Articles
BONUM COMMUNE SEBAGAI SASARAN GERAKAN BURUH MENURUT AJARAN SOSIAL GEREJA
Nadeak, Largus
LOGOS - Jurnal Filsafat Teologi Vol 1, No 1 (2002)
Publisher : Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
The labourersâ numbers have increased in line with the development of industrialization. But this development did not parallel to the appreciation on the fruit of the labourersâ work. Since long labourers become the object of work and violence. Church social teaching has anticipated labourersâ problem since the year 1891 through the Encyclical letter âRerum Novarumâ. Itâs main point is that man is homo laborans. When human put in on the job, they will fulfil their needs and also form their self-integrity. Therefore menâs/womenâs job must be paid in a proper payment in accordance to the fruit of their work and ability of enterprise. Communion secure and prosperous should be the aim of this movement. Bonum Commune gives assurance to the rights of every human as individual, and right of every human in the certain social communities. The church social teaching should be the light on the labourersâ movement to make a change in an injustice toward bonum commune.
KEMBALI MENJADI TANAH Satu Refleksi Ekologis Prapaska
Nadeak, Largus
LOGOS - Jurnal Filsafat Teologi Vol 10, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Fenomena manusia yang terasing dari tanah, terasing dari bumi, terasing dari Allah bisa kita amanti di data ekologis dan perilaku manusia dewasa ini. Di beberapa tempat tanah jadi tandus sulit hidup tanam-tanaman kerena sudah rusak oleh pestisida dan pupuk kimia; di beberapa kota dan daerah banjir makin sering karena hutan dan air tanah tidak dikelola dengan baik; di bumi manusia tidak peduli dengan tata ciptaan yang dikehendaki Allah Pencipta. Pandangan manusia atas statusnya yang bukan bagian bumi, dan tindakan yang berhubungan dengan pandangannya atas statusnya tersebut, turut memengaruhi keterasingan yang terjadi. Kembali menjadi tanah! Seruan ini yang disampaikan pada hari Rabu Abu, merupakan ajakan agar umat Kristen berubah dan bertobat, kembali menata hidup, kembali menata relasi dengan sesama dan dengan ciptaan lain di bumi, dan juga dengan Allah yang sudah memilih tinggal di bumi ini. Kembali menjadi tanah, merupakan proses perjalanan pengolahan tanah, pengolahan hidup sehingga manusia merasa damai sebagai tanah, dan bersama komunitas ciptaan Allah mengalami at home on earth.
EUTANASIA Masalah Etis di Akhir Hidup
Nadeak, Largus
LOGOS - Jurnal Filsafat Teologi Vol 9, No 1 (2012)
Publisher : Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Eutanasia merupakan masalah etis di akhir hidup. Masalah ini sudah menjadi bahan pembicaraan panjang dan akan tetap berlangsung karena pandangan dan keputusan tepat terhadap orang sakit terminal tidak sama. Pendukung eutanasia mengatakan bahwa mempercepat kematian orang sakit terminal merupakat tindakan tepat. Argumen yang digunakan, agar orang sakit tidak lama menderita kalau toh akan mati, dan orang sakit tersebut bisa menggunakan hak terakhirnya yaitu hak untuk mati. Menurut Gereja Katolik, berpendapat lain. Eutanasia dikategorikan pembunuhan. Diyakini, yang baik sesungguhnya untuk orang sakit terminal, bukan mempercepat kematian dan bukan juga memperpanjang hidup dengan menggunakan sarana luar bisa yang sebenarnya tidak perlu. Yang baik sesunguhnya adalah menemani orang sakit dengan cinta sehingga orang sakit tersebut menerima kematian dengan damai dalam terang iman. Kematian hendaknya berjalan alami dan manusiawi dalam penyerahan pada Allah pemberi hidup itu sendiri. Allah yang berhak menentukan hidup dan mati manusia ciptaan-Nya.
JIWA MERDEKA DALAM MASYARAKAT YANG SERBA ATURAN
Nadeak, Largus
LOGOS Vol 7 No 1 (2009): Januari 2009
Publisher : UNIKA Santo Thomas
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (152.467 KB)
|
DOI: 10.54367/logos.v7i1.262
Masyarakat dewasa ini berada dalam kesulitan untuk mengadakan pilihan, karena terperangkap dalam 2 arus kecenderungan yang deras, yang keduanya bermuara pada “waduk†yang sama yaitu legalisasi. Legalisasi tersebut muncul dalam dua wajah yaitu legalisasi formal dan legalisasi immoral. Dalam situasi masyarakat demikian jiwa merdeka yang dituntun oleh Roh Allah harus menyala sehingga kebebasan sejati anak-anak Allah masih berlangsung secara terhormat. Jiwa merdeka yang dimiliki Musa menjadi inspirasi bagi umat beriman. Orang Israel yang dipimpin oleh Musa bisa bebas dari keadaan sulit, ketika terperangkap di antara Laut Merah yang terbentang luas di depan dan pengejaran serdadu Firaun yang kuat dan berjumlah besar di belakang mereka. Pengalaman Musa ini menggariskan dengan tegas bahwa, human possibility is rooted in divine necessity, and human necessity is rooted in divine possibility.
EUTANASIA : Masalah Etis di Akhir Hidup
Nadeak, Largus
LOGOS Vol 9 No 1 (2012): Januari 2012
Publisher : UNIKA Santo Thomas
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (120.605 KB)
|
DOI: 10.54367/logos.v9i1.318
Eutanasia merupakan masalah etis di akhir hidup. Masalah ini sudah menjadi bahan pembicaraan panjang dan akan tetap berlangsung karena pandangan dan keputusan tepat terhadap orang sakit terminal tidak sama. Pendukung eutanasia mengatakan bahwa mempercepat kematian orang sakit terminal merupakat tindakan tepat. Argumen yang digunakan, agar orang sakit tidak lama menderita kalau toh akan mati, dan orang sakit tersebut bisa menggunakan hak terakhirnya yaitu hak untuk mati. Menurut Gereja Katolik, berpendapat lain. Eutanasia dikategorikan pembunuhan. Diyakini, yang baik sesungguhnya untuk orang sakit terminal, bukan mempercepat kematian dan bukan juga memperpanjang hidup dengan menggunakan sarana luar bisa yang sebenarnya tidak perlu. Yang baik sesunguhnya adalah menemani orang sakit dengan cinta sehingga orang sakit tersebut menerima kematian dengan damai dalam terang iman. Kematian hendaknya berjalan alami dan manusiawi dalam penyerahan pada Allah pemberi hidup itu sendiri. Allah yang berhak menentukan hidup dan mati manusia ciptaan-Nya.
ALLAH PENCIPTA HADIR DI SINI BERSAMA CIPTAANNYA : Refleksi Ekologis Kontekstual
Nadeak, Largus
LOGOS Vol 15 No 2 (2018): Juni 2018
Publisher : UNIKA Santo Thomas
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (340.143 KB)
|
DOI: 10.54367/logos.v15i2.321
“Berpikir global dan bertindak lokal!†merupakan seruan ekologis yang perluditidaklanjuti dan direalisasikan. Dalam hidup nyata setiap hari di tempatnyadan di waktu sekarang umat Kristen bersama dengan masyarakat dipanggilberpartisipasi memelihara karya Allah yang nyata di bumi dan isinya.Kekayaan dan keindahan bumi sangat terbuka untuk kegiatan bisnispariwisata. Badan Pelaksanaan Otorita Danau Toba (BPODT) sedangmerancang Danau Toba sebagai belahan bumi yang indah menjadi tujuanpariwisata. Masyarakat Batak-Toba yang mayoritas tinggal di sekitar DanauToba memiliki budaya dan tradisi religius. Suku Batak-Toba memiliki kisahpenciptaan yang sangat khas, dan nilai yang ada dalam kisah penciptaantersebut tersebar di tata budaya dan tindakan religi yang bermuatan kelestarian kekayaan alam. Masyarakat sekitar Danau Toba dipanggil agar giat berperan memelihara lingkungan serta melestarikan budaya dan tradisi religi yang sungguh bermakna bagi banyak orang. Kegiatan pengembangan ekonomi pariwisata seharusnya menghargai nilai budaya dan kekayaan religi yang ada, serta mendukung masyarakat setempat dan orang yang berkunjung untuk mengalami dan mengungkapkan bahwa Allah hadir sini bersama ciptaan-Nya.
KRISTUS BANGKIT MENEBUS DUNIA: Refleksi Ekologis Atas Paska
Nadeak, Largus
LOGOS Vol 15 No 1 (2018): Januari 2018
Publisher : UNIKA Santo Thomas
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (147.992 KB)
|
DOI: 10.54367/logos.v15i1.330
Perayaan Paska menghadirkan kenyataan kebangkitan Yesus Kristus Penebus semua ciptaan. Allah Pencipta berinkarnasi, hadir dan tinggal bersama ciptaan-Nya dengan kelahiran dan kehadiran Yesus Kristus di bumi. Allah yang hadir bersama ciptaan nyata menderita, mati dan terutama bangkit untuk menebus semua ciptaan, bukan hanya manusia tetapi semua ciptaan yang hidup dan tidak hidup, yang kelihatan dan tak kelihatan. Manusia penghayat iman kebangkitan Kristus yang ditebus, mengaktualisasikan penebusan yang dialami dengan memelihara ciptaan agar pengalaman kebangkitan ciptaan menjadi nyata. Sikap dan tindakan paska direalisasikan secara personal dan bersama di tempat masing-masing, sehingga bumi menjadi tempat tinggal yang harmonis untuk Allah Pencipta dan ciptaan-Nya termasuk manusia dan ciptaan lain.
MENCINTAI KELUARGA : Mengahayati Keadilan dan Belas Kasih
Nadeak, Largus
LOGOS Vol 14 No 2 (2017): Juni 2017
Publisher : UNIKA Santo Thomas
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (162.231 KB)
|
DOI: 10.54367/logos.v14i2.336
Tantangan, masalah, dan krisis dalam keluarga dengan bervariasi jenis sudah lama terjadi dan akan berlanjut. Aturan yang sudah dirumuskan dalam masyarakat dan dalam umat Gereja bisa membantu keluarga, tetapi cenderung menghukum keluarga yang bersalah, sehingga kurang membantu keluarga untuk memperbarui diri. Paus Fransiskus dalam Bulla Misericordiae Vultus (Wajah Kerahiman) dan Anjuran Apostolik Paska Sinode Amoris Laetitia (Kegembiraan Cinta) mengajak umat agar setiap keluarga bergegas menghayati kekudusan sakramental perkawinan dalam kehidupan real, sehingga bergembira saling mencintai dengan keadilan dan belas kasih. Daya belas kasih ilahi yang hidup dalam keluarga sakramental akan bangun kalau keluarga memaafkan kekurangan dan meneguhkan kebaikan sehingga nyata dialami suka cita yang bisa mengatasi tantangan dan masalah. Dengan membaca dan mendengar Sabda Allah, keluarga mendapat inspirasi dari pengalaman keluarga beriman untuk menghayati keterlibatan Allah. Dengan berdoa bersama di keluarga dibantu media yang tersedia dewasa ini, serta kreatif menggunakan waktu secara bersama dalam kesibukan harian akan mendatangkan berkat baru untuk keluarga.
KEMBALI KE YANG ALAMI : Tawaran Keluarga Berencana Alamiah
Nadeak, Largus
LOGOS Vol 2 No 2 (2003): Juni 2003
Publisher : UNIKA Santo Thomas
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (258.956 KB)
|
DOI: 10.54367/logos.v2i2.352
Family is a basis of social life in transforming and improving the values of life. Being a good family depends on how the family is planned. When we speak about a family planning, we touch a responsible and happy family. A family must plan the number of its member. And it demands right means. Nowadays, the means of family planning often used are artificial. These means have inclination to despise the organ of human procreation.Catholic Church suggests us to use natural family planning. This method respects natural riches of creation. The effectivity of this method depends on one’s ability to understand the phenomena of the organ of human procreation. For most families, it is not easy to understand these phenomena and the method of natural family planning. Therefore, though not appropriate to the traditional norm, KWI (Indonesian Bishop’s Conference) gives a possibility, that if a family has difficulty using natural family planning, this family can use alternative unabortive and permanent sterilisation means beside natural family planning. This idea is not contradict with natural family planning, but really in promotion of natural family planning.
HABITUS OPERATIVUS BONUS : Keutamaan Menurut St. Thomas Aquinas
Nadeak, Largus
LOGOS Vol 3 No 2 (2004): Juni 2004
Publisher : UNIKA Santo Thomas
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (243.235 KB)
|
DOI: 10.54367/logos.v3i2.387
St. Thomas Aquinas defines virtue as a good habit bearing on activity or a good faculty-habit (habitus operativus bonus). He adopts his idea from Aristoteles’ opinion. Aristoteles defines it as mean (mesotes) between two vices. Basic to the concept of virtue is the element of habit, which stands in a special relation to the soul, whether in the natural order or elevated to the divine life by grace (moral virtues and theological virtues). Back to virtue is a calling, so that people in our era is consistent in committing good acts.