Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Optimasi Waktu dan Suhu Kalsinasi Tepung Cangkang Rajungan (Portunus sp.) sebagai Bahan Baku Hidroksiapatit Bagus Hadiwinata; Fera Roswita Dewi; Dina Fransiska; Niken Dharmayanti
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 16, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v16i2.731

Abstract

Kalsinasi merupakan salah satu tahapan penting dalam sintesis hidroksiapatit, karena kemurnian tepung CaO sangat tergantung pada suhu dan waktu kalsinasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan waktu dan suhu optimum pada kalsinasi tepung cangkang rajungan (Portunus sp.) pada pembuatan tepung kalsium oksida (CaO). Pada penelitian ini, cangkang rajungan dikalsinasi pada suhu 700 dan 800°C selama 4 dan 5 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan suhu dan waktu kalsinasi berpengaruh terhadap rendemen, jumlah massa kalsium, dan karbon dari tepung CaO (p<0,05). Sedangkan jumlah massa fosfor dan oksida tidak dipengaruhi oleh perlakuan kalsinasi (p>0,05). Tepung CaO kemudian diidentifikasi gugus fungsi, morfologi, komposisi, dan kristalinitasnya menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Scanning Electron Microscope (SEM) dengan Energy Dispersive Spectroscopy (EDS), dan X-Ray Diffraction (XRD). Hasil pengamatan menunjukan tepung CaO terbaik diperoleh dari perlakuan kalsinasi pada suhu 800°C selama 5 jam, menghasilkan morfologi tepung dengan ukuran yang lebih seragam serta pori-pori yang lebih halus dan lebih kecil dibandingkan perlakuan lainnya. Selain itu, kadar kalsium dan derajat kristalinitas yang dihasilkan pada perlakuan tersebut lebih besar dibandingkan dengan perlakukan lainnya, yaitu berturut-turut 91,96±5,07% dan 75%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses kalsinasi pada suhu 800°C selama 5 jam menghasilkan tepung CaO yang paling optimum dan dapat dijadikan bahan baku sintesis hidroksiapatit. Title: The Optimization of Time and Temperature to Calcine The Crab Shell (Portunus sp.) Powder as Raw Material of HydroxyapatiteCalcination is one of the important steps in the synthesis of hydroxyapatite because the purity of CaO powder is highly dependent on the temperature and time of calcination. This study aimed to optimize the time and temperature of calcination on the production of Portunus sp. calcium oxide (CaO) powder. In this study, crab shells were calcined at 700 and 800°C for 4 and 5 hours. The results showed that the temperature and time of calcination affected the yield, total mass of calcium, and carbon of CaO powder (p<0.05). Meanwhile, the mass amount of phosphor and oxide was not affected by the calcination treatment (p>0.05). The CaO powder was identified its functional groups, morphology, composition, and crystallinity using Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Scanning Electron Microscope (SEM) with Energy Dispersive Spectroscopy (EDS), and X-Ray Diffraction (XRD), respectively. The results showed the best CaO powder was obtained from the calcination treatment at a temperature of 800°C for 5 hours. The CaO morphology was uniform in size, finer, and smaller pores than that of other treatments. In addition, the calcium content and degree of crystallinity produced by this treatment were greater than other treatments, i.e. 91.96±5.07% and 75%, respectively. It can be concluded that the calcination process at 800°C for 5 hours produces the best CaO powder and can be used as raw material for the synthesis of hydroxyapatite.
ANALISIS PERBANDINGAN SEKAM PADI SEBAGAI SUBTITUSI ES DALAM PENYIMPANAN IKAN Deni Aulia; Angkasa Putra; Bagus Hadiwinata; Sarifah Aini
Jurnal Perikanan Unram Vol 13 No 2 (2023): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v13i2.531

Abstract

Ikan merupakan bahan pangan yang cepat mengalami pembusukan. Pembusukan tersebut menyebabkan mutu ikan cepat menurun. Proses pembusukan ikan juga berlangsung sangat cepat pasca kematiannya. Berbagai cara telah dilakukan untuk mempertahankan kesegaran ikan dalam penyimpanan misalnya dengan menggunakan es dan alat pendingin. Akan tetapi, alat-alat tersebut memiliki harga yang sangat mahal dan es merupakan zat yang mudah mencair. Merujuk pada permasalahan di atas, untuk mencari alternatif lain maka diperlukan percobaan-percobaan yang dapat digunakan untuk mengurangi jumlah es pada nilai tertentu untuk penyimpanan ikan seperti sekam padi. Sekam padi dapat memperlambat proses pencairan es sehingga es yang kita gunakan dalam pendinginan ikan tidak cepat mencair, proses pendinginan juga dapat berlangsung lebih lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengobservasi penggunaan sekam padi untuk mengurangi jumlah es pada nilai tertentu dalam penyimpanan ikan guna mempertahankan mutu ikan. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Responden penelitian bertindak sebagai penilai sifat organoleptik sebanyak 10 orang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ikan yang diberikan perlakuan es dan sekam padi dengan perbandingan 1 : 1 : 1 memiliki nilai organoleptik paling tinggi jika dibandingkan dengan ikan yang diberikan perlakuan lainnya. Hal ini terjadi karena adanya keseimbangan antara jumlah es dan sekam padi sehingga ikan yang disimpan dengan menggunakan perbandingan ini akan lebih lama dalam proses penyimpanan.
KORELASI USIA DAN MASA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS PADA PROSES PENGUPASAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI MINIPLANT HARIYANTO LABUHAN MARINGGAI, LAMPUNG TIMUR Hadiwinata, Bagus; Mahaji, Toga; Dharmayanti, Niken; Damayanti, Widya; Ritonga, Rina Ardiyanti
Jurnal Perikanan Unram Vol 15 No 4 (2025): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v15i4.1590

Abstract

The purpose of this study was to analyze the influence of age and length of service on employee productivity in the crab peeling process. The product observed was peeled crab meat as a raw material for canned crab canning. The practical method used was observation of the crab peeling process flow, as well as observation of the influence of age and length of service on employee work productivity by also observing the yield produced. The results showed that the correlation between age and length of service in peeling had no correlation with productivity in crab peeling. The proportion of meat included jumbo meat of 4.5%, claw meat of 6.4%, flower 9.9%, and special 6.4%. The yield produced from crab peeling was 37.78%.