Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

PERUPA WANITA DALAM WILAYAH KOMUNITAS SENIMAN DI KOTA SEMARANG: KAJIAN EKSISTENSI DAN FAKTOR PENGHAMBATNYA -, Syakir
Imajinasi Vol 1, No 2 (2005): Imajinasi
Publisher : Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Profesi kesenirupaan tampaknya lebih banyak didominasi oleh perupa pria dibandingkan dengan perupa wanita. Fenomena ini merupakan suatu hal yang menurut penulis menarik untuk dicermati dan dikaji. Penelitian ini diarahkan untuk mencari jawaban atas: (1) bagaimana gambaran eksistensi wanita dalam profesi seniman perupa yang ada di Kota Semarang, (2) Faktor-faktor apa yang menjadi penghambat bagi wanita untuk eksis berprofesi sebagai seniman perupa di Kota Semarang. Pendekatan dan strategi penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan perspektif jender. Latar penelitian ditentukan secara purposif, dengan pertimbangan kelayakan informasi yang diperlukan, yaitu wanita seniman perupa di Kota Semarang. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data ditempuh melalui proses reduksi, saajian, dan verifikasi data. Hasil penelitian ini memberi jawaban atas masalah: pertama, telah terjadi kesenjangan yang sangat mencolok dalam hal profesi seniman perupa antara kaum wanita dan kaum pria di Kota Semarang. Dalam profesi ini sangat didominasi oleh pria dan sangat minim jumlah wanita yang dapat eksis dalam profesi ini. Kedua, faktor yang menjadi penghambat bagi wanita untuk eksis sebagai perupa yaitu: (a) rasa diskriminatif yang terkadang muncul pada diri wanita; (b) pengaruh kultur dalam kehidupan sosial budaya Jawa; (c) pengaruh keluarga, baik mendukung maupun tidak; (d) Naluri dalam kedudukan sebagai “wanita” yang harus mengemban tugas sebagai isteri dan sebagai ibu; (e) wanita yang punya profesi lain; (f) latar belakang pendidikan akdemis seni rupa; (g) Orientasi komersial dalam berkarya; (h) citra sebahagian masyarakat yang memandang profesi “seniman” atau perupa sebagai sosok yang bebas dan tidak teratur pola hidupnya; (i) Apresiasi masyarakat yang masih rendah terhadap karya seni rupa;serta (j) faktor psikologis pada diri wanita. Berdasarkan hasil penelitian ini penulis menyarankan; (1) kepada wanita perupa khususnya yang ada di Kota Semarang agar tetap berusaha untuk eksis sebagai perupa profesional dan aktif dalam menyajikan karya-karya dalam gelar karya atau pameran, (2) kepada segenap masyarakat penikmat seni rupa, hendaknya dapat lebih meningkatkan apresiasinya sehingga dapat memberi penilaian yang lebih baik dan membangkitkan semangat berkarya bagi kreator seni Kota Semarang, (3) Kepada pemerintah dan pihak yang berwenang agar memberi perhatian khusus kepada wanita perupa Semarang sehingga mereka pun bisa eksis sebagaimana halnya perupa pria, tentunya dengan memberikan sarana dan fasilitas yang mendukung. Kata kunci: seniman, seni rupa, wanita perupa, eksistensi
Pelatihan Berkarya Seni Kolase Dengan Pemanfaatan Limbah Kertas Dan Kain Perca Bagi Remaja Karang Taruna (Aktualisasi Program Desa Binaan Fbs Unnes Di Desa Duren Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang) Syakir Syakir; Arif Fiyanto; Erdin Kurniawan
Abdi Seni Vol 11, No 2 (2020)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/abdiseni.v11i2.3465

Abstract

ABSTRAK Peningkatkan, pengembangan pengetahuan dan keterampilan untuk masyarakat merupakan sebuah rangkaian kegiatan yang senantiasa perlu diupayakan. Seiring dengan perkembangannya, Fakultas Bahasa dan Seni, Jusuran Seni Rupa Universitas Negeri Semarang sebagai penyelenggara pendidikan perlu inovasi dan aplikasi secara langsung kepada masyarakat melalui propram pengabdian yang dilaksanakan oleh Dosen. Sasaran yang menjadi tempat pelaksanaan dalam pelaksaan program pengabdian kepada masyarakt ini  yakni remaja Karang Taruna di Desa Binaan, Desa Duren kecamatan Bandungan kabupaten Semarang. Kegiatan penabdian ini sebagai upaya meningkatkan SDM pada masyarakat setempat, semangat konservasi serta kesadaran  masyarakat  akan  potensi seni dan kerajinan yang dimilki. Kemudian dengan upaya tersebut semoga dapat mendorong tumbuhnya   kreativitas,   motivasi   dan   inovasi   masyarakat   melalui  pelatihan  berkarya seni kolase berbahan limbah kertas dan kain perca, sehingga menjadi karya seni bernilai tinggi meski dari bahan limbah. Metode yang digunakan dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini adalah metode peragaan, dan latihan praktik yang didukung dengan demonstrasi. Melalui peragaan dapat memberikan pemahaman tentang berbagai jenis alat dan bahan yang digunakan serta teknik dalam berkarya seni seni kolase .Kata kunci: Seni Kolase, Limbah, Konservasi, Desa DurenIncreasing, developing knowledge and skills for the community, is a series of activities that always need to be pursued.  Along with its development, the Faculty of Language and Arts, Jusuran Seni Rupa Semarang State University as providers of education need innovation and application directly to the community through a service program carried out by Target Lecturers which is the place for implementing this community service program, namely Karang Tanuna youth  Assisted Village.  Duren Village, Bandungan District, Semarang Regency. This service activity is an effort to improve human resources in the local community.  the spirit of conservation and public awareness of the potential of the arts and crafts they have.  Then with these efforts, hopefully it can encourage the growth of creativity, motivation and innovation in the community by creating collage art made from paper and patchwork waste, so that it becomes a work of high value art even from waste materials.  The methods used in this Community Service activity are demonstration methods and practical exercises that are supported by demonstrations.  Through demonstrations it can provide an understanding of the various types of tools and materials used as well as techniques in creating collage art. Keywords: Collage Art.  Waste, Conservation.  Duren Village 
PEMBELAJARAN MEMBATIK PADA MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN BIDANG KERAJINAN DI MAN KOTA TEGAL Aji Prasetyo; Purwanto Purwanto; Syakir Syakir
Eduarts: Jurnal Pendidikan Seni Vol 9 No 1 (2020): Eduarts: Jurnal Pendidikan Seni
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/eduarts.v9i1.38227

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan: (1) proses pembelajaran membatik pada mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan bidang Kerajinan di MAN Kota Tegal; (2) hasil kerajinan batik karya siswa kelas X MIPA 3 dalam berkarya batik; (3) faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran membatik. Pendekatan yang digunakan yakni deskriptif kualitatif studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data mencakup reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan pada persiapan pembelajaran guru tidak membuat RPP sendiri melainkan mengunduh dari internet. Alokasi waktu pembelajaran dilakukan berangsur-angsur, tidak mengacu pada RPP. Semua hasil karya batik yang dibuat siswa cenderung sama di bagian warna, jenis motif dan susunan motifnya. Faktor pendukung pembelajaran membatik yakni pada motivasi siswa saat mengikuti pembelajaran dan faktor penghambat yakni sarana dan prasarana pembelajaran membatik yang kurang lengkap. Saran yang dapat peneliti berikan yakni untuk lebih meningkatkan fasilitas dan sarana prasarana guna menunjang pembelajaran batik serta untuk guru agar terus mengembangkan perangkat dan media pembelajaran dengan tepat dan baik.
MERDEKA BELAJAR KAMPUS MERDEKA (MBKM): OBJEKTIFIKASI KRITIS PENDIDIKAN SENI Rachmat Rachmat; Hartono Hartono; Syakir Muharrar
xxxx
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/bl.v1i4.41404

Abstract

Kurikulum merupakan hal yang statis, hal ini berjalan di Indonesia ditandai seiringnya paradigma menteri yang membawahinya. Tujuan penulisan artikel ini untuk menjawab landasan ideologi terhadap implementasi kebijakan MBKM dan relevansinya terhadap pendidikan seni. Hasil penelitian adalah 1. Keterampilan yang diperoleh selama pendidikan dengan sistem Kampus Merdeka ini pada akhirnya untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan superstruktur, 2) Pihak yang diuntungkan adalah pelaku industri global, pelaku industri dalam negeri, dan pemerintah, 3) Tentunya publik yang sangat dirugikan, sebab kebijakan ini hanya menguntungkan bagi yang memanfaatkan peluang ekonomi kebijakan tersebut, 4) Pendidikan seni sebagai paradigma penyadaran kritis memungkinkan peserta didik terintegrasi dengan realitas sosial-masyarakat, penyedia agen perubahan sosial.
The hudoq mask works potential as a source of learning and moral based local wisdom of Dayak bahau busang tribe Jesita Trisnawati; Syakir Muharar; Eko Sugiarto
The International Journal of Politics and Sociology Research Vol. 10 No. 4 (2023): Maret: Politic and Sosiology
Publisher : Trigin Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35335/ijopsor.v10i4.88

Abstract

The Hudoq mask is a dance attribute used in the Hudoq ritual ceremony in Ujoh Bilang Village, Long Bagun District, Mahakam Ulu Regency. This research uses descriptive analysis method, using data collection techniques; observation techniques, interview techniques, and documentation. This study aims to describe and analyze cultural values, and their potential as a source of learning and morals based on local wisdom contained in the Hudoq mask dish. Topeng Hudoq is a regional art that must be maintained and preserved in society, especially in the younger generation, because regional art is an asset and cultural identity of the Dayak Bahau Busang Tribe. The wisdom values contained in the Hudoq mask art are religious values, cultural values, moral values, aesthetic values, togetherness values, politeness values, and social values. The Hudoq mask has the potential to become a source of learning about fine arts and morals because it has unique shapes and motifs that can be used as a source of learning about fine arts, namely drawing. Training children to draw with objects that are close to the environment in which they live is related to culture, can instill a sense of love for culture in children as well as education of cultural values, and aims to teach lessons that customs need to be maintained and maintained. preserved for future generations.
PEPE' PEPE' BAINE DANCE DANCER RECRUITMENT SYSTEM AT SIRAJUDDIN SANGGAR GOWA REGENCY Selfiana Saenal; M Jazuli; Syakir Syakir
xxxx
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/bl.v2i2.47718

Abstract

Pepesaat dance performance is one of the dance performances that began to develop in modern society such as Makassar. In the quality of performance, the role of the organization becomes important to be able to continue to develop following the changing times and the needs of society. Sanggar Sirajuddin Gowa is famous for the Pepe-pepe'Baine dance which is often performed at various events as a means of entertainment. The purpose of this study was to analyze the recruitment process of Pepe' Baine dancers at Sanggar Sirajuddin Gowa. The research method used is qualitative with a descriptive case study approach with interview, observation, and questionnaire data collection techniques. The results of the analysis showed that the process of recruiting dancers by Sanggar Sirajuddin was not specific but went naturally which made the Sanggar Leadership assess the feasibility of becoming a Pepe-pepe dancer. This is one of the reasons the number of dancers is only 9 people to date.
Analysis of Broken Home Children Pictures at Salib Putih Orphanage Salatiga Arindy Sabilla Dewi; Syakir Syakir; Eko sugiarto
Catharsis Vol 12 No 1 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/catharsis.v12i1.71555

Abstract

This study discusses the visual expression of Broken Home children in the image of the pictures. For every individual, the family is referred to as a house that is always there in each of the individual conditions. However, it is not uncommon for the family to be a place to go home because of certain conditions experienced by an individual. This can be in the form of disharmony in the tang or broken home. The purpose of this study is to reveal whether the background factor of an individual can affect the work of the picture or not. This study uses a qualitative approach by applying the discipline of psychology and aesthetics. The research design is a case study, where data collection techniques use observations, interviews and document studies. For the validity of the data using the triangulation technique where this method is carried out by interview then followed by observation to obtain the same information. The study will be conducted at the Salib Putih Orphanage in Salatiga, with the research subject, the orphans who have a broken home background. The results revealed that a child's family background can affect the work of family -themed images. The child does not describe the state of his family in a bright manner. However, children tend to show their emotions and feelings honestly through the signs he made in his picture.
Postmodernisme dalam Pendidikan (Seni) Indonesia: Dampak dan Implikasi Wacana Dekonstruksi-Postmodernisme terhadap Proses Kreatif Artistik dan Pembelajaran Seni Kontemporer Abdul Azis; Syakir Syakir; Karta Jayadi; Wandah Wibawanto
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana Vol. 6 No. 1 (2023)
Publisher : Pascasarjana Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Postmodernisme lahir sebagai bentuk dan respon persinggungan, perlawanan dan penolakan terhadap tradisi pengetahuan modern Eropa yang identik dengan rasionalitas, terukur, keseragaman, fungsional, kontinuitas dan efisien. Pemahaman postmodernisme telah mempengaruhi tidak hanya cara berpikir dalam melihat peristiwa kekinian dalam masyarakat namun juga dalam bertindak secara “sublime” di segala aspek kehidupan manusia seperti sosial, ekonomi, budaya, dan pendidikan (seni). Wacana bertemunya teori-teori postmodernisme dengan pendidikan (seni) ataupun sebaliknya dewasa ini menjadi diskursus panjang di atas meja besar “after globalisasi” walaupun topik ini minim dibicarakan di Indonesia. Penelitian ini menganalisis dampak dan implikasi wacana dekonstruksi - postmodernisme dalam pendidikan (seni) di Indonesia terhadap proses kreatif artistik dan pembelajaran seni kontemporer di sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan hermeneutika radikal dengan pendekatan interdisiplin melalui kajian pustaka terhadap wacana dekonstruksi- postmodernisme dan implikasinya terhadap karya seni kontemporer siswa dan kajian semiotik visual kontemporer terhadap dokumen pictorial dan audio visual artistik karya seni kontemporer peserta didik. Wacana dekonstruksi dalam postmodernisme membawa dampak dan implikasi yang positif dan luas terhadap proses kreatif artistik dan pelaksanaan pembelajaran kontemporer pendidikan seni di sekolah khususnya pada aspek kemampuan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi dan komunikasi (C4) peserta didik. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi guru pendidikan seni dalam meningkatkan kompetensi keterampilan abad 21 peserta didik melalui pembelajaran seni kontemporer di sekolah,
Kesenian Madihin Di Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan : Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler Muhammad Budi Zakia Sani; Wadiyo Wadiyo; Suminto A. Sayuti; Syakir Syakir
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana Vol. 6 No. 1 (2023)
Publisher : Pascasarjana Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini adalah hasil dari intisari sebuah hasil penelitian terdahulu mengenai kesenian madihin. Penelitian terdahulu yang dilakukan dirasa perlu dilengkapi dan diperluas lagi aspek pengetahuan yang diberikan menurut peneliti, sehingga konsep riset ini dilakukan untuk memperbanyak referensi dan literatur bagi masyarakat seni di Indonesia. Kesenian madihin adalah sebuah tradisi lisan atau pertunjukan seni yang berbasis rakyat di Banjarmasin Kalimantan Selatan. Kesenian ini memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri sehingga diminati dan disukai oleh masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kandungan filsafat nilai yang ada pada kesenain madihin berdasarkan tinjauan dari perspektif pemikiran Max Scheler. Metode penelitian yang telah dipakai dengan pendekatan metode kualitatif dengan paparan deskriptif. Manfaat dari penelitian ini adalah tedapat apada dua hal yaitu manfaat praktis dan manfaat teoritis, kedua manfaat ini akan memberikan tambahan wawasan yang baru bagi masyarakat secara luas. Hasil dalam penelitian ini adalah ditemukan bahwa di dalam sebuah kesenian madihin di Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan mengandung nilai-nilai filsafat yang merupakan dasar atau landasan bagi pemain madihin dalam upaya pekestarian dan pemertahan identitas budaya yang ada pada masyarakat banjar, sehingga secara tinjauan filsafat nilai kesenian madihin ini mengandung nilai-nilai yang baik untuk dapat diwariskan kepada generasi berikutnya sebagai sebuah identitas budaya yang dimiliki oleh masyarakat banjar secara luas.
Bia Music: The Efforts of Traditional Art Inheritance of Art Education Context Richard Junior Kapoyos; Muhammad Jazuli; Suharto Suharto; Syakir Syakir
International Conference on Science, Education, and Technology Vol. 8 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. This research aimed to see the Bia Music Phenomenon in Batu Village, North Minahasa Regency in an effort to pass on traditional music in the context of art education. Inheriting traditional music is a cultural problem in the dynamics of human life. The process of inheritance is seen as one of the activities of transfer, transmission, ownership between generations in order to maintain tradition in a family tree that moves continuously and simultaneously. The method in this paper uses a qualitative descriptive method, descriptive method is a method in finding facts about the status of a human group, an object, a condition, a system of thought or an event in the present with the right interpretation (Sedarmayanti., Hidayat, 2002). Qualitative research does not merely describe, but more importantly, finds the meaning contained behind it, as a hidden meaning or intentionally hidden (Ratna, 2010). The purpose of inheritance is generally to maintain cultural values from the past, as well as efforts to maintain the arts. This paper aims to discuss the inheritance system in Bia Music as an effort to preserve the existence of the art. By using the inheritance system theory, this paper examines the types of inheritance in the context of art education and the efforts made in the inheritance process in order to maintain the preservation of the existence of traditional arts.