Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Laboratory Examination of Syphilis M. Izazi Hari Purwoko; Mutia Devi; Suroso Adi Nugroho; Fitriani Fitriani; Raden Pamudji; Nofilia Citra Candra
Bioscientia Medicina : Journal of Biomedicine and Translational Research Vol. 5 No. 8 (2021): Bioscientia Medicina: Journal of Biomedicine & Translational Research
Publisher : HM Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/bsm.v5i8.339

Abstract

Syphilis, is sexually transmitted disease caused by spirochete Treponema pallidum subsp.pallidum. It have many diverse clinical manifestations that occur in distinct stages. Early diagnosis and management are the main things to prevent transmission and complication. Direct test or morphological observation is the definitive diagnosis of syphilis. This can be done through animal inoculation test, dark field microscopy, direct fluorescence antibody (DFA), and nucleid acid amplification test (NAAT). While the indirect test is a nontreponemal serologic test consist of Wasserman test, venereal disease research laboratory (VDRL), toluidine red unheated serum test (TRUST), unheated serum reagin (USR), rapid plasma reagin (RPR) and treponemal serologic test, such as T. pallidum passive particle agglutination (TPPA), T. pallidum haemagglutination assay (TPHA), fluorescent treponemal antibody absorption (FTA-Abs), enzyme immunoassay (EIA) and rapid test. The algorithm of serologic test can be divided into traditional or reverse.
Risk Factors for HIV-positive Status In Condyloma Acuminata Purwoko, Izazi Hari; Karim, Putri Laksmi; Nugroho, Suroso Adi; Toruan, Theresia; ., Fitriani
Journal of General - Procedural Dermatology & Venereology Indonesia Vol. 6, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Condyloma acuminata (CA) is a sexually transmitted infection (STI) caused by human papillomavirus (HPV), especially types 6 and 11. The number of HPV infections increases in immunosuppressed conditions, such as human immunodeficiency virus (HIV) infection. Risk factors in CA patients such as gender, sexual partner, sexual orientation, and sexual intercourse can increase HIV status. Methods: This is a descriptive-analytic study with a cohort retrospective design. The subjects are all CA patients who visited the polyclinic STI Dr. Mohammad Hoesin, General Hospital, Palembang, Indonesia, between 2016-2020. The number of CA patients included in the study were 115 patients aged 14 to 71 years old. Chi-square and multivariate logistic regression were used to analyze the independent variables. Results: The total number of HIV-positive CA patients was 31 (26.8%) out of 115. There were more males than females, and the mean age was 29±9.90, with a range of 14-71 years old. The most common location was the genital (58.3%). Gender, marital status, number of partners, sexual orientation, sexual intercourse, location, and type of lesions had p Conclusion: Risk factors for HIV in CA patients are age, marital status, sexual partner, sexual orientation, and location of lesions. CA patients who were MSM had a 22-fold higher risk for HIV-positive status.
THE CORRELATION BETWEEN ADHERENCE TO ANTIRETROVIRAL (ARV) MEDICATION AND CD4 COUNT IN THE OCCURRENCE OF VIROLOGICAL FAILURE AMONG INDIVIDUALS WITH HIV/AIDS Purwoko, Muhammad Izazi Hari; Santoso, Ritchie; Fitriani, Fitriani; Bahar, Erial; Chandra, Riza; Diba, Sarah; Budiamal, Susanti
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 3 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i3.36873

Abstract

Kegagalan virologi merupakan tantangan yang dihadapi oleh pasien human immunodeficiency virus (HIV) setelah memulai pengobatan, dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Modalitas terapi pada pasien HIV dilakukan dengan antiretroviral (ARV), dengan jumlah sel CD4 memainkan peran penting dalam menentukan waktu untuk memulai ARV. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki hubungan antara kepatuhan terhadap ARV dan jumlah sel CD4 yang terkait dengan kegagalan virologi pada pasien HIV/AIDS yang telah diobati selama minimal 12 bulan dengan rejimen ARV. Penelitian analitik observasional dengan desain potong lintang dilakukan menggunakan teknik consecutive sampling pada 74 pasien berusia 17 tahun dan menjalani pengobatan ARV selama minimal 12 bulan di Departemen Rawat Jalan Konseling dan Pengujian Sukarela (VCT) dan Penyakit Menular Seksual (STD) Dermatologi, Venereologi, dan Estetika RSMH/FK UNSRI Palembang, serta Pusat Kesehatan Masyarakat Sukarami dan Dempo dari Juni hingga Agustus 2023. Dari total sampel penelitian sebanyak 74 pasien, 26 di antaranya (35,1%) mengalami kegagalan virologi. Kepatuhan terhadap antiretroviral (ARV) (p<0,001) dan jumlah sel CD4 (p<0,001) secara signifikan terkait dengan kegagalan virologi. Analisis multivariat menunjukkan bahwa kepatuhan terhadap ARV (p<0,001) dan jumlah sel CD4 (p<0,001) sangat terkait dengan kegagalan virologi. Penelitian ini menunjukkan bahwa kepatuhan terhadap ARV yang buruk dan jumlah sel CD4 yang rendah terkait dengan kegagalan virologi. Penguatan konseling kepatuhan ARV diperlukan untuk memperbaiki kondisi imunologis dan meningkatkan penekanan virus pada pasien HIV/AIDS.
FAKTOR RISIKO KEJADIAN GAGAL VIROLOGIK PADA PENATALAKSANAAN PASIEN HIV Santoso, Ritchie; Purwoko, Muhammad Izazi Hari; Fitriani, Fitriani; Bahar, Erial; Chandra, Riza; Diba, Sarah; Budiamal, Susanti
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 2 (2024): AGUSTUS 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i2.30539

Abstract

KONDILOMATA AKUMINATA PADA PASIEN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS DITERAPI LARUTAN ASAM TRIKLOROASETAT 80% DAN TABLET SIMETIDIN Darmawan, Hari; Devi, Mutia; Purwoko, Izazi Hari
Ebers Papyrus Vol. 27 No. 2 (2021): EBERS PAPYRUS
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kondilomata akuminata (KA) adalah salah satu penyakit proliferatif epitel disebabkan human papilloma virus (HPV). Infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dapat mempengaruhi patogenesis penyakit terkait HPV. Lesi KA pada pasien HIV biasa lebih besar, multipel, refrakter terhadap pengobatan konvensional, dan sering rekuren. Terapi kombinasi digunakan untuk mempercepat klirens lesi secara total. Laki-laki, 32 tahun, datang dengan keluhan papul verukosa multipel sewarna kulit di perianal sejak 2 bulan lalu. Lesi di perianal menunjukkan fenomena acetowhitening. Pemeriksaan serologik menunjukkan seropositif-HIV dengan kadar CD4 absolut 547 sel/mm3. Pasien didiagnosis sebagai KA dengan infeksi HIV. Pasien mendapat terapi tutul larutan trichloroacetic acid (TCA) 80%, tablet simetidin, dan antiretroviral therapy (ART). Lesi membaik setelah sesi pengobatan pertama. KA berhubungan dengan HIV dan juga sebaliknya. Lesi KA diterapi TCA 80% yang merupakan agen kaustik sehingga menyebabkan nekrosis dan koagulasi jaringan. Pemberian ART pada pasien KA dengan HIV akan mempercepat penyembuhan lesi. Simetidin merupakan obat golongan antagonis reseptor histamin 2 (AH-2) yang memiliki efek imunomodulator. Efektivitas simetidin sebagai terapi kombinasi KA terjadi melalui peningkatan sistem imun selular host. 
Mucocutaneous manifestations of HIV/AIDS infection: literature review Mutia Devi; Muhammad Izazi Hari Purwoko; Suroso Adi Nugroho; Yulia Farida Yahya; Indah Astri Aryani; Kiki Septiafni
Bali Dermatology Venereology and Aesthetic Journal BDVJ - Vol. 5 No. 2 (December 2022)
Publisher : Explorer Front

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/dv4m1f17

Abstract

Mucocutaneous manifestations are the first recognized human immunodeficiency virus (HIV) infections. More than 90% of HIV-infected patients develop at least one or more types of typical or atypical skin lesions during the disease. Mucocutaneous manifestation can also indicate the progression of HIV infection and cluster of differentiation 4 (CD4) cell count as an indicator of the development of acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). It is important to know mucocutaneous manifestations and their correlation with the patient’s immune status to provide appropriate treatment to improve the patient’s quality of life.