Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Mandatori Halal: Potensi, Kendala dan Dampak bagi Pengembangan Industri Halal di Kota Jayapura Jakiyudin, Ahmad Havid; Faisal, Faisal; Yusuf, Muhamad; Muhandy, Rachmad Surya
Al-'Aqdu: Journal of Islamic Economics Law Vol 4, No 1 (2024): June
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/ajiel.v4i1.2996

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan konsep pengembangan industri halal yang didasarkan pada potensi, kendala dan dampak. Mandatori halal, yaitu kewajiban sertifikasi halal yang diberlakukan kepada seluruh pelaku usaha sesuai dengan ketentuan Pasal 4 Undang-undang No. 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal. Selama ini hanya sebagian dari pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Jayapura yang bersertifikat halal. Kewajiban sertifikasi halal akan membantu mengembangkan industri halal di Kota Jayapura. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan pendekatan yuridis-normatif. Hasil penelitian menjelaskan bahwa penahapan kewajiban sertifikasi halal untuk produk makanan dan minuman sampai dengan tahun 2024 (Pasal 140 Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal). Potensi tersebut meliputi adanya sertifikasi halal gratis, self declare (ikrar halal) dan banyaknya pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang dilakukan oleh mama-mama Papua. Kendala sertifikasi halal meliputi beralihnya kewenangan dari Majelis Ulama Indonesia kepada Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal, kurangnya pemahanan pentingnya label halal dan penguasaan penggunaan perangkat elektronik. Dampak dari mandatori halal akan membantu meningkatkan kepercayaan konsumen, pengembangan usaha, dan membantu pencapaian program pemerintah.
Persaingan Penjualan Pakaian di Pasar Youtefa dengan Super Market/Mall dan Pertokoan di Abepura Kota Jayapura Renngiwur, Gazali Husin; Yusuf, Muhamad; Umkabu, Talabudin; Muhandy, Rachmad Surya; Zulihi, Zulihi
Al-'Aqdu: Journal of Islamic Economics Law Vol 3, No 2 (2023): December
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/ajiel.v3i2.2648

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan penjualan pakaian yang dilakukan pedagang pakaian di pasar Youtefa Abepura dan untuk mengetahui kebijakan pemerintah Kota Jayapura tentang libur dihari Minggu diperuntukkan bagi pedagang. Menggunakan metode kualitatif dengan paradigma fenomenologi sosial. Hasil penelitian: Pedagang pakaian di Pasar Youtefa kurang melakukan trobosan dalam melakukan perdagangan, melalui pemanfaatan jaringan internet untuk penjualan juga efek dari banjir tahunan menyebabkan kerugian besar bagi pedagang. Selain itu, peningkatan pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah Kota Jayapura yang berkaitan dengan lingkup pelayananmasih belum cukup baik yang dalam hal ini berupa kenyamanan serta akses untuk mendapatkan pelayanan. Selain itu ketersediaan sarana pendukung pasar, fleksibilitas, penanganan permintaan khusus bagi pedagang juga masih dirasa sangat kurang. Perbedaan waktu operasional pada hari biasa untuk pedagang swalayan yang lebih lama 3 jam dibanding dengan pedagang di pasar membuat para konsumen lebih memilih untuk berbelanja di swalayan. Sedangkan jam operasional untuk pedagang di swalayan di hari Minggu memiliki waktu yang agak lama yaitu yaitu kurang lebih 4 jam dibandingkan dengan pedagang di pasar Youtefa Abepura. Selain itu, masyarakat kebanyakan enggan berbelanja di pasar ketika siang hari karena factor cuaca, mereka lebih memilih berbelanja pakaian di Mall/supermarket dengan fasilitas penyejuk udara yang menimbulkan kenyamanan dalam berbelanja.
Mustahiq: Studi Kasus Penerima Zakat Pada Masyarakat Skouw Sae Distrik Muara Tami Kota Jayapura Kelibia, Muhidin; Muhandy, Rachmad Surya; Amirullah, Amirullah; Muhyiddin, Syaiful
POROS ONIM: Jurnal Sosial Keagamaan Vol 2 No 1 (2021): Ngaji Online, Zakat, dan Kearifan Lokal
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Fattahul Muluk Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53491/porosonim.v2i1.49

Abstract

This study aims to determine the model of zakat distribution which is carried out by the community and to find out the lack of understanding of the groups who are entitled to receive zakat. This study also aims to find out the institutions that applied in society as well as how the perspective of Islamic law regarding the distribution of zakat in Skouw Sae Village, Muara Tami District, Jayapura City. It is qualitative research, using the paradigm of social phenomenology. Research results: There are quite a lot of Muzaqih included in the category of poor and converts. The formation of Amil by the administrators of the Al-Aqsa Skouw Sae mosque is carried out every year before the holy month of Ramadan. In addition, not all Muslims who are appointed to be Amil knows the terms and duties of it, so that the lack of public knowledge about Islam causes an inability to understand the assets that must be zakated which results in public ignorance about the 8 Asnabs that are obliged to receive zakat. The lack of religious guidance carried out in the community causes knowledge of the obligation to pay zakat to be known to the public, but not in detail about what assets are required to be tithe, the nisab, and who is obliged to receive zakat. This knowledge is only owned by the Imam of the Mosque. The point of view of Islamic law regarding zakat in Skouw Sae that paying zakat is a must that should be done by every Muslim which is not included in the 8 asnabs, its implementation is regulated in the Qur'an and Hadith. Social institutions: Lack of Dai/Mubaliq who can provide continuous religious guidance. Economic Institutions: Economic factors support a person to make the habit of issuing zakat. Cultural Institutions: Habits carried out by people who have the ability not to pay zakat on their wealth to others lead to imitations that are carried out to the next generation, thus creating a new culture in the community.
Paradigma Toleransi Islam Dalam Merespons Kemajemukan Hidup Di Indonesia: (Studi Analisis Pemikiran KH Ahmad Shiddiq) Yenuri, Ali Ahmad; Islamy, Athoillah; Aziz, Muhammad; Muhandy, Rachmad Surya
POROS ONIM: Jurnal Sosial Keagamaan Vol 2 No 2 (2021): Penafsiran Kontemporer, Kearifan Lokal, dan Moderasi Beragama
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Fattahul Muluk Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53491/porosonim.v2i2.216

Abstract

This library research intends to identify the foundation and pattern of the Islamic tolerance paradigm that is made by KH. Ahmad Shiddiq in responding to life of life in Indonesia. This type of normative-philosophical research uses the theory of analysis in the form of a typology of religious attitudes (exclusivism, inclusivism, pluralism, eclectism, and universalism). The five typology will be used to identify the foundation and pattern of Ahmad Shiddiq’s paradigm about Islamic tolerance. This research data collection technique uses documentation techniques. Data analysis of this study through three stages in the form of data reduction, data presentation, and conclusion. The results of the study concluded that the foundation of the Islamic tolerance paradigm KH. Ahmad Shiddiq in responding to the pluralism of the life of the Indonesian people can be found in the two big ideas that he made, namely the idea of ​​ukhuwah and society. In this case, there is a tendency for the pattern of the Epistemological Exclusivism of KH. Ahmad Shiddiq, namely making the foundation of the Islamic teachings in formulating the idea of ​​ukhuwah in the form of Islamic values ​​of Islamiah, Ukhuwah Watonis, and Ukhuwah Basyariah. Meanwhile, the foundation of Islamic teachings in the idea of ​​society in the form of the value of tasamuh, tawasuth, tawazun, and amar makruf nahi munkar. Whereas in the axiological aspects there is a tendency of KH. Ahmad Shiddiq universalism, which is in the objectivity of the idea of ​​ukhuwah and society in the reality of pluralism in Indonesia through various attitudes. First, the accommodation attitude, in the form of willingness to accommodate a variety of opinions (aspiration) from various parties. Second, selective attitude, which is to sort out which is useful and not useful. Third, integrative attitude, namely the willingness to harmonize, record and balance the variety of individual interests, minority groups and majority.
Mandatori Halal: Potensi, Kendala dan Dampak bagi Pengembangan Industri Halal di Kota Jayapura Jakiyudin, Ahmad Havid; Faisal, Faisal; Yusuf, Muhamad; Muhandy, Rachmad Surya
Al-'Aqdu: Journal of Islamic Economics Law Vol 4, No 1 (2024): June
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/ajiel.v4i1.2996

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan konsep pengembangan industri halal yang didasarkan pada potensi, kendala dan dampak. Mandatori halal, yaitu kewajiban sertifikasi halal yang diberlakukan kepada seluruh pelaku usaha sesuai dengan ketentuan Pasal 4 Undang-undang No. 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal. Selama ini hanya sebagian dari pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Jayapura yang bersertifikat halal. Kewajiban sertifikasi halal akan membantu mengembangkan industri halal di Kota Jayapura. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan pendekatan yuridis-normatif. Hasil penelitian menjelaskan bahwa penahapan kewajiban sertifikasi halal untuk produk makanan dan minuman sampai dengan tahun 2024 (Pasal 140 Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal). Potensi tersebut meliputi adanya sertifikasi halal gratis, self declare (ikrar halal) dan banyaknya pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang dilakukan oleh mama-mama Papua. Kendala sertifikasi halal meliputi beralihnya kewenangan dari Majelis Ulama Indonesia kepada Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal, kurangnya pemahanan pentingnya label halal dan penguasaan penggunaan perangkat elektronik. Dampak dari mandatori halal akan membantu meningkatkan kepercayaan konsumen, pengembangan usaha, dan membantu pencapaian program pemerintah.
Kajian Sosiologis terhadap Implementasi Program Perkebunan Inti Rakyat (PIR) V Arso, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua Isnaini, Rahmalia Ayu; Rahmawati, Rimba; Yusuf, Muhamad; Zulihi, Zulihi; Efendy, Didik; Muhandy, Rachmad Surya
Populis : Jurnal Sosial dan Humaniora Vol. 10 No. 1 (2025)
Publisher : Universitas Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract  This study aims to comprehensively explain the development of the Nucleus Estate and Smallholder (NES/Perkebunan Inti Rakyat) Program in the PIR V region of Arso District, Keerom Regency, Papua Province. Using the analytical framework of Sociology through the application of Max Weber's social action theory, Gramsci's hegemony theory, and ideas about empathy and a sense of justice from Adam Smith, this article focuses the study on the experiences, perceptions, and actions of the communities involved in the PIR V program. This study uses a qualitative approach to gain an in-depth understanding of the constraints faced in the implementation of the government program. The methods employed include direct observation and interviews with informants. The findings reveal that various obstacles—such as limited infrastructure, weak management, high maintenance costs, fluctuating palm oil prices, and the lack of processing facilities—are the main factors contributing to the program’s failure. Policy evaluation, infrastructure improvement, subsidies, and the development of adequate processing facilities are proposed as solutions to revitalize the program. Abstrak  Penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan secara komprehensif tentang perkembangan Program Perkebunan Inti Rakyat (PIR) di wilayah PIR V di kawasan Arso, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Perangkat analisis menggunakan disiplin ilmu Sosiologi melalui penerapan teori tindakan sosial dari Max Weber, teori hegemoni dari Gramsci, serta pemikiran tentang empati dan rasa keadilan dari Adam Smith, artikel ini memfokuskan kajian pada pengalaman, persepsi dan tindakan masyarakat yang terlibat dalam program PIR V. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk memahami secara mendalam kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program pemerintah. Metode yang digunakan meliputi observasi langsung dan wawancara dengan informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai hambatan, seperti keterbatasan infrastruktur, lemahnya manajemen, biaya perawatan yang tinggi, fluktuasi harga sawit, serta ketiadaan fasilitas pengolahan, menjadi faktor utama penyebab kegagalan program ini. Evaluasi kebijakan, peningkatan infrastruktur, subsidi, serta pembangunan fasilitas pengolahan yang memadai menjadi solusi yang diusulkan untuk menghidupkan kembali program tersebut.
Pinang Sebagai Alat Kontak Masyarakat Papua di Arso Swakarsa Kabupaten Keerom: Betels as a Contact Tool for Papuan Community in Arso Swakarsa, Keerom Regency Lutfianasari, Rahma; Yusuf, Muhamad; Iribaram, Suparto; Muhandy, Rachmad Surya; Kadir, Akhmad
Jurnal Sosial Humaniora Vol. 16 No. 2 (2025): OKTOBER
Publisher : Universitas Djuanda Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/jsh.v16i2.13476

Abstract

Areca atau yang juga dikenal sebagai buah pinang, adalah salah satu tanaman yang memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat Papua. Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui ekstensi mengenai buah pinang yang digunakan sebagai alat kontak bagi masyarakat Papua di Arso Swakarsa, serta mengetahui ekstensi mengenai buah pinang yang dipandang mampu menjadi alat kontak bagi masyarakat setempat. Metode yang diterapkan pada penelitian “Pinang Sebagai Kontak Masyarakat Papua (Studi Kasus pada Masyarakat Papua di Arso Swakarsa Kabupaten Keerom)” menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini berfokus pada praktik konsumsi buah pinang pada masyarakat setempat. Penggunaan pinang menjadi kebiasaan yang digunakan sebagai kudapan dan simbol budaya yang menunjukkan betapa pentingnya pinang dalam kehidupan sehari-hari baik kalangan anak-anak hingga dewasa. Menggunakan pinang sebagai pembuka komunikasi, dapat menciptakan momen yang santai dan menyenangkan untuk berinteraksi dengan orang lain, memperkuat ikatan sosial, dan kebersamaan serta memperluas jaringan sosial. Selain itu adanya para-para pinang masyarakat Papua di Arso Swakarsa dapat menjadikannya sebuah media bertukar informasi, saling berbagi cerita serta saling berdiskusi, saling mendengarkan dan memberika perhatian satu sama lain. Menciptakan rasa kebersamaan dan persaudaraan yang kuat dalam terjalinnya ikatan sosial. Namun demikian para-para pinang mulai mengalami pergeseran akibat dari kesibukan masyarakat yang menimbulkan pola individualis dalam masyarakat.
Pengembangan Produk Pengolahan Pabrik Tempe Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga Pada Masyarakat Fatmawati, Ludya; Taliba, Jumalia; Yusuf, Muhamad; Zulihi, Zulihi; Fatmayanti, Anisa; Muhandy, Rachmad Surya
CARADDE: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 8 No. 1 (2025): Agustus
Publisher : Ilin Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31960/caradde.v8i1.3027

Abstract

The goal of this program is to process soybeans into the signature tempe of Nimbokrang, which is expected to be managed by families in the village as a home-based business. This program uses the PDCA method (planning, action, checking, and action), which includes all steps from product planning to the assistance provided. The results of this program include product analysis, packaging, marketing strategies, training in product creation, and development of entrepreneurship strategies, leading up to the launch of the tempe product. The SWOT analysis shows that the strength of this product is that it is the only one in Nimbokrang, made from high-quality soybeans. However, there is a weakness in sourcing raw materials for tempe. Limited internet access also poses a challenge in marketing through social media. On the other hand, the tempe product has good opportunities in this village and the existence of the village supports marketing. The threats include the emergence of tempe products from surrounding areas that become competitors. With attractive packaging and the right marketing techniques, it is hoped that this mentoring program can encourage families to produce tempe on a larger scale as a home industry.
KOMERSIALISASI LAHAN PERTANIAN DI KOYA BARAT DAN KOYA TIMUR, KOTA JAYAPURA Yusuf, Muhammad; Sahudi, Sahudi; Muhandy, Rachmad Surya
Jurnal AGRISEP JURNAL AGRISEP VOL 20 NO 01 2021 (MARCH)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.232 KB) | DOI: 10.31186/jagrisep.20.01.157-178

Abstract

This paper aims to find out about the commercialization of agricultural land, and the current model of agricultural land commercialization in West Koya and East Koya, and the Jayapura City’s goverment attitude toward the lack of agricultural land in Jayapura City area. This is a qualitative research, using a social phenomenology paradigm. The results showed that the increasingly dense population of Jayapura City has led in the expansion of the city towards Koya region which is suburb area. Smooth transportation facilities and good infrastructure make Koya region more evolving. The land price in Koya area depends on the sale value of tax object, it is also influenced by the lack of land used as a place to live due to the density increasing of urban area so that the resident seek residential land in Koya area. Transmigrants or farmers who have no knowledge basis in agriculture, and have difficulty dealing with rice pests, causing them to be reluctant to plant rice, and difficult to adapt to the environmental situation. Farmers are more benefited by converting the farmland to fishery land. By utilizing former farmland to be used as a public fishing pond as amusement or tourism place. The economic pressure of community at the beginning of transmigration program was a heavy burden that felt by them, while the needs as supporting tools were hard to find. The high cost of living is the cause of transmigrants’ inability to survive, therefore, they decided to leave their transmigration land by selling it to a second party.
Harmonisasi Masyarakat dalam Tradisi Perayaan Idul Adha di Kampung Lilinta Kabupaten Raja Ampat Ahmad Havid Jakiyudin; Muhamad Yusuf; Muhandy, Rachmad Surya; Husain, Natasya Aulia; Manga’pan, Yotan
SOSMANIORA: Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol. 4 No. 3 (2025): September 2025
Publisher : Yayasan Literasi Sains Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55123/sosmaniora.v4i3.5044

Abstract

The aim of this study was to determine the implementation and the symbolic meaning of the Ari Kaut tradition at the Eid al-Adha celebration and also to understand the reason why the Ari Kaut tradition could strengthen the community harmonization in Lilinta Village. This research is qualitative with using social phenomenology paradigm. The procession was started with Takbir and taking the alms from the congregation which has become a common habit. The acts of Syar’a judge in managing the celebration of Ari Kaut tradition was his responsibility as a religious figure so the norm and religious value on the tradition which carried out are still maintained. Cultural preservation on the Ari Kaut tradition was shown by the acts of the community according to their expertise such as making meat Qurban together to be served which is a habit that existed for a long time. Panpon as a religious symbol has a meaning to increase togetherness among the community. Eid al-Adha celebration was accompanied by traditional dances which are effective to be used to preserving culture.