyanti, Baiq Yuni Fitri; Suseno, Mutiara Rachmawati
Jurnal Pengabdian Masyarakat Sasambo Vol 6, No 1 (2024): November
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/jpms.v6i1.1699

Abstract

Program yang ingin dicapai dalam Sustainable Development Goal 3.2 pada tahun 2030 adalah angka kematian bayi ≤ 12 kasus per 100 kelahiran hidup. Akan tetapi pada kenyataannya didapatkan angka kesakitan dan kemaitian bayi di indonesia masih tinggi. Total kematian bayi di Indonesia sebanyak 21,447 sebagian besar kematian terjadi pada usia neonatal sebanyak 18.281, penyebab kematian terbanyak pada bayi disebabkan oleh BBLR sebanyak 28,2%. Provinsi NTB melaporkan jumlah kejadian BBLR sebanyak 3690 atau 12,36 % dari total jumlah bayi baru lahir. BBLR memerlukan penanganan yang khusus agar dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Salah satu metode penanganan sederhana dan terbukti efektif adalah dengan metode kanguru. Kesiapan ibu dan keluarga dalam memberingan asuhan pada bayi BBLR yang kurang sehingga membutuhkan bantuan selama perawatan BBLR. Kader Kesehatan sebagai garda terdepan dibutuhkan dalam memberikan bantuan bagi ibu dan keluarga dalam perawatab BBLR. Dalam menjalankan peran tersebut dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang memadai terkait dengan metode kanguru.Tujuan dari pelaksanaan pengabmas ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader posyandu dalam perawatan metode kanguru. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Suranadi Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat. Sasaran pengabmas adalah kader posyandu jumlahnya 30 orang. Kegiatan intervensi pelatihan dilaksanan selama 2 hari dan narasumber dari Puskesmas Suranadi, pemberian materi melalui ceramah tanya jawab dan demonstrasi perawatan metode kanguru, selanjutnya masing-masing kader langsung praktek perawatan metode kanguru. Evaluasi dilakukan selama 2 kali melihat pertama saat kader melakukan penyuluhan di posynadu pada ibu hamil, kedua saat kunjungan rumah pada keluarga yang memiliki BBLR. Hasil kegiatan pengabmas terdapat peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader dengan nilai rata – rata pre test pengetahuan 48,27 meningkat menjadi 84,32 pada saat post test. Setelah dilakukan demonstrasi keterampilan dan masing-masing kader mencoba sebanyak 30 (100%) orang kader masuk dalam kelompok terampil dengan nilai rata-rata 87,48.
Kenaikan Berat Badan Bayi Usia 1 Bulan Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah Sulianty, Ati; Fitri Hamidiyanti, Baiq Yuni; Pratiwi, Intan Gumilang
Midwifery Care Journal Vol. 6 No. 2 (2025): April 2025
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/micajo.v6i2.12840

Abstract

 Growth at the age of 1 month is an important beginning for babies with a history of low birth weight (LBW). Gestational age, gender and birth weight are factors that must be considered in the growth process. The purpose of this study was to determine the relationship between gestational age, gender and birth weight with weight at 1 month of age.Observational analytical research with a retrospective cohort design and quantitative study methods was conducted from January to December 2024. The samples used were all LBW infants whose weight was measured at the age of 1 month, as many as 80 infants who met the inclusion criteria. The samples were weighed and the results were recorded on the KMS sheet for LBW infants and the results were plotted on the 1 month old weight growth chart. Furthermore, the results were categorized into two groups: appropriate and inappropriate.The research shows the results for gestational age and baby weight at 1 month with a value (p-value = 0.041). Gender with 1 month baby weight with value (p-value = 0.022) and history of birth weight with 1 month baby weight with value (p-value = 0.037). The conclusion is that there is a relationship between gestational age, gender and birth weight history with the weight of a 1 month old baby
Perbandingan Metode Demonstrasi dan Video Terhadap Keterampilan Perawatan Payudara Ibu Hamil Trimester III Hamidiyanti, Baiq Yuni Fitri; Pratiwi, Intan Gumilang; Sulianty, Ati; Suseno, Mutiara Rachmawati; Faiqah, Syajaratuddur
Midwifery Care Journal Vol. 5 No. 2 (2024): April 2024
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/micajo.v5i2.11197

Abstract

Exclusive breastfeeding given to children from birth to 6 months of age with no supplementary foods and beverages. exclusive breastfeeding was one of the keys to reduce infant mortality rate (IMR). The coverage of babies receiving exclusive breast milk in 2019 was 67.74%. The low level of exclusive breastfeeding is influenced by many factors, one of which is the mother's lack of awareness of the importance of breastfeeding in the first 6 months after giving birth. Breasts need to be prepared during pregnancy, which impacts providing IMD (Early Initiation of Breastfeeding), which influences exclusive breastfeeding. Research aim was to compare the effectiveness between  media phantom and video regarding the Breast Care Skills of Pregnant Women in the Third Trimester. The research used quasi-experiment with a non-equivalent control group design. The research sample was obtained by purposive sampling of 60 people (30 intervention groups and 30 control groups). The results of data analysis used Mann-Whitney test. Results showed that p value p = 0.000, meaning p < 0.05, stating that the demonstration using phantom media was more effective in improving breast care skills in third-trimester pregnant women. In conclusion, it is hoped that this guide can be used by stakeholders or service partners and motivate pregnant women to carry out breast care since pregnancy so that they can successfully provide exclusive breastfeeding until the baby reaches 6 months.
HUBUNGAN STATUS GIZI IBU HAMIL ANEMIA DENGAN PERTUMBUHAN BERAT BADAN JANIN Rukmantara, Anindita Rahmayanti; Sulianty, Ati
Jurnal Midwifery Update (MU) Vol. 5 No. 2 (2023): Jurnal Midwifery Update (MU)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/jmu.v5i2.169

Abstract

AbstrakLatar Belakang: NTB berada pada peringkat ketiga prevalensi stunting tertinggi di Indonesia dengan angka 37,2%. Salah satu penyebab stunting karena kekurangan gizi selama kehamilan yang dapat menyebabkan anemia dan menyebabkan pertumbuhan janin terhambat.Tujuan: Untuk mengetahui hubungan status gizi ibu dengan pertumbuhan berat badan janin pada ibu hamil anemia.Metode: Penelitian ini menggunakan metode Observational Analitik dalam pendekatan Cross Sectional dengan populasi seluruh ibu hamil anemia yang diambil data status gizinya saat kunjungan awal di wilayah kerja UPT BLUD Puskesmas Meninting dengan jumlah sampel 30 orang. Pengambilan sampel dengan Purposive Sampling pada usia kehamilan 21-27 minggu. Pertumbuhan berat badan janin dipantau setiap bulan menggunakan alat USG sebanyak 3 kali oleh dokter Sp.OG yang sama. Uji statistik yang digunakan adalah uji Fisher’s Exact Hasil: Status gizi ibu hamil anemia terbanyak berada pada kategori kurus dengan IMT <18.5 sejumlah 15 orang (50%). Mayoritas pertumbuhan berat badan janin mengalami ketidaksesuaian yakni sejumlah 16 orang (53%) pada pemeriksaan USG ke-1, 17 orang (57%) pada pemeriksaan USG ke-2 serta 18 orang (60%) pada pemeriksaan USG ke-3. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p-value 0,008 (p < 0.05).Kesimpulan: Terdapat Hubungan Antara Status Gizi Ibu dengan Pertumbuhan Berat Badan Janin pada Ibu Hamil Anemia. AbstractBackground: NTB is ranked third in the highest stunting prevalence in Indonesia with 37.2%. One of the causes of stunting due to malnutrition during pregnancy which can cause anemia and fetal growth to be inhibited.Objective: To determine the correlation of maternal nutritional status with fetal weight growth in anemic pregnant women.Method: This study used the Observational Analytical method in the Cross-Sectional approach which the population is anemia pregnant women whose nutritional status data was taken at the initial visit in the working area of Meninting Public Health Center with 30 people as the sample. Sampling used Purposive Sampling with 21-27 weeks gestational age. The growth of fetal weight was monitored every month using an ultrasound device 3 times by the same Sp. OG doctor. The statistical test used is the Fisher’s Exact test.Results: The nutritional status of the most anemia pregnant women were in the thin category with BMI < 18.5 with 15 people (50%). Majority of thefetal weight growth experienced a mismatch, 16 people (53%) on the 1st ultrasound examination, 17 people (57%) on the 2nd ultrasound examination and 18 people (60%) on the 3rd ultrasound examination. The statistical test results show that p-value is 0.008 (p <0.05).Conclusion: There is a correlation between maternal nutritional status and fetal weight growth in pregnant women with anemia. 
HUBUNGAN STATUS GIZI IBU HAMIL ANEMIA DENGAN PERTUMBUHAN FEMUR LENGHT JANIN Aquarista, Nita; Sulianty, Ati
Jurnal Midwifery Update (MU) Vol. 5 No. 2 (2023): Jurnal Midwifery Update (MU)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/jmu.v5i2.175

Abstract

Latar Belakang : Angka stunting yang tinggi di Lombok Barat (24.4%) tahun 2017 menempati peringkat pertama di NTB.  Salah satu penyebabnya adalah status gizi kurang sebelum hamil dan anemia. Status gizi dapat ditentukan dengan IMT pra-hamil. Kurangnya status gizi berkaitan dengan kejadian anemia. Keduanya dapat menghambat pertumbuhan janin khususnya pertumbuhan femur length.  Tujuan : Untuk mengetahui hubungan status gizi ibu dengan pertumbuhan femur length janin pada ibu hamil anemia. Metode : Penelitian ini menggunakan Observational Analitik (Non-Eksperimental) dan pendekatan Cross Sectional dengan populasi seluruh ibu hamil anemia di wilayah kerja UPT BLUD Puskesmas Meninting, usia kehamilan awal 21-27 minggu. Sampel yang digunakan sebanyak 30 orang menggunakan teknik Purposive Sampling. Penelitian ini dilakukan dengan memantau hasil USG setiap bulan sebanyak 3 kali di dokter spesialis kandungan yang sama. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Fisher Exact. Hasil: Status gizi sampel ibu hamil anemia paling banyak berada pada kategori kurus dengan IMT ≤ 18.5 sebanyak 19 orang (63%). Paling banyak pertumbuhan femur length janin mengalami ketidaksesuaian yaitu 25 orang (83.3%) dan 5 orang (16.7%) mengalami pertumbuhan sesuai. Hasil uji dengan Fisher Exact menunjukan p-value 0.047 (p < 0.05).  Kesimpulan : Terdapat Hubungan Antara Status Gizi Ibu dengan Pertumbuhan Femur Length Janin pada Ibu Hamil Anemia. AbstractBackground : High stunting rates in West Lombok (24.4%) in 2017 ranked first in NTB. One of the causes is poor nutritional status before pregnancy and anemia. Nutritional status can be determined by pre-pregnancy BMI. Lack of nutritional status is related to the incidence of anemia. These problems can inhibit fetal growth, especially femur length. Aim : To determine the correlation of maternal nutritional status with growth of fetal femur length in anemic pregnant women. Method : This study used Observational Analysis (Non-Experimental) and Cross Sectional approach with population of all anemic pregnant women in the working area of Meninting Health Care Center with initial gestational age of 21-27 weeks. The sample used was 30 samples using purposive sampling technique. This study was conducted by monitoring the results of ultrasound examination every month for 3 times at the same obstetrician. The test used in this study was Fisher Exact test. Results : The nutritional status of anemic pregnant women mostly in the thin category with BMI ≤ 18.5 as much as 19 people (63%). Mostly fetal femur length growth is unsuitable that is 25 people (83.3%) and 5 people (16.7%) experience suitable growth. Results of the test using Fisher Exact show p-value 0.025 (p <0.05). Conclusion : There is a Correlation Between Maternal Nutritional Status and Growth of Fetal Femur Length in Anemic Pregnant Women.
PEMBERDAYAAN PERAN KADER UNTUK PENINGKATAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN PERNIKAHAN USIA DINI MELALUI PELATIHAN POSYANDU REMAJA Hamidiyanti, Baiq Yuni Fitri; Sulianty, Ati
Jurnal Pengabdian Masyarakat Sasambo Vol. 5 No. 1 (2023): November
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/jpms.v5i1.1451

Abstract

SDGs merupakan agenda global yang dicanangkan oleh PBB, prinsip SDGs memastikan tidak ada seorangpun yang terlewatkan atau “no-one left behind” dalam pembangunan berkelanjutan, termasuk dalam kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan tercantum dalam tujuan SDGs 5.3 yang berbunyi, “Menghapuskan semua praktik berbahaya, seperti perkawinan usia anak, perkawinan dini dan paksa, serta sunat perempuan”. Permasalahan perkawinan dini di Indonesia meningkat selama masa pandemi Covid-19, tercatat hingga Juni 2020 pada angka 24.000. Pernikahan dini menjadi salah satu penyebab permasalahan stunting pada anak di tanah air. WHO menyebut salah satu masalah stunting karena tingginya pernikahan dini dan rendahnya pengetahuan kesehatan reproduksi remaja. Selain kualitas pengetahuan kesehatan reproduksi, tiga faktor lain yang dapat meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi remaja adalah dengan menerapkan demokratik parenting yang optimal, dukungan teman sebaya dan disediakannya konseling kesehatan reproduksi remaja. Tujuan dari pelaksanaan pengabmas ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader posyandu remaja dalam memberikan KIE kesehatan reproduksi dan pernikahan usia dini. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Suranadi Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat. Sasaran pengabmas adalah kader posyandu remaja jumlahnya 30 orang. Kegiatan intervensi pelatihan dilaksanan selama 2 hari dan narasumber dari Puskesmas Suranadi, pemberian materi melalui diskusi menggunakan metode Buzz Group dan pelatihan KIE Kespro dan pernikahan usia dini melalui praktek langsung ke remaja yang bertujuan agar kader remaja mampu menjadi seorang konselor sebaya . Evaluasi dilakukan selama 2 kali intervensi dengan melihat langsung penerapan praktek KIE ke remja selama 2 bulan. Ada peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader remaja dengan nilai rata – rata pre test pengetahuan 45,37 meningkat menjadi 87,4 pada saat post test dengan katagori tertinggi pada tidak terampil sejumlah 26 orang. Nilai rata – rata post test keterampilan 66,40 meningkat menjadi 89,40 pada saat post test dengan katagori tertinggi pada terampil sejumlah 30 orang atau 100 % terampil.