ABSTRAKPendahuluan: Angka konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) di Indonesia menunjukkan tingkat yang sangat rendah, terutama di kalangan remaja putri. Berdasarkan data Riskesdas 2018, meskipun 76,2% remaja putri mendapatkan akses TTD, hanya 1,4% yang mengonsumsi lebih dari 52 butir selama periode yang dianjurkan. Secara keseluruhan, rendahnya konsumsi TTD di kalangan remaja putri mencerminkan perlunya penelitian lebih lanjut mengenai konsumsi TTD pada remaja putri dan edukasi kesehatan serta dukungan sosial untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap program suplementasi ini.Metode: Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder berupa data PBL mahasiswa fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya tahun 2024 di Kecamatan Kelekar, Gelumbang dan Lembak terhadap 96 remaja Perempuan dengan pendekatan potong lintang yang dipilih menggunakan teknik Total Sampling. Data kemudian dianalisis menggunakan analisi univariat dan analisis bivariat menggunakan SPSS versi 27. Analisis univariat bertujuan untuk menganalisis karakteristik variabel. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yakni variabel karakteristik remaja dengan variabel konsumsi TTD.Hasil: Berdasarkan hasil uji bivariat mengenai korelasi karakteristik responden dan status konsumsi TTD didapatkan bahwa analisis Chi-Square menunjukkan bahwa umur (p=0,344), Pendidikan (p=0,334), status haid (p=0.051) dan usia MENARS (p=0.382) pada remaja Perempuan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan konsumsi TTD. Mayoritas total remaja yang tidak mengkonsumsi TTD dengan frekuensi sebesar 78 orang (81.2%).Pembahasan: Meskipun ada rekomendasi untuk meningkatkan konsumsi TTD pada saat menstruasi, banyak remaja putri yang tidak teratur dalam mengonsumsinya. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, efek samping yang dirasakan, atau ketidaknyamanan saat mengonsumsi tablet. Selain itu, Banyak faktor lain yang mempengaruhi keputusan remaja putri untuk mengonsumsi TTD, termasuk pengetahuan tentang manfaatnya, dukungan dari keluarga dan teman, serta persepsi pribadi terhadap kesehatan mereka.Kesimpulan: Sebagian besar remaja Perempuan (81.2%) tidak mengkonsumsi TTD. Tidak terdapat hubungan antara umur, penddikan, status haid, dan usia MENARS dengan konsumsi TTD. Edukasi yang efektif dan dukungan kontinu dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan konsumsi TTD di kalangan remaja putri.Kata Kunci: Karateristik remaja, remaja Perempuan, konsumsi TTD. ABSTRACTIntroduction: The consumption rate of Iron Supplement Tablets (ITP) in Indonesia shows a very low level, especially among adolescent girls. Based on the 2018 Riskesdas data, although 76.2% of adolescent girls have access to ITP, only 1.4% consume more than 52 tablets during the recommended period. Overall, the low consumption of ITP among adolescent girls reflects the need for further research on ITP consumption in adolescent girls, reproductive health education, and social support to increase awareness and compliance with this supplementation program.Method: This study used secondary data sources in the form of PBL data from students of the Faculty of Public Health, Sriwijaya University in 2024 in Kelekar, Gelumbang and Lembak Districts of 96 adolescent girls with a cross-sectional approach selected using the Total Sampling technique. The data were then analyzed using univariate analysis and bivariate analysis using SPSS version 27. Univariate analysis aims to analyze the characteristics of the variables. Bivariate analysis was conducted to determine the relationship between two variables, which were the adolescent characteristic variable and the ITP consumption variable.Results: Based on the results of the bivariate test on the correlation of respondent characteristics and ITP consumption status, it was found that the Chi-Square analysis showed that age (p = 0.344), education (p = 0.334), menstrual status (p = 0.051) and MENARS age (p = 0.382) in female adolescents did not have a significant relationship with ITP consumption. The majority of adolescents did not consume ITP with a frequency of 78 people (81.2%).Discussion: Although there are recommendations to increase ITP consumption during menstruation, a lot of adolescents girls are not consuming ITP regularly. This can be caused by lack of knowledge, perceived side effects, or discomfort when taking the tablets. However, there are many other factors that can influence the decision of adolescent girls to consume ITP, including knowledge of its benefits, support from family and friends, and personal perceptions of their health.Conclusion: Most adolescent girls (81.2%) did not consume ITP regularly. There was no relationship between age, education, menstrual status, and MENARS age with TTD consumption. Effective education and continuous support from various parties are needed to increase awareness and compliance of ITP consumption among adolescent girls.Keywords: Characteristics of adolescents, adolescent girls, ITP consumption.