Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Analisis Makna Kawā’ib dalam Al-Qur’an (Kajian Semantik Toshihiko Izutsu) Monica, Salma; Dasuki, Akhmad; Faridatunnisa, Nor
Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hadis Vol 3, No 1 (2021): Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hadis
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/mashdar.v3i1.2765

Abstract

The term kawā'ib is mentioned once in the Koran in surah al-Nabā 'verse 33. The term kawā'ib in al-Qur'an and the translation means plump girls. This "plump" translation gives the impression that the Koran uses a vulgar connotation. The purpose of this study is an effort to express the meaning of the term kawā'ib in the al-Qur'an with the semantic approach of Toshihiko Izutsu. This type of research includes library research. To obtain a more precise meaning, the data obtained were interpreted using descriptive analysis and analytic induction. The theory used is the semantics of Toshihiko Izutsu. The principle of Izutsu semantic analysis is to analyze the basic meaning, relational meaning, historical meaning, and weltanschauung. This study resulted in the conclusion that the basic meaning analysis, term kawā'ib in Arabic grammatical is taken from the root word "ka'b" which means something that rises or stands out. The term kawā'ib is the plural of the word "kā'ib" which means a virgin girl with plump breasts. Then the term kawā'ib has a relational meaning: synonyms and antonyms such as al-unṡā, al-nisā`, imra'ah, niswah, hūr, al-fatā, al-rijāl and al-dzakar. In the analysis of historical meaning, the term kawā'ib has the meaning of prominent breasts or plump and virgin breasts. And weltanschauung term "kawā'ib" is a figure of youth in each individual.
The Effectiveness of Individual Counseling with the Reflection of Feeling Technique to Improve Self-Awareness and Self-Esteem Qudsiyah, Ummi; Dasuki, Akhmad
Suluh: Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol. 10 No. 2 (2025): Suluh : Jurnal Bimbingan dan Konseling
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/suluh.v10i2.9486

Abstract

Background: Self- awareness and self- esteem are important aspects of psychological well-being, yet many students show low levels of self- awareness and self-esteem, which can hinder their personal development. Aim: This study aims to analyze the effectiveness of the reflection of feeling counseling technique in enhancing self-awareness and self-esteem among students. Method: The research uses an experimental method with a Single Subject Design (SSD) type A-B-A, where the baseline phase is conducted before and after the intervention across five sessions, while the intervention phase is carried out over eight counseling sessions. The research subjects are fifth-semester students from the Islamic Guidance and Counseling (BKI) program at IAIN Palangkaraya, selected through purposive sampling. Measurements are conducted using the adapted Situational Self Awareness Scale and Private Self-Consciousness Scale for self-awareness, as well as the Coopersmith Self-Esteem Inventory (CSEI) for self-esteem. Results and Dıscussion: The results of the study show a significant increase in self-esteem by 75.3% and self-awareness by 70.3% from the initial condition. The reflection of feeling technique proved effective in enhancing self-understanding and positive self-assessment among the participants. The stability of changes in the final phase indicates that this intervention has a positive long-term impact. Conclusion: This study concludes that the reflection of feeling technique can be an effective strategy for developing self-esteem and self-awareness in the context of individual counseling.
Makna Kata Manna Wa Salwa dalam Q.S. Al-Baqarah [2]: 57 (Studi Komparatif Tafsir Klasik dan Kontemporer) Ridhani, Muhammad Rifqi; Dasuki, Akhmad
Al-Muhith: Jurnal Ilmu Qur'an dan Hadits Al-Muhith Vol. 4, No. 1 (2025)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Qur'an (STIQ) Amuntai Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35931/am.v4i1.5092

Abstract

Frasa Manna wa Salwa dalam Q.S. al-Baqarah [2]:57 bukan sekadar kisah historis tentang rezeki langit yang dikaruniakan kepada Bani Israil, melainkan menjadi simpul penting dalam wacana tafsir lintas zaman yang memperlihatkan dinamika pergeseran makna dari literalitas ke simbolisme kontekstual. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konstruksi makna Manna wa Salwa dalam perspektif tafsir klasik dan kontemporer, serta menggali relevansinya dalam kehidupan modern melalui pendekatan komparatif. Data diperoleh melalui studi pustaka terhadap tafsir Ibn Katsir, al-Qurtubi, al-Munir, dan al-Misbah. Penelitian ini bersifat kualitatif-deskriptif dengan menekankan analisis terhadap kecenderungan metodologis dan interpretatif dari masing-masing mufasir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tafsir klasik umumnya menekankan aspek tekstual dan historis, di mana manna dimaknai sebagai zat manis alami seperti madu atau getah pohon, dan salwa sebagai burung puyuh yang dagingnya dapat dikonsumsi. Sebaliknya, tafsir kontemporer membuka ruang interpretasi yang lebih fungsional, di mana keduanya tidak hanya dipahami sebagai objek fisik semata, tetapi juga sebagai simbol dari rezeki ilahi yang bergizi dan menunjang daya tahan fisik manusia. Riset ini mengembangkan dimensi kontekstual bahwa manna di era sekarang dapat dipadankan dengan makanan bergizi tinggi seperti kurma, madu, atau suplemen alami, sementara salwa dapat dimaknai sebagai protein hewani seperti ayam, bebek, atau ikan yang kaya akan nutrisi.
Menguak Rahasia Tafsir Falsafi: Sejarah, Metode dan Tokoh-Tokoh Berpengaruh Dasuki, Akhmad; Sihab, Muhamad Rulyawan; Maulana, Rifky
Al-Muhith: Jurnal Ilmu Qur'an dan Hadits Al-Muhith Vol. 4, No. 2 (2025)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Qur'an (STIQ) Amuntai Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35931/am.v4i2.5382

Abstract

Penafsiran Al-Qur’an merupakan usaha intelektual yang dilakukan oleh para mufassir sesuai dengan kapasitas keilmuannya. Salah satu corak penafsiran yang menonjol dan kontroversial dalam khazanah tafsir adalah tafsir falsafi, yakni pendekatan yang memadukan filsafat, logika, dan rasionalitas dalam memahami ayat-ayat suci. Tafsir ini berkembang pesat pada masa Kekhalifahan Abbasiyah, dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Ibnu Sina, Al-Farabi, dan Ikhwan al-Shafa. Meski mendapat penolakan dari sejumlah ulama karena dianggap menyimpang dari makna asli wahyu, tafsir falsafi tetap bertahan dan berkontribusi besar terhadap dinamika pemikiran Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji latar belakang munculnya tafsir falsafi, sumber dan metode penafsirannya, serta tokoh-tokoh penting beserta karya-karya mereka. Pendekatan yang digunakan dalam studi ini adalah penelitian kepustakaan dengan metode kualitatif deskriptif, yang mengandalkan literatur-literatur ilmiah tanpa unsur plagiarisme. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa tafsir falsafi merupakan jembatan antara rasionalitas dan spiritualitas yang memperkaya pemahaman terhadap Al-Qur’an, meskipun tetap menyisakan ruang perdebatan di kalangan umat Islam.
ANALISIS QOWA’ID FI’IL MADHI DAN FI‘L MUDHORI’ DALAM SURAH ABASA AYAT 1-10 (Kaidah tafsir fi’i madhi dan mudhori) Raihannur, Muhammad; Aulia, Eva; Dasuki, Akhmad
Journal Education and Government Wiyata Vol 3 No 3 (2025): Agustus 2025
Publisher : Yayasan Panca Bakti Wiyata Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71128/e-gov.v3i3.247

Abstract

This study aims to analyze the use of the madhi verb and mudhari verb in Surah Abasa verses 1-10. The problem raised is how the use of two forms of verbs in Surah Abasa verses 1-10 and how these verb forms show the messages and ethical values ​​contained in the verse. The method used in this study is a qualitative research method with a type of research included in the category of library research. Data were analyzed based on the grammatical structure of the verb and its relationship to the context of the revelation of the verse (asbab al-nuzul). The results of this study indicate that the madhi verb is used to describe events that have occurred as a form of reprimand and correction of inappropriate preaching approaches, while the mudhari verb is used to emphasize the possibility of similar attitudes occurring again in the future. So that it functions as a warning and the next lesson. From the results of the analysis, the choice of verb forms in these verses turns out to have a deep meaning. Not just a linguistic structure, but implies an important message about manners, social sensitivity and priorities in preaching. This shows that the structure of the madhi and mudhori verbs in verses 1-10 can open up a new understanding of the message of the Qur'an.
GHARIB, MU’ARRAB, DAN LA TARADUF: TIGA PILAR DALAM MEMAHAMI KEDALAMAN MAKNA AL-QUR'AN Azkia, Nakhwa; A, Fitri; Dasuki, Akhmad
Journal Education and Government Wiyata Vol 3 No 3 (2025): Agustus 2025
Publisher : Yayasan Panca Bakti Wiyata Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71128/e-gov.v3i3.256

Abstract

Pemahaman terhadap Al-Qur'an memerlukan pendekatan yang komprehensif, terutama dalam aspek linguistik yang kompleks.  Tiga konsep utama dalam Ushul al-Tafsir—Gharib, Mu’arrab, dan La Taraduf—berperan penting dalam mengungkap kedalaman makna Al-Qur'an.  Gharib merujuk pada kata-kata asing atau jarang digunakan yang memerlukan penafsiran khusus.  Mu’arrab adalah kata-kata non-Arab yang diadopsi ke dalam bahasa Arab dan digunakan dalam Al-Qur'an, menunjukkan interaksi budaya dan linguistik.  Sementara itu, La Taraduf menekankan bahwa tidak ada sinonim sempurna dalam Al-Qur'an; setiap kata memiliki makna dan nuansa tersendiri. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau secara kritis ketiga konsep tersebut dengan merujuk pada literatur, Metode yang digunakan adalah studi literatur dengan pendekatan kualitatif, menganalisis bagaimana para ulama dan akademisi kontemporer memahami dan menerapkan konsep-konsep ini dalam tafsir Al-Qur'an.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman yang mendalam terhadap Gharib, Mu’arrab, dan La Taraduf sangat penting dalam menafsirkan Al-Qur'an secara akurat dan kontekstual.  Studi ini juga menyoroti perlunya integrasi antara pendekatan linguistik klasik dan modern dalam Ushul al-Tafsir.
Evaluation of Career Counseling Management on Career Maturity: A Cipp Model-Based Correlational Study Qudsiyah, Ummi; Dasuki, Akhmad
Suluh: Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol. 11 No. 1 (2025): Suluh : Jurnal Bimbingan dan Konseling
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/suluh.v11i1.11054

Abstract

This study evaluates career counseling management in three senior high schools in Palangka Raya City, Indonesia, using the CIPP model. Through a mixed methods approach, the study involved 186 grade XII students as well as in-depth interviews with counseling guidance teachers and school principals. The results showed that all CIPP dimensions were positively but weakly correlated with students' career maturity, with the Product dimension having the strongest relationship (r = 0.254). Multiple regression analysis showed a significant but limited influence of the CIPP dimensions on career maturity (R² = 0.109), with Product being the dominant predictor. Thematic analysis identified challenges with structural support, limited resources, and variable student engagement, indicating a gap between policy and practice. Overall, career counseling management is structured but not yet optimal in enhancing students' career maturity, requiring policy strengthening, resource development, and more personalized counseling strategies.
The Meaning Of ‘Fata Wati, Agusti Sukma; Dasuki, Akhmad; Apriansyah, Ade
Syams Vol 3 No 2 (2022): Syams: Jurnal Kajian Keislaman
Publisher : Faculty Ushuluddin, Adab, and Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23971/js.v3i2.5832

Abstract

The purpose of this research was to determine the meaning of ‘Fatā
Al-Qur Rofi'i, Rofi'i; Dasuki, Akhmad; Hasan, Ahmad Fakhri
NALAR Vol 5 No 2 (2021): Thought and Living Islam
Publisher : Faculty of Ushuluddin, Adab, and Da'wah, State Islamic University of Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23971/njppi.v5i2.3959

Abstract

This study aims to explore the use of the Quranic verses as the spiritual shield for the people of Hanjalipan village. This is a qualitative study with an anthropological approach. Data were acquired through observation, interviews, and documentary studies. It was conducted for 3 months, from February to May 2020. The data were analyzed with the living Quran method. The findings of this study lead to the conclusion that the Hanjalipan villagers believe in the Quran not only as the holy book but also as something that has spiritual power and can bring help when it is read. This belief encourages them to make certain verses as the self-shield from various calamities, diseases, and threats.Keywords :
Menelaah Hukum Pernikahan Beda Agama dan Poligami dalam Islam: Studi QS. Al-Baqarah (2):221, Al-Maidah (5):5, dan An-Nisa (4):3,129 Afifah, Nor; Dasuki, Akhmad
Jurnal Studi Ilmu Alquran dan Tafsir Vol. 1 No. 3 (2025): April
Publisher : Indonesian Journal Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47134/jsiat.v1i3.175

Abstract

Artikel ini membahas hukum pernikahan beda agama dan poligami dalam Islam berdasarkan kajian terhadap beberapa ayat Al-Qur’an, yaitu QS. Al-Baqarah (2): 221, QS. Al-Maidah (5): 5, dan QS. An-Nisa (4): 3, 129. Pernikahan beda agama menjadi salah satu isu yang kompleks karena adanya perbedaan pendapat di antara ulama, khususnya terkait kebolehan laki-laki Muslim menikahi perempuan Ahli Kitab. Sementara itu, poligami dalam Islam juga diperbolehkan dengan syarat utama berupa keadilan, yang menjadi perdebatan mengenai sejauh mana manusia mampu mewujudkannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi tafsir dan hukum Islam, menelaah pendapat ulama klasik maupun kontemporer mengenai kedua isu tersebut. Hasil kajian menunjukkan bahwa pernikahan beda agama umumnya dilarang, kecuali dalam kondisi tertentu yang diberikan kelonggaran bagi laki-laki Muslim. Sementara itu, poligami dalam Islam diatur dengan ketat dan lebih diarahkan pada monogami sebagai bentuk ideal dalam membangun rumah tangga yang harmonis