Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Jurnal Administrasi Publik Darmawan, Hari
Jurnal Administrasi Publik Vol 8, No 1 (2012): Jurnal Administrasi Publik
Publisher : Jurnal Administrasi Publik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7.382 KB)

Abstract

Program Studi Magister Administrasi Publik Pascasarjana STISIPOL CANDRADIMUKA Palembang Sumatera Selatan, Indonesia
Asiaticoside increases aquaporin-3 protein expression in the cytoplasm of normal human epidermal keratinocytes Wijayadi, Linda Yulianti; Darmawan, Hari
Universa Medicina Vol 36, No 1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine, Trisakti University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/UnivMed.2017.v36.25-33

Abstract

IntroductionSkin hydration decreases with aging. Aquaporin-3 (AQP3) is a major protein that plays a role in skin hydration, therefore it is a novel target for skin moisturizing treatment. Retinoic acid (RA) as a well-known active agent in antiaging treatment increases AQP3 expression, but frequently causes harmful side effects. Asiaticoside, a saponin compound isolated from Centella asiatica (CA) is also known as an antiaging cosmetic and plays a role in wound healing. The aim of this study was to evaluate and compare the effect of asiaticoside isolated from CA and the effect of RA on the AQP3 expression in normal human epidermal keratinocytes (NHEKs).Methods An experimental laboratory study was performed using primary NHEKs that were derived from the foreskin of a boy. AQP3 expression in NHEKs was examined in vitro after the cells were incubated for 24 hours with asiaticoside or with RA at several concentrations. The AQP3 expression was evaluated by immunocytochemistry and quantitatively analyzed by Image-J software. Independent t-test and one-way ANOVA were used to analyze the data, followed by post-hoc Tukey test.ResultsThere was an increasing trend of AQP3 expression upon exposure to asiaticoside at all concentrations compared to the control group. However, RA exposure seemed to induce a higher level of AQP3 expression. Asiaticoside effected a lower increase in AQP3 expression in NHEKs than did RA (p=0.042). Optimal results were achieved at 1 mg/mL concentration of asiaticoside.ConclusionsAsiaticoside isolated from CA can enhance the AQP3 expression in NHEKs. Therefore it can be used as an active ingredient in cosmetic moisturizer formulation for dry skin treatment.
Sifilis Pada Kehamilan Darmawan, Hari; Purwoko, Izazi Hari; Devi, Mutia
Sriwijaya Journal of Medicine Vol. 3 No. 1 (2020): Sriwijaya Journal of Medicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Syphilis is a sexually transmitted infection caused by bacterium Treponema pallidum which can be transmitted through sexual intercourse, blood transfusion, and vertically from mother to fetus. If pregnant woman suffers from syphilis, transplacental infection can occur to the fetus, causing abortion, prematurity, low birth weight, stillbirth, or congenital syphilis. The diagnosis of syphilis in pregnancy is established based on history, clinical manifestations, laboratory and serologic examination. Screening in the first trimester with non-treponema tests such as rapid plasma reagin (RPR) or venereal disease research laboratory (VDRL) combined with a treponema test such as the treponema pallidum hemagglutination assay (TPHA) is important for every pregnant woman. Clinical manifestations of syphilis to the fetus depend by gestational age and stage of maternal syphilis also fetal immune response. Early detection and adequate management are important to prevent the transmission of syphilis infection from mother to fetus.
Diagnosis Eksantema Akibat Infeksi Darmawan, Hari; -, Rusmawardiana
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 3 (2020): Dermatologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1127.042 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v47i3.366

Abstract

Eksantema merupakan manifestasi erupsi kulit makulopapular eritem difus disebabkan virus atau bakteri. Erupsi kulit terjadi karena kerusakan sel akibat mikroorganisme, toksin, dan respon imun pejamu. Morbili, rubela, roseola, demam skarlatina, dan hand-foot and mouth disease (HFMD) adalah lima penyakit eksantema terbanyak. Kelainan ini sering sulit dibedakan satu sama lain dan dengan erupsi obat tipe makulopapular. Diagnosis berdasarkan anamnesis, gejala prodromal, gambaran erupsi kulit, dan manifestasi klinis khas. Pemeriksaan laboratorik dan serologik membantu diagnosis. Sebagian besar eksantema bersifat self-limiting sehingga terapi hanya suportif. Exanthema is maculopapular skin eruption of diffuse erythematous caused by viral or bacteria. Skin eruptions occur due to cell damage caused by microorganisms, toxin, and host immune response. Morbili, rubella, roseola, scarlet fever, and hand-foot and mouth disease (HFMD) are the five most common exanthema diseases. The disease is difficult to distinguish from each other and with drug eruption. Diagnosis is based on history, prodromal symptoms, skin eruption, and typical clinical manifestation. Laboratory and serologic examinations help establish diagnosis. Most exanthemas are self-limiting and only need supportive therapy.
Sindrom Stevens-Johnson Diduga akibat Siprofloksasin Darmawan, Hari
Cermin Dunia Kedokteran Vol 41, No 6 (2014): Bedah
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.271 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v41i6.1132

Abstract

Sindrom Stevens-Johnson (SSJ) merupakan suatu kumpulan gejala klinis erupsi mukokutaneus yang ditandai trias kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dan dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir orifisium, serta mata. Sindrom ini dapat bermanifestasi mulai dari gejala ringan hingga gejala berat yang dapat mengancam nyawa. Dilaporkan satu kasus SSJ diduga akibat siprofloksasin pada laki-laki usia 48 tahun. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi pernapasan dalam batas normal namun terdapat demam (suhu 38oC), vesikel dan bula berdinding kendur pada regio femur dan lumbal yang mengalami erosi dan ekskoriasi, krusta kehitaman pada regio labialis dan genital, serta dry eye. Tes Nikolsky positif. SCORTEN pada kasus ini 1. Luas daerah yang terlibat 6 %.Stevens-Johnson syndrome (SJS) is a group of clinical symptoms of mucocutaneous eruption, characterized by triad signs: erythema, vesicle/bullae, and can be followed with purpura which affects skin, orificial mucous membrane and eyes. This syndrome consists of various symptoms from low-risk to life-threatening. We report a case of SJS in a 48-years old male, suspected to be induced by ciprofloxacin. The blood pressure, arterial pulse, and respiratory rate were normal but there was fever (38oC); vesicle and bullae with flaccid wall were found in femoral and lumbal regions and already had been eroded and excoriated, and with dark crusts in labial and genital regions. Nikolsky’s sign was positive. SCORTEN in this case was 1. The body surface area involved was 6%. 
Hubungan antara konsumsi protein dengan keparahan dermatitis atopik pada mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara Angkatan 2020-2021 Linus, Ariel; Darmawan, Hari
Tarumanagara Medical Journal Vol. 5 No. 2 (2023): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v5i2.25215

Abstract

Dermatitis atopik (DA) memiliki karakteristik yang bisa dilihat secara klinis dengan adanya lesi eksim kronik rekuren, kulit kering, serta pruritus. Perbedaan data terkait konsumsi protein, di mana protein yang tinggi dapat menyebabkan DA namun kekurangan protein juga dapat menyebabkan DA, membuat studi ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi protein dengan keparahan dermatitis atopik. Studi analitik observasional yang didesain secara cross-sectional dilakukan terhadap mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2020 dan 2021. Responden dalam studi ini berjumlah 79 mahasiswa yang telah didiagnosis dermatitis atopic menggunakan serangkaian instrument. Pengambilan responden menggunakan teknik consecutive sampling. Konsumsi protein dinilai dengan Recommended Daily Allowance (RDA) protein. Pada studi didapatkan mayoritas mengalami dermatitis atopik ringan (65,8%) dan mengonsumsi protein di bawah batas yang dianjurkan, yaitu 5,6 g/kgBB/minggu (79,7%).  Sebanyak 38 (60,3%) orang dari 63 responden yang mengonsumsi protein di bawah batas anjuran mengalami dermatitis atopi ringan. Hal yang sama juga terjadi pada 14 (87,5%) orang dari 16 responden yang mengonsumsi protein ≥ 5,6 gram/kgBB/hari mengalami dermatitis ringan.  Secara statistik didapatkan hubungan yang signifikan antara konsumsi protein dengan keparahan dermatitis atopik (p-value = 0,04). Hasil studi memperlihatkan sesorang yang mengonsumsi protein kurang maupun berlebih lebih cenderung mengalami dermatitis atopik derajat ringan.
HUBUNGAN KONSUMSI LIPID DENGAN KEJADIAN DERMATITIS SEBOROIK PADA MAHASISWA FK UNIVERSITAS TARUMANAGARA ANGKATAN 2021 DAN 2022 Indrajianto, Mohamad Farhan; Darmawan, Hari
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 1 (2025): MARET 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i1.41326

Abstract

Konsumsi lipid merupakan salah satu faktor penting dalam Kesehatan kulit mahasiswa, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara konsumsi lipid dan kejadian dermatitis seboroik di kalangan mahasiswa. Penelitian dilakukan terhadap 194 mahasiswa FK Untar Angkatan 2021 dan 2022 yang masuk dalam kriteria inklusi, dengan mengumpulkan data tentang tingkat konsumsi lipid sehari-hari serta kondisi kulit mahasiswa. Penelitian dilakukan secara analitik observasional dengan desain potong lintang (cross sectional). Analisis data menunjukkan nilai fisher’s 0,919 (α<0,05). Hal ini terjadi karena kejadian dermatitis seboroik tidak hanya dipengaruhi oleh konsumsi lipid, melainkan terdapat faktor – faktor lain yang berkesinambungan dalam kejadian dermatitis seboroik. Pentingnya menjaga pola makan pada sehari-hari bagi mahasiswa untuk menjaga kesehatan mereka. Hal ini dapat membantu banyak hal positif dalam mempromosikan gaya hidup sehat dikalangan mahasiswa. berdasarkan penelitian yang dilakukan maka didapatkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara konsumsi lipid dengan kejadian dermatitis seboroik pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Univeristas Tarumanagara Angkatan 2021 dan 2022.
EVALUASI PENGOBATAN SIFILIS SEKUNDER PADA DEWASA MUDA Leslie, Prematellie Jaya; Darmawan, Hari
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 2 (2025): JUNI 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i2.45083

Abstract

Sifilis merupakan satu dari sekian banyak penyakit infeksi menular seksual yang bersifat kronik. WHO tahun 2022 melaporkan bahwa sekitar 8 juta orang dewasa terkena sifilis di seluruh dunia dalam rentang usia 15-29 tahun. Provinsi Papua Barat menempati peringkat ke-4 dengan prevalensi sifilis tertinggi di Indonesia pada tahun 2022, dengan 1.816 kasus positif. Penyakit ini ditransmisikan melalui hubungan seksual secara oral, vaginal ataupun anal, selama masa kehamilan dan transfusi darah. Interaksi kompleks antara ciri biologis unik T. pallidum dan respons imun inang menyebabkan infeksi sistemik dan manifestasi klinis berbagai tahap. Sifilis sekunder merupakan stadium yang paling krusial karena pengobatan menjadi sangat penting untuk mencegah perkembangan sifilis ke tahap yang lebih lanjut. Kasus ini menyoroti evaluasi pengobatan pada laki-laki berusia 26 tahun yang memiliki riwayat berhubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi (kondom) dan sering berganti pasangan. Pasien terdiagnosa sifilis sekunder dengan manifestasi roseola sifilitika. Pasien diberikan tatalaksana berupa injeksi dosis tunggal benzatin penisilin G 2,4 juta unit secara intramuskular (IM) 1,2 juta unit pada bokong kanan dan kiri. Pasien juga direncanakan untuk dilakukan pemeriksaan serologis ulang pada bulan 1, 3, 6, 9 dan 12. Pasien dilakukan pemeriksaan serologi ulangan pada bulan 1 dan 3 setelah penyuntikan dan didapatkan penurunan titer RPR dari 1:128 menjadi 1:16, yang menunjukkan tolak ukur keberhasilan pengobatan.
Keanekaragaman Dan Pola Sebaran Spesies Tumbuhan Asing Invasif Di Kawasan Cagar Alam Durian Luncuk II: Diversity and Distribution Patterns of Invasive Alien Plant Species in the Durian Luncuk II Nature Reserve Mandala, Bakti; Nursanti, Nursanti; Darmawan, Hari
Jurnal Silva Tropika Vol. 9 No. 1 (2025): Jurnal Silva Tropika
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/jurnalsilvatropika.v9i1.43966

Abstract

ABSTRACT The plant diversity in Indonesia is often disrupted by the introduction of invasive alien species (IAS), which can have negative impacts on ecosystems and biodiversity. Invasive alien species possess the ability to grow rapidly and compete with native plants, threatening biodiversity in protected areas. This study aims to identify invasive plant species in the Durian Luncuk II Nature Reserve and analyze their impact on the local ecosystem. The research employs a combination of transect and plot line methods with a sampling rate of 2% of the total area. Data collected include plant species, individual counts, habitus, and vegetation analysis using relative density, relative frequency, and the Importance Value Index (IVI). The results show 16 invasive plant species, with Clidemia hirta having the highest IVI (44,21%), dominating nearly all observation plots. The distribution pattern of invasive species is predominantly clumped. These findings indicate that invasive species, particularly C. hirta, have the potential to threaten biodiversity and the integrity of ecosystems in the Durian Luncuk II Nature Reserve, necessitating control and rehabilitation measures to maintain ecosystem balance.   Keywords: Durian Luncuk II Nature Reserve, biodiversity, distribution pattern, invasive alien species   ABSTRAK Keanekaragaman tumbuhan di Indonesia sering terganggu oleh masuknya spesies tumbuhan asing invasif (IAS) yang dapat menyebabkan dampak negatif terhadap ekosistem dan keanekaragaman hayati. Tumbuhan asing invasif memiliki kemampuan untuk tumbuh cepat, bersaing dengan tumbuhan lokal. Ancaman dari tumbuhan invasif merupakan salah satu faktor utama penyebab kerusakan biodiversitas di Indonesia, termasuk dalam kawasan cagar alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies tumbuhan asing invasif di Kawasan Cagar Alam Durian Luncuk II serta menganalisis dampaknya terhadap ekosistem lokal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi metode jalur dan garis berpetak dengan pengambilan sampel sebesar 2% dari total luas kawasan. Data yang dikumpulkan mencakup spesies tumbuhan, jumlah individu, habitus, serta analisis vegetasi menggunakan kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan Indeks Nilai Penting (INP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 16 spesies tumbuhan asing invasif, dengan Clidemia hirta memiliki INP tertinggi (44,21%), mendominasi hampir seluruh petak pengamatan. Pola sebaran spesies invasif umumnya mengelompok (clumped). Temuan ini menunjukkan bahwa spesies invasif, terutama C. hirta, berpotensi mengancam keberagaman hayati dan integritas ekosistem di Cagar Alam Durian Luncuk II, sehingga memerlukan tindakan pengendalian dan rehabilitasi untuk menjaga keseimbangan ekosistem..   Kata kunci: Cagar Alam Durian Luncuk II, keanekaragaman hayati, pola sebaran, tumbuhan asing invasif
PENDEKATAN DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN CRUSTED SCABIES PADA PASIEN IMUNOSUPRESI Maulida, Nida; Yudhitiara, Novia; Darmawan, Hari
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.48367

Abstract

Menurut perkiraan WHO, skabies mempengaruhi lebih dari 200 juta individu diseluruh dunia pada satu waktu. Meskipun skabies dapat dicegah dan diobati, penyakit ini mempengaruhi lebih dari 130 juta orang di seluruh dunia pada suatu waktu, yang menyebabkan lebih dari 1,5 juta tahun hidup dengan disabilitas di seluruh dunia. Indonesia memiliki beban skabies tertinggi di antara 195 negara yang diinvestigasi, dengan Disability Adjusted Life Year (DALYs) yang distandarisasi berdasarkan usia sebesar 153,86 per 100.000 penduduk. Crusted scabies merupakan bentuk skabies yang berat dan sangat menular. Penyakit ini terutama menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, diabetes melitus menjadi faktor predisposisi yang signifikan. Namun penyakit ini seringkali menyerupai kondisi dermatologis lain seperti psoriasis, yang menyebabkan keterlambatan diagnosis dan pengobatan yang tidak tepat. Kami melaporkan sebuah kasus crusted scabies dengan infeksi sekunder pada wanita 48 tahun yang memiliki riwayat diabetes mellitus tidak terkontrol. Pasien mengeluhkan terdapat banyak bintik kemerahan dan bercak kehitaman pada seluruh tubuh kecuali area wajah sejak 2 bulan lalu yang memberat 3 minggu terakhir hingga disertai sisik tebal berwarna putih kekuningan. Status gizi pasien termasuk gemuk tingkat berat berdasarkan klasifikasi Kemenkes RI. Pasien dirawat secara holistik bersama dengan spesialis penyakit dalam untuk mengontrol kondisi hiperglikemik yang dialami.