Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

REKOMENDASI BAWASLU SEBAGAI BENTUK PROGRESIVITAS DALAM MEWUJUDKAN KEADILAN PEMILU Anggraeniko, Litya Surisdani; Sutarno, Sutarno
Jurnal Komunitas Yustisia Vol 5, No 1 (2022): Maret, Jurnal Komunitas Yustisia
Publisher : Program Studi Ilmu Hukum

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jatayu.v5i1.46039

Abstract

Bawaslu telah mengeluarkan rekomendasi untuk mendiskualifikasi terhadap 7 (tujuh) calon petahana pada pilkada 2020. Alasannya adalah 3 diantaranya merupakan petahana yang menyalahgunakan bantuan sosial untuk kepentingan pribadi dan/atau golongan, sedangkan yang lainnya adalah melakukan mutasi jabatan. Padahal kedua hal tersebut dilarang dalam hukum. Namun, memang perihal penyalahgunaan jabatan berkaitan dengan kepentingan bantuan sosial belum diatur secara spesifik dalam hukum pemilu, karena sifatnya adalah kondisional (mengikuti keadaa) yakni misalnya bencana non alam covid-19. Hal tersebut tidak menutup Bawaslu untuk melakukan terobosan hukum salah satunya adalah dengan penemuan hukum menggunakan metode interpretasi teologis-sosiologis, tujuan utamanya adalah untuk mewujudkan keadilan pemilu serta tercapainya kesejahteraan rakyat sebagaimana tujuan Negara, untuk mendapatkan progresivitas keadilan. Metode penelitian ini adalah penelitian yuridis-empiris dengan menganalisis hukum terkait dengan pemilu yang dihubungkan dengan kondisi lapangan terkait dengan pelanggaran-pelanggaran pemilu. Hasil penelitian menununjukan Bahwa Bawaslu sebagai lembaga penyelenggara pemilu berusaha mewujudkan suatu cita demokrasi yaitu keadilan pemilu. Adanya rekomendasi diskualifikasinya 7 calon petahana dalam pilkada membuktikan eksistensi bawaslu dalam menemukan keputusan yang mengedapankan kepentingan rakyat.
Perlindungan Korban Kekerasan dalam Proses Pidana: Evaluasi KUHAP dan Rekomendasi Reformasi berdasarkan Standar HAM Internasional Anggraeniko, Litya Surisdani; Palah, Nurul; Kania, Dede
Proceedings Series on Social Sciences & Humanities Vol. 23 (2025): Proceedings of Seminar Nasional Kebaharuan KUHP Nasional dan Urgensi Pembaharuan KUH
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pssh.v23i.1557

Abstract

Perlindungan terhadap korban kekerasan dalam sistem peradilan pidana di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. KUHAP yang saat ini berlaku lebih berorientasi pada perlindungan hak tersangka dan terdakwa, sementara hak-hak korban belum diakomodasi secara memadai. Berdasarkan data dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), hanya sekitar 30% korban kekerasan yang mengajukan permohonan perlindungan mendapatkan bantuan hukum dan restitusi. Selain itu, laporan dari Komnas Perempuan tahun 2023 mencatat sebanyak 339.782 kasus kekerasan terhadap perempuan, di mana mayoritas korban menghadapi hambatan dalam mengakses keadilan dan pemulihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi ketentuan KUHAP terkait perlindungan korban kekerasan dan membandingkannya dengan standar Hak Asasi Manusia (HAM) internasional. Metode penelitian yang digunakan adalah metode normatif dengan pendekatan perbandingan hukum, yang menganalisis peraturan nasional dan instrumen internasional, seperti Deklarasi PBB tentang Prinsip-Prinsip Keadilan bagi Korban Kejahatan dan Penyalahgunaan Kekuasaan. Rumusan masalah yang dikaji meliputi sejauh mana perlindungan korban diatur dalam KUHAP, bagaimana standar perlindungan korban dalam sistem peradilan berdasarkan HAM internasional, serta rekomendasi reformasi KUHAP untuk memperkuat perlindungan bagi korban kekerasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa reformasi KUHAP diperlukan untuk mengakomodasi hak korban melalui pendekatan keadilan restoratif, penyediaan mekanisme perlindungan khusus, serta peningkatan akses terhadap kompensasi dan pemulihan.
MARITAL RAPE SEBAGAI SUATU KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM DAN POSITIF INDONESIA Anggraeniko, Litya Surisdani; Kania, Dede; Saepullah, Usep
Asy-Syari'ah Vol. 24 No. 1 (2022): Asy-Syari'ah
Publisher : Faculty of Sharia and Law, Sunan Gunung Djati Islamic State University of Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/as.v24i1.18453

Abstract

Abstract: The practice of marital rape or known as marital rape is a discussion that is often considered a contradictio in terminis which is interpreted as a combination of contradictory words, because currently rape is limited outside marriage. Rape in marriage is a form of inequality in gender justice, the assumption is that men/husbands have an autonomous right to force their wives to have sex, while women/wives are legitimized by construction to devote themselves to accepting whatever is done in marriage. This should not be in line with what has been regulated in the Marriage Law, which basically states that the purpose of marriage is to form a happy and eternal family (household) based on the One Godhead. Marital rape can be defined as coercion of sexual activity by one party without regard to the other party. The purpose of this study is to explain the basis for regulating marital rape in positive law in Indonesia and Islamic law. The research method used is juridical-normative, namely research by analyzing the provisions of laws and regulations relating to marital rape by connecting the basic arrangements in Islamic law. The results of this study indicate that domestic rape or known as marital rape is part of sexual violence in the household as regulated in the PKDRT Law. Meanwhile, in Islam the essence of marriage is interpreted as mistaqan ghalidzan or a sacred and strong bond, then the practice of forced sexual intercourse is considered an inequality of rights and obligations of sexual relations in marriage. Islam teaches the principle of mu'asyarah bil ma'ruf, namely a good and voluntary relationship. in having sexual relations by not monopolizing sexuality in the name of religion because it is clearly against the Shari'a.Absktrak: Marital rape menjadi pembahasan yang sering dianggap sebagai suatu contradictio in terminis, karena pengaturan hukum tentang pemerkosaan masih terbatas di luar perkawinan. Pemerkosaan dalam perkawinan merupakan bentuk ketimpangan keadilan gender, anggapan bahwa laki-laki/suami memiliki hak otonom untuk memaksa istri berhubungan seksual, sedangkan perempuan/istri dilegitimasi konstruksi untuk mengabdikan diri menerima apapun yang dilakukan dalam perkawinan. Hal ini seyogyanya tidak selaras dengan UU Perkawinan yang pada pokoknya menyebutkan bahwa tujuan perkawinan ialah membentuk suatu keluarga (rumah tangga) yang bahagia juga kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan dasar pengaturan marital rape dalam hukum positif di Indonesia dan hukum Islam. Metode penelitian yang digunakan ialah yuridis-normatif yakni penelitian dengan menganalisa ketentuan peraturan perundang-undangan berkaitan dengan marital rape dengan menghubung­kan dasar pengaturan dalam hukum Islam. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemerkosaan dalam rumah tangga atau dikenal sebagai marital rape merupakan bagian dari kekerasan seksual dalam rumah tangga sebagaimana yang telah diatur dalam UU PKDRT. Dalam perkembangannya, RUU KUHP juga mengatur tentang marital rape. Sedangkan, dalam Islam hakikatnya perkawinan di­mak­nai sebagai mistaqan ghalidzan atau ikatan yang sakral dan juga kuat, maka praktik pe­maksaan hubungan seksual dianggap sebagai ketimpangan hak dan kewajiban relasi seksual dalam per­kawi­nan Islam mengajarkan prinsip mu’asyarah bil ma’ruf yaitu hubungan yang baik dan juga sukarela dalam melakukan relasi seksual dengan tidak memonopoli seksualitas dengan mengatas­namakan agama karena jelas bertentangan dengan syariat. 
Good Faith Principle dalam Hukum Perjanjian: Perspektif Hukum Islam Ambarwati, Auliah; Anggraeniko, Litya Surisdani
Jurnal Litigasi Amsir 2025: Special Isu (September-Oktober)
Publisher : Faculty of Law Andi Sapada Institute of Social Sciences and Business

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Good Faith Principle is one of the fundamental principles in Contract Law according to Civil Law scholarship, as stipulated in the Civil Code (Kitab Undang-undang Hukum Perdata) that every agreement (contract) must be executed in good faith. This principle itself has been extensively studied with various interpretations regarding the meaning of the good faith principle. This paper aims to examine the conception of the Good Faith Principle in Contract Law from an Islamic perspective, which subsequently reveals that first, in various verses of the Quran and in the Hadith, there are prohibitions against acts containing bad faith, which means violating the principle of good faith; second, that good faith is a reflection of one's piety. A person who acknowledges themselves as a Muslim and believes in the matters prescribed in the Quran and Hadith is on a path to attaining happiness, which is the ultimate goal of a Muslim
Disparitas Putusan Hakim Dalam Kasus Korupsi Oleh Pejabat Publik Azalia, Ummu Habibah; Aji, Alan Bayu; Anggraeniko, Litya Surisdani
Jurnal Hukum In Concreto Vol. 2 No. 2 (2023): Jurnal Hukum In Concreto Volume 2 Nomor 2 2023
Publisher : LPPM Universitas Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35960/inconcreto.v2i2.1173

Abstract

The disparity in sentencing in cases of criminal acts of corruption by public officials is caused by differences in sentences in equally serious cases, namely corruption committed by public officials. The existence of high inequality in sentencing can affect people's judgments as a form of injustice. The aim of this research is to examine how positive law regulates disparities in sentencing in judges' decisions and how public officials who commit corruption crimes are punished. This research is included in the category of normative legal research, where the data used consists of secondary sources such as legal texts including laws and regulations, court decisions, and legal journals. The research was carried out through the use of statutory methods combined with a theoretical framework and secondary data, namely legal materials. The research findings show that arrangements relating to the criminal prosecution of public officials who practice corruption can be found in Article 13 paragraph (1) of Perma Number 1 of 2020 which relates to the Guidelines for Punishment Articles 2 and 3 of the Corruption Eradication Law. However, the regulation of disparities in the Supreme Court Regulations has not been a solution in reducing disparities. It requires absolute alignment of sentencing goals so that the crimes committed with the crimes obtained can reflect the values of justice. So that disparities can be used only to burden criminal prosecution in corruption cases by public officials.
Efektivitas Hukum terhadap Perlindungan Korban Kekerasan Berbasis Gender dan Anak di Kabupaten Banyumas: Studi di Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak Putri, Septiani Aditiya; Anggraeniko, Litya Surisdani; Aji, Alan Bayu
Jurnal Hukum In Concreto Vol. 2 No. 2 (2023): Jurnal Hukum In Concreto Volume 2 Nomor 2 2023
Publisher : LPPM Universitas Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35960/inconcreto.v2i2.1174

Abstract

Gender and child-based violence in Banyumas is relatively high. This is indicated by the case data of the last 2 years released by the UPTD PPA Banyuma. This study aims to determine the effectiveness of laws and efforts to protect victims of gender-based violence and children, as well as the obstacles faced by UPTD PPA. This study uses empirical research methods, data collected by interviews, observations, and literature studies. The results of this study indicate that the effectiveness of the law on the protection of victims of gender-based violence and children in Banyumas has been effective, it is measured from 5 factors, namely legal factors, law enforcement officers, facilities or facilities, society and culture, where society and cultural factors are also obstacles for UPTD PPA. Efforts to protect victims of gender-based violence and children by UPTD PPA Banyumas conducted in 2 (two) ways, namely preventive and repressive efforts.
Implementasi Asas Keterbukaan dan Partisipasi pada Seleksi Perangkat Desa dalam mewujudkan Good Governance Pemerintahan Desa Ayu Wahyuni, Hesti; Anggraeniko, Litya Surisdani
Jurnal Hukum In Concreto Vol. 3 No. 1 (2024): Jurnal Hukum In Concreto Volume 3 Nomor 1 2024
Publisher : LPPM Universitas Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35960/inconcreto.v3i1.1342

Abstract

Good governance is the goal of every government organizer, including the village government. Important aspects in realizing good governance are transparency, accountability and participation as stipulated in Law No. 6/2014 on Villages. In line with this, Timbang Village, Kejobong Subdistrict, Purbalingga Regency has organized the selection of village officials to fill the position of Head of Hamlet II. The selection of village officials is an important part of organizing the village government which is also an implication of the principle of openness and community participation in its implementation. This research method is a juridical-empirical method using primary data on the implementation of the selection accompanied by literature review. Results and discussion, the implementation of the selection of village officials has accommodated community participation to be involved in the village government and is also an implication of the principle of openness to realize good governance through transparency of positions and selection results. The implementation of village apparatus selection is in line with the juridical provisions of Purbalingga Regent Regulation No. 27/2018 on Guidelines for Filling Village Apparatus in Purbalingga Regency. Keywords: good governance, openness, participation, village apparatus
Realizing Restorative Justice Through Rehabilitation For Narcotics Abuse As An Implementation Of The Principle Of Dominus Litis Kania, Dede; Anggraeniko, Litya Surisdani
Jurnal Cita Hukum Vol. 11 No. 3 (2023)
Publisher : Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/jch.v11i3.34756

Abstract

Rehabilitation is one form of restorative justice in Indonesia's criminal justice system. The rehabilitation practice is also able to reach drug abusers. The condition of correctional institutions that are overcapacity is the reason for the importance of alternative punishment for narcotics cases. On the other hand, narcotics are the category of victimless crimes, so the victims and perpetrators must be protected to reduce other impacts. This research uses the juridical-normative method by studying legislation and principles of criminal law. The results represent that the prosecutor's office has an important role in realising restorative justice in drug cases based on the dominus Litis principle. The use of rehabilitation is limited to drug abusers who commit criminal acts against themselves. It is still necessary to reorient the policy of terminating cases of narcotics abuse by the prosecutor's office so that the implementation of rehabilitation is truly compatible with the principle of victim protection in punishment.
Telaah Kajian Buku Sumber dalam Literasi Hukum di Era Digital Anggraeniko, Litya Surisdani; Sugiarto, Laga; Al Hadad , Alwi; Ayu Wahyuni , Hesti
Jurnal Pengabdian Masyarakat - PIMAS Vol. 3 No. 1 (2024): Februari
Publisher : LPPM Universitas Harapan Bangsa Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35960/pimas.v3i1.1306

Abstract

Buku menjadi bagian penting dalam mencari sumber hukum saat kajian literatur, pergeseran zaman dan berkembangnya teknologi tidak menjadikan buku hilang posisi. Saat ini buku telah melakukan penyesuaian, hadir dalam bentuk fisik maupun non-fisik, sehingga dapat memudahkan pembaca saat mencari sumber. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendidikan Masyarakat kepada Mahasiswa Hukum yang ada di Purwokerto, dengan menggunakan metode penelitian hukum empiris, telaah akan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Hasil dari kegiatan ini adalah Mahasiswa melalukan telaah akan sumber hukum buku dalam menyusun karya ilmiah, baik bentuk buku fisik maupun non-fisik (digital), dengan mengenal beberapa jenis buku hukum yang berbentuk digital seperti e-book, majalah dan buku saku yang nantinya dapat digunakan sebagai sumber dalam penelitian hukum.
PERKEMBANGAN HUKUM MURNI SERTA IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA Anggraeniko, Litya Surisdani; Hesti Ayu Wahyuni
J-LEE - Journal of Law, English, and Economics Vol. 6 No. 1 (2024): JUNI
Publisher : LPPM Universitas Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tumbuh dan berkembangnya gerakan postivisme di dunia telah memberikan pengaruh terhadap banyak pemikiran pada berbagai bidang keilmuan terutama berkaitan dengan proese kehidupan manusia. Postivisme merupakan salah satu aliran filsafat yang menyatakan bahwa ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Selanjutnya, setelah perkembangan hukum positif muncul teori hukum murni yang dapat dilihat sebagai suatu pengembangan saksama dari aliran positivisme. Ajaran ini menolak hal yang bersifat ideologis dan hanya menerima hukum sebagaimana adanya, yaitu dalam bentuk peraturan-peraturan yang ada. Metode penelitian ini adalah normatif atau dikenal dengan doktrinal dengan menggunakan pendekatan konseptual atau conceptual approach. Kesimpulan penelitian ini adalah Teori hukum murni merupakan teori yang berasal dari aliran hukum positif, dimana di dalam teori ini berusaha untuk memberikan pengertian hukum dilihat sebagai sesuatu yang “murni“ terlepas dari segala unsur lain yang berasal dari luar ilmu hukum itu sendiri. Pure Theory of Law Kelsen berusaha untuk membebaskan ilmu hukum dari anasiranasir non-hukum dengan mengarahkan diri pada kognisi hukum itu sendiri, Teori Hukum Murni telah diimplementasikan di Indonesia, hal tersebut tercermin dengan masih diterapkannya beberapa pemikiran dari Hans Kelsen dalam teori Stufenbau.