Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Identifikasi Variasi Genetik pada Bipolar Disorder Menggunakan Data Genomik dan Pendekatan Bioinformatik Halid, Zulkifli; Nurfadilah, Nurfadilah; Usman, Fityatun; Rasyid, Andi Ulfah Magefirah; Wicaksono, Anggoro; Nugraha, Davit
Pharmacogenius Journal Vol 3 No 1 (2024): Pharmacy Genius
Publisher : Yayasan Inspirasi El Burhani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56359/pharmgen.v3i01.322

Abstract

Pendahuluan: Gangguan bipolar (Bipolar Disorder/ BD) adalah kelainan genetik yang umum dan kompleks, tetapi cara penularannya masih belum ditemukan. Penyebab BD ini dapat disebabkan oleh genetik, lingkungan serta obat-obatan.  Banyak peneliti berasumsi bahwa varian genom yang umum membawa beberapa risiko untuk mewujudkan penyakit ini. Penelitian telah menemukan hubungan signifikan pertama di seluruh genom antara polimorfisme nukleotida tunggal (SNP) yang umum dan gangguan bipolar. Saat ini, berbagai upaya sedang dilakukan untuk menerjemahkan temuan-temuan ini ke dalam praktik klinis, konseling genetik, dan pengujian prediktif.  Begitu banyak varian genetik yang dapat diukur dengan akurasi tinggi dan identifikasi tersebut dapat membantu pengembangan atau indikasi baru untuk terapi. Tujuan: Untuk mengidentifikasi varian patogen yang terkait dengan bipolar disorder menggunakan data genomik dan pendekatan bioinformatik. Metode: Menggunakan database genomik antara lain Genomic Wide Association Study (GWAS), SNPnexus, GTEx dan Ensembl untuk mengidentifikasi variasi patogen dari BD. Data dikumpulkan dari GWAS kemudian diidentifikasi dan disaring berdasarkan kriteria yang telah dibuat dan di telusur masing-masing gen (SNP) yang telah ditemukan. Hasil: Diperoleh 1969 katalog (1560 SNP) dan dari katalog tersebut terdiri dari 77 studi yang menguraikannya. Hasil penyaringan yang termasuk dalam missense varians sebanyak 21 gen, namun ada tiga gen yang teridentifikasi dengan nilai p value diatas 10-8 dan memiliki nilai odds ratio yaitu gen WSCD2 (SNP rs3764002), FKBP2 (SNP rs4672) dan gen PLEC (SNP rs6992333). Untuk skor tertinggi yaitu WSCD2 (SNP rs3764002) dan gen PLEC (SNP rs6992333) dengan nilai hingga 0.999 atau termasuk dalam kriteria probably damaging. Kesimpulan: Ditemukan tiga gen yang diidentifikasi patogen pada Bipolar Disorder. Gen WSCD2 (SNP rs3764002) yang terbanyak di Benua Asia, FKBP2 (SNP rs4672) dan gen PLEC (SNP rs6992333). Dua gen WSCD2 dan PLEC diprediksi dapat merusak struktur protein dan diprediksi spesifik ke penyakit Bipolar Disorder.
Gambaran Pola Peresepan Obat Stroke Iskemik pada Pasien Rawat Inap di Salah Satu Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bone Rasyid, Andi Ulfah Magefirah; Nurfadilah, Nurfadilah; Zulkifli, Zulkifli; Usman, Fityatun; Zulham, Zulham; Aryulindah, Adinda
Pharmaceutical Science and Clinical Pharmacy Vol 3 No 1 (2025)
Publisher : Akademi Farmasi Bumi Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61329/pscp.v3i1.39

Abstract

Stroke iskemik adalah gangguan fungsi otak yang terjadi secara tiba-tiba akibat adanya penyumbatan pembuluh darah di otak. Pola peresepan obat stroke iskemik penting dilakukan untuk memastikan tidak terjadi kesalahan peresepan obat yang berujung pada pengobatan obat yang tidak tepat. Metode peresepan yang tidak wajar akan meningkatkan efek samping obat, interaksi obat, meningkatkan biaya pengobatan dan berujung pada berkurangnya kepatuhan pasien. Sehingga dengan pola peresepan obat yang rasional akan meningkatkan akses masyarakat terhadap obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola peresepan obat stroke iskemik pada pasien rawat inap di salah satu Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bone, diantaranya jenis obat, dosis, frekuensi, dan pola kombinasi obat yang digunakan pada periode Juli-Desember 2023. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif dengan data yang dikumpulkan dari resep pasien stroke iskemik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data dianalisis untuk menggambarkan pola peresepan obat yang diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat yang paling banyak diresepkan untuk pasien stroke iskemik adalah citicolin 500 mg dengan frekuensi pemberian setiap 12 jam, mecobalamin 500 mg setiap 12 jam, amlodipin 10 mg setiap 24 jam, atorvastatin 40 mg setiap 12 jam, dan aspilet 80 mg setiap 12 jam, serta kombinasi terapi yang sering digunakan adalah antihipertensi amlodipin dan candesartan.
Upaya Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Melalui Edukasi Pertolongan Pertama Menghadapi Overdosis Di Desa Belapunranga, Kabupaten Gowa Thahir, Zakiah; Mustarin, Rahma; Sulaiman, Sulaiman; Usman, Fityatun; Masri, Anshari; Wahyuni, Yuyun Sri; Rukman, Wira Yustika; Haryanto, Haryanto; Zulkifli, Zulkifli; Jariah, Ainun
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 6 No. 2 (2025): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Edisi April - Juni
Publisher : Lembaga Dongan Dosen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55338/jpkmn.v6i2.5817

Abstract

Overdosis obat, atau keracunan obat, terjadi ketika seseorang mengonsumsi obat dalam jumlah yang melebihi dosis yang dianjurkan atau dosis yang dapat ditoleransi oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi secara sengaja (misalnya, dalam upaya bunuh diri atau penyalahgunaan narkoba) maupun tidak sengaja (misalnya, akibat kesalahan dalam penggunaan obat, interaksi obat yang tidak terduga, atau konsumsi obat di luar indikasi medis). Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan di Desa Belapunranga ini, bertujuan memberikan penyuluhan mengenai pertolongan pertama pada kasus overdosis obat dan memberikan pemahaman praktis kepada masyarakat mengenai penanganan awal kasus overdosis obat. Metode yang digunakan adalah edukasi melalui penyuluhan dan demonstrasi mengenai penanganan awal kasus overdosis obat., Kegiatan ini berhasil menarik perhatian 20 peserta, mayoritas perempuan berusia 40-50 tahun. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan pengetahuan peserta dari 15,6% sebelum edukasi menjadi 84,4% setelahnya. Dengan demikian, kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penggunaan obat yang aman dan mencegah risiko overdosis, serta mendukung mereka dalam mengenali dan menangani situasi darurat secara efektif.