Latar Belakang: Menurut laporan dari WHO (2022), tingkat hipertensi di seluruh dunia mencapai 22%, sedangkan di Indonesia, angka tersebut lebih tinggi, yakni 34,1% pada individu berusia di atas 18 tahun. Provinsi dengan angka tertinggi adalah Kalimantan Selatan (44,1%) sedangkan yang terendah adalah Papua (22,2%). Hipertensi diperkirakan bertanggung jawab atas 63,3 juta kasus dan 427. 218 kematian. Metode penanganannya meliputi terapi dengan obat-obatan dan juga metode non-obat, salah satunya adalah teknik merendam kaki dalam air hangat. Namun, di RS dr. Soetarto Yogyakarta, metode ini belum diterapkan secara reguler, dan penanganan hanya terbatas pada edukasi lisan dan pemberian obat untuk menurunkan tekanan darah. Tujuan: untuk mengevaluasi Pengaruh Merendam Kaki dalam Air Hangat Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien dengan Hipertensi di RS dr. Soetarto Yogyakarta. Metode: Penelitian ini mengadopsi desain pre-eksperimental dengan pendekatan kelompok kontrol pretest-posttest. Sampel yang diambil terdiri dari 46 pasien yang dirawat di RS dr. Soetarto Yogyakarta, yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu intervensi dan kontrol, masing-masing 23 pasien. Intervensi yang dilakukan adalah merendam kaki dalam air hangat selama 20 menit, dilakukan secara berturut-turut selama 3 hari mengacu pada SOP. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan sphygmomanometer analog dan dianalisis menggunakan t-test berpasangan dan t-test independen. Hasil: Pada kelompok intervensi, tekanan darah menurun dari 160,39/89,30 mmHg menjadi 145,17/79,91 mmHg, sementara pada kelompok kontrol, tekanan darah berkurang dari 152,22/88,96 mmHg menjadi 148,26/83,87 mmHg. Terdapat pengaruh yang signifikan dari terapi rendam kaki terhadap tekanan darah (p sistolik = 0,019; p diastolik = 0,003). Kesimpulan: Merendam kaki dalam air hangat memberikan dampak signifikan dalam menurunkan tekanan darah pasien hipertensi di RS dr. Soetarto Yogyakarta pada tahun 2025. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar membandingkan efektivitas terapi pada hipertensi dengan tingkat keparahan ringan dan berat, serta menggunakan sampel yang lebih beragam berdasarkan lokasi dan jumlah populasi.