Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Techniques and Philosophy Steps of Ampek Sasaran Junguik Sati: In the Context of Minangkabau Culture Metro, Wardi; Stevenson, Yan; Maghfirah, Auliana Mukhti
Journal of Scientific Research, Education, and Technology (JSRET) Vol. 3 No. 3 (2024): Vol. 3 No. 3 2024
Publisher : Kirana Publisher (KNPub)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58526/jsret.v3i3.471

Abstract

This research aims to investigate the technique and philosophy behind Step Ampek Sasaran Junguik Sati in the context of Minangkabau culture. Langkah Ampek is a traditional movement in Minangkabau martial arts that has been passed down from generation to generation. This research uses a qualitative approach by collecting data through direct observation, interviews with skilled practitioners, and analysis of related cultural texts. The results showed that Langkah Ampek is not only a series of physical movements, but also reflects philosophical values in Minangkabau culture. The philosophy includes spiritual, moral, and social aspects, which are reflected in each step of the movement. The techniques used in the Langkah Ampek Sasaran Junguik Sati are closely related to natural conditions, daily life, and the history of Minangkabau culture. This research also identified that Sasaran Junguik Sati plays an important role in maintaining Minangkabau cultural identity and strengthening the sense of solidarity among community members. The practical implication of this research is the importance of maintaining and developing traditional cultural heritage as an integral part of cultural sustainability and community development in Minangkabau.
“Rasuk” Refleksi Dari Tradisi Basirompak Nagari Taeh Baruah Kecamatan Payakumbuh Kabupaten Lima Puluh Kota Nastifauziah, Hafifi; Metro, Wardi; Syahril, Syahril; Ilham, Kurniadi
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 2 (2025): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Karya tari berjudul “Rasuk” terinspirasi dari fenomena budaya yang terjadi di Nagari Taeh Baruah, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota. Karya ini merepresentasikan respons tubuh Puti Lasuang Batu yang mengalami gangguan akibat kiriman roh oleh seorang dukun sirompak. Gagasan tersebut diwujudkan dalam bentuk koreografi kelompok, dengan melibatkan tujuh penari perempuan sebagai representasi atas berbagai macam reaksi tubuh yang timbul akibat pengalaman tersebut. Pertunjukan karya ini dilaksanakan di Auditorium Boestanul Arifin, Institut Seni Indonesia Padangpanjang, dengan menggunakan iringan musik teknolive. Struktur koreografi terbagi ke dalam tiga bagian. Bagian pertama merupakan interpretasi pengkarya terhadap bunyi dendang yang direspons melalui gerak tubuh. Bagian kedua menggambarkan respons tubuh berupa kejang-kejang yang disebabkan oleh pengaruh mantra. Adapun bagian ketiga menampilkan reaksi tubuh yang tidak terkontrol sebagai akibat lanjutan dari mantra tersebut. Proses perwujudan karya ini menggunakan metode yang terdiri atas pengumpulan data melalui observasi, eksplorasi gerak, improvisasi, pembentukan koreografi, serta evaluasi.
KARYA TARI “IDENTITAS YANG TERKIKIS” INTERPRETASI DARI AKTIVITAS PEREMPUAN DALAM PROSESI MAANTAAN TANDO DI KOTA PARIAMAN Maidarlita, Serla Putri; Loravianti, Susas Rita; Sukri, Ali; Metro, Wardi
EZRA SCIENCE BULLETIN Vol. 3 No. 2 (2025): July-December 2025
Publisher : Kirana Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58526/ezrasciencebulletin.v3i2.395

Abstract

Karya tari “Identitas Yang Terkikis” terinspirasi dari fenomena sosial budaya yang ada di Dusun Ps. Hilalang, Desa Taluk, Kecamatan Pariaman Selatan, Kota Pariaman yaitu Tradisi Maantaan Tando. Tradisi Maantaan Tando merupakan sebuah tradisi pernikahan yang merajuk pada simbol atau tanda pengikat yang diberikan dari pihak keluarga perempuan kepada keluarga laki-laki sebagai bentuk pertunangan resmi. Tradisi ini bertujuan untuk menjaga silahturahmi antara kedua belah pihak., tradisi ini juga mengandung nilai kebersamaan, kegembiraan, gotong-royong dan saling tolong-menolong. Dari fenomena tersebut, pengkarya menerjemahkannya ke dalam bentuk koreografi berkelompok yang ditampilkan di Auditorium Boestanul Arifin Adam Institut Seni Indonesia Padangpanjang. Karya yang terbagi dalam tiga bagian ini ditampilkan oleh tujuh orang penari perempuan. Rias busana yang digunakan yaitu rias cantik panggung dan busana baju kurung kreasi berwarna crem dengan bawahan kain sarung pada bagian satu, baju kurung kreasi berwarna warni dengan celana longgar berwarna putih pada bagian dua. Metode yang digunakan dalam penggarapan karya ini adalah riset, rancangan konsep, alat perwujudan karya, kerja studio, dan konsep pertunjukan.
“Bit-Bit” Sebagai Bentuk Perlawanan Dan Do’a Terhadap Eksploitasi Hutan Di Kepulauan Mentawai Muttakin, Achmad Ghozali Idham; Emri Emri; Stevenson, Yan; Metro, Wardi
JURNAL ILMIAH NUSANTARA Vol. 2 No. 6 (2025): Jurnal Ilmiah Nusantara
Publisher : CV. KAMPUS AKADEMIK PUBLISING

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61722/jinu.v2i6.6198

Abstract

The dance work BIT-BIT was inspired by the social phenomenon of forest exploitation currently occurring in the Mentawai Islands. This work embodies resistance and prayer against forest exploitation, which impacts the lives and culture of the Mentawai people. The artist interpreted this idea in group choreography, using eight male and female dancers to represent the artist's concerns about forest exploitation. This work was performed on the Arena stage of the Boestanoel Arifin Adam Auditorium, Indonesian Institute of the Arts, Padangpanjang. The work is divided into three parts. In the first part, the artist interprets the chanting of Urai and the property of Jejeneng to gain strength from ancestral spirits to ward off evil spirits. In the second part, the artist interprets foot stomping as a form of resistance against forest exploitation. In the third part, the artist interprets Urai as a symbol of prayer and hope to voice the Mentawai people's concerns about forest exploitation.
Karya Tari Rang Babanjuang Interpretasi Proses Pembangunan Gaduang-Gaduang Terbuka Awal, Ramadhan; Ilham, Kurniadi; Metro, Wardi; Emri
JURNAL ILMIAH NUSANTARA Vol. 2 No. 6 (2025): Jurnal Ilmiah Nusantara
Publisher : CV. KAMPUS AKADEMIK PUBLISING

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61722/jinu.v2i6.6204

Abstract

The Rang Babanjuang dance is inspired by a cultural phenomenon in the Dharmasraya region, specifically on the Dareh River, namely the activities of farmers in building gaduang-gaduang (a kind of structure) in rice fields and plantations. The construction of gaduang-gaduang embodies the values of togetherness, one of which is mutual cooperation. This dance expresses how farmers carry out their work cooperatively, embodying the values of togetherness. Rang Babanjuang is a contemporary group dance with an abstract style and cultural theme, utilizing dance movements and techniques. To interpret ideas in accordance with the concept being developed, this work uses the methods of Alma M. Hawkins, namely data collection and field observation, exploration, improvisation, formation, and evaluation. This work involves seven male dancers.