Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

PENGARUH JUS BUAH DURIAN (Durio zibethinus Murr.) TERHADAP PROFIL FARMAKOKINETIK PARASETAMOL PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L.) JANTAN GALUR WISTAR Andrie, Mohamad; Simaremare, Pinondang; Wijianto, Bambang
Majalah Obat Tradisional Vol 18, No 3 (2013)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.704 KB) | DOI: 10.14499/mot-TradMedJ18iss3pp178-186

Abstract

Parasetamol merupakan obat analgetik-antipiretik yang dikonsumsi secara luas oleh masyarakat. Parasetamol dapat berinteraksi dengan karbohidrat dan alkohol. Buah durian merupakan buah asli Indonesia yang mengandung karbohidrat dan alkohol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh jus buah durian terhadap kinetika absorpsi dan eliminasi parasetamol serta mengetahui dosis jus buah durian yang dapat mempengaruhi kinetika absorpsi dan eliminasi parasetamol. Uji dilakukan dengan membagi 16 ekor tikus dalam 4 kelompok (tiap kelompok 4 ekor). Tiap kelompok diberi perlakuan sebagai berikut: kontrol parasetamol (Parasetamol 9 mg/200 gBB), kelompok dosis 1 (Parasetamol 9 mg/200 gBB dan jus buah durian 0,675 g/200 gBB), dosis 2 (Parasetamol 9 mg/200 gBB dan jus buah durian 1,350 g/200 gBB) dan dosis 3 (Parasetamol 9 mg/200 gBB dan jus buah durian 2,700 g/200 gBB). Pengambilan cuplikan darah dilakukan dari vena ekor tikus pada menit ke- 10, 20, 30, 40, 60, 90, 120, 180, 240, 300 dan 360. Kadar parasetamol dalam plasma diukur menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 243 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jus buah durian dapat mempengaruhi kinetika absorbsi parasetamol dengan menurunkan nilai Ka dan Cpmaks serta meningkatkan Tmaks parasetamol. Sedangkan kinetika eliminasi parasetamol yang dipengaruhi yaitu menurunkan nilai Vd, Cl, Ke, sehingga meningkatkan nilai AUC dan T1/2 parasetamol. Dosis 1, 2 dan 3 jus buah durian dapat mempengaruhi kinetika absorpsi dan eliminasi parasetamol yang meliputi parameter Ka, Cpmaks, Tmaks, Vd, Cl, Ke,  T1/2 dan AUC pada tikus putih (Rattus norvegicus L.) jantan galur wistar.
UJI AKTIVITAS JAMU GENDONG KUNYIT ASAM (Curcuma domestica Val.; Tamarindus indica L.) SEBAGAI ANTIDIABETES PADA TIKUS YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN Andrie, Mohamad; Taurina, Wintari; Ayunda, Rizqa
Majalah Obat Tradisional Vol 19, No 2 (2014)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1133.105 KB) | DOI: 10.14499/mot-TradMedJ19iss2pp95-102

Abstract

Diabetes mellitus merupakan suatu kondisi gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia. Jamu gendong kunyit asam merupakan obat tradisional yang memiliki aktivitas antioksidan yang berkontribusi pada diabetes karena mengandung senyawa fenolik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jamu gendong kunyit asam terhadap kadar glukosa darah dan perbaikan kerusakan pulau Langerhans pankreas. Sebanyak 25 tikus (Rattus norvegicus) wistar jantan dibagi kedalam lima kelompok. Kelompok I adalah kelompok normal tanpa diberi perlakuan, kelompok II, III, IV dan V adalah kelompok yang diinduksi dengan streptozotocin (7mg/ 200gBB) kemudian diberikan perlakuan masing-masing CMC 1%, glibenklamid (0,27 mg/ 200gBB), jamu gendong kunyit asam dengan dosis 1,90mL/ 200gBB dan 3,80mL/ 200gBB. Perlakuan dilakukan selama 28 hari. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada hari ke 4, 8, 12, 16, 20, 24 dan 28 dengan metode enzimatik menggunakan glukometer. Perhitungan persen kerusakan pulau Langerhans dilakukan dengan membuat preparat pankreas menggunakan pengecatan dengan Hematoksilin Eosin (HE). Pengamatan preparat dilakukan dengan mikroskop cahaya. Data yang diperoleh dianalisis secara statistic dengan uji One Way Anova, uji T-Test, dan uji Kruskal Wallis menggunakan SPSS 17.0 for Windows. Hasil uji statistik kadar glukosa darah dan kerusakan pulau Langerhans pankreas antara kelompok glibenklamid dan perlakuan jamu gendong kunyit asam menunjukan perbedaan yang signifikan dengan nilai p>0,05. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jamu gendong kunyit asam memiliki aktivitas antidiabetes yang ditandai dengan terjadinya penurunan kadar glukosa darah dan terjadi perbaikan pulau Langerhans pankreas pada tikus diabetes yang diinduksi streptozotocin dengan dosis efektif sebesar 1,90mL/ 200gBB.
EVALUASI EFEK ANTI-DIABETES MELITUS EKSTRAK TERPURIFIKASI Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees DAN ANDROGRAFOLID DENGAN PARAMETER INDEKS HOMA-IR Pramono, Suwidjiyo; Nugroho, Agung Endro; Adriawan, Ignatius Ryan; Andrie, Mohamad; Susilowati, Rina
Majalah Obat Tradisional Vol 19, No 1 (2014)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (748.432 KB) | DOI: 10.14499/mot-TradMedJ19iss1pp%p

Abstract

Diabetes mellitus (DM) tipe 2 dipicu oleh diet tinggi lemak dan fruktosa (DTLF) dan diawali dengan resistensi insulin dan hiperinsulinemia kompensatori, yang dapat dilihat dari indeks homeostatic model assessment – insulin resistance (HOMA-IR). Salah satu tanaman tradisional yang dapat digunakan untuk mengatasi DM adalah Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees, dengan senyawa aktif utama andrografolid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak terpurifikasi A. paniculata dan andrografolid pada indeks HOMA-IR tikus Wistar dengan DTLF. Penelitian bersifat kuasi-eksperimental dan analisis data menggunakan uji Kruskal-Wallis. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak terpurifikasi A. paniculata dan andrografolid dapat menurunkan indeks HOMA-IR, dan penurunan terbesar (82,05%) dihasilkan oleh ekstrak terpurifikasi A. paniculata dengan dosis 1303,8 mg/kgBB.
FORMULASI GEL EKSTRAK LENGKUAS (Alpinia galanga L.) SEBAGAI ANTIJAMUR DENGAN BASIS HIDROKSI PROPIL METIL SELULOSA (HPMC) DAN CARBOPOL Taurina, Wintari; Andrie, Mohamad
Majalah Obat Tradisional Vol 18, No 3 (2013)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.261 KB) | DOI: 10.14499/mot-TradMedJ18iss3pp157-161

Abstract

Infeksi Malassezia furfur pada kulit bisa karena faktor buruk . Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai anti jamur adalah ekstrak rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antijamur dan efektivitas gel ekstrak rimpang lengkuas pada jamur patogen menggunakan metode maserasi dengan etanol 96 %. Pembuatan gel digunakan HPMC dan basis Carbopol. Pengujian aktivitas ekstrak dan menguji efektivitas gel dengan metode difusi cakram (uji Kirby - Bauer ). Hasil skrining menunjukkan bahwa ekstrak mengandung triterpenoid, flavonoid dan minyak esensial . Berdasarkan hasil uji terhadap jamur Malassezia furfur aktivitas antijamur dari ekstrak dalam gel meningkat dibandingkan ekstrak tanpa dirumuskan menjadi gel . Namun peningkatan aktivitas tidak signifikan berdasarkan analisis statistik dengan satu - way ANOVA diperoleh signifikansi sebesar 0,234 (p>0,05).
The gel formulation of the aqueous phase of snakehead fish (Channa striata) extract with various combinations of HPMC K4M and Carbopol 934 Taurina, Wintari; Andrie, Mohamad; Anjeli, Lea
Pharmaciana Vol 8, No 1 (2018): Pharmaciana
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.014 KB) | DOI: 10.12928/pharmaciana.v8i1.8356

Abstract

Gel is a clear and semi-solid material, translucent and contains active material. The liquid phase of Ekstrak Ikan Gabus contains reactive Albumin benefits to advance the wound-healing process. HPMC and carbopol is the gelling agent uses to form gel material. This research aims to acknowledge the effect of basic combination variety (gelling agent) towards physical and chemical stability of gel material during liquid phase of Ekstrak Ikan Gabus in length of period 28 days.  Variety of HPMC: Carbopol used, 25:75%, 50:50%, and 75:25%. Physical and chemical test conducted they are, organoleptic test, dispersion test, bonding strength test and pH test. The result is analyzed through one-way ANOVA and continued by LSD test with validity 95%. The whole formula is resulted a stable physical and chemical during 28 days. The higher the consentration of HPMC the the better its physic and chemistry stability. The best and optimum formula was shown by F3 (75:25%), with a stable organoleptic result during 28 days, homogen, the result of the dispere power weight 50 g (±14,517 cm2) weight 100 g (±16,169 cm2) weight 150 g (±16,957 cm2 ) and the average weight is (±15,881 cm2), the sticky power (±2301,78 second) and pH (±6,42) in which can be considered safe for skin.
UJI EFEK PENYEMBUHAN LUKA KRIM KOMBINASI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.) DAN MINYAK CENGKEH (Syzygium aromaticum L.) KONSENTRASI 5% PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR METODE DRESSING NON-DEBRIDEMENT Rinaldy, Iqmal Arfan; Andrie, Mohamad; Taurina, Wintari
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wounds are damaged structures and normal anatomical functions due to pathological processes that are influenced by internal and external factors. The wound healing process is affected by the onset of infection. Infection can be minimized by providing nutrition and moist environmental conditions (dressing) to restore the continuity of skin anatomy. Non-debridement is carried out aimed at minimizing the wound healing process by external factors, because debridement is the process of removing tissue and foreign objects from the wound to expose healthy tissue beneath it. The aim of this study was to determine the wound healing activity of cream combination of green betel leaf (Piper betle L.) and clove oil (Syzgium aromaticum L.) with a concentration of 5% with various variations in accelerating the wound healing process of stage II rat dressing non-debridement method. Salve preparations were formulated using vaselin flavum and cera flava bases made with three variations of the ratio of active substances, namely F1 (25:75), F2 (50:50) and F3 (75:25). The combination ointment was applied to the wound and quantified by the area of the wound using the Macbiophotonic Image J program to obtain the Area Under Curve (AUC) value and analyzed statistically using SPSS22. The highest average AUC value is, F3 (75:25) of 1108,41% × days. The results of the analysis showed that the group gave significantly different results. The physical test results show that all formulas have good physical properties. Keyword: Test wound healing effect, Piper betle L., Syzygium aromaticum L., Dressing, Non- debridement
PENGARUH MINYAK CENGKEH (Syzygium aromaticum L.) TERHADAP STABILITAS PROTEIN SEDIAAN SALEP FASE AIR EKSTRAK IKAN GABUS (Channa striata) DENGAN PENETAPAN KADAR PROTEIN MENGGUNAKAN METODE LOWRY ., Rahmawati; Taurina, Wintari; Andrie, Mohamad
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ikan gabus memiliki kandungan protein dan albumin yang tinggi, yaitu 70% protein dan 21% albumin. Salah satu minyak atsiri yang diproduksi di Indonesia adalah minyak cengkeh. Senyawa tanin yang terkandung dalam minyak cengkeh merupakan penghambat enzim yang kuat sehingga tidak mudah terdegradasi. Berdasarkan aktivitas yang dimiliki ikan gabus (Channa striata) dan minyak cengkeh (Syzygium aromaticum L.) perlu dikembangkan menjadi suatu sediaan farmasi yang ditujukan untuk pemakaian luar dalam bentuk sediaan salep. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui stabilitas protein fase air ekstrak ikan gabus dan minyak cengkeh (Syzygium aromaticum L.) yang digunakan sebagai antibakteri alami dalam sediaan salep dengan penetapan kadar menggunakan metode Lowry. Metode Lowry merupakan metode yang lebih sensitif dari pada metode Biuret sehingga memerlukan sampel protein yang lebih sedikit. Hasil penelitian ini kadar protein sediaan salep fase air ekstrak ikan gabus tanpa cengkeh dan salep fase air ekstrak ikan gabus dengan minyak cengkeh ada beda secara nyata p<0,05. Kadar protein tertinggi pada salep fase air ekstrak ikan gabus dan minyak cengkeh pengukuran hari ke 28 dengan nilai 655,767.
FORMULASI SALEP EKSTRAK IKAN GABUS (Channa striata) DAN MADU KELULUT (Heterotrigona itama) DENGAN TWEEN 80 DAN SPAN 80 SEBAGAI EMULSIFYING AGENT Pratama, Taufik Nanda; Andrie, Mohamad; Taurina, Wintari
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian sebelumnya dikombinasikan fase air ekstrak ikan gabus dan madu kelulut menggunakan basis adeps lanae. Berdasarkan orientasi pada formula tersebut terjadi pemisahan antara fase air ekstrak ikan gabus dan madu kelulut dengan basis adeps lanae, sehingga pada penelitian kali ini peneliti berinisiatif ingin menambahkan tween 80 dan span 80 sebagai emulgator. Metode: Salep dibuat dengan divariasikan tween 80 dan span 80 sebesar 2,5%; 5% dan 7,5% serta dibuat kontrol tanpa penambahan tween 80 dan span 80 dengan mengamati uji organoleptis, daya lekat, daya sebar, uji homogenitas, uji pH dan daya proteksi. Data yang diperoleh dianalisis statistik menggunakan One Way Anova. Hasil: Semua sediaan salep cenderung memiliki warna putih kekuningan dan bau khas madu serta homogen. Penambahan tween 80 dan span 80 meningkatkan daya sebar, menurunkan daya lekat dan menurunkan pH secara signifikan. Kesimpulan: Formula yang memenuhi syarat stabilitas sediaan salep yang baik pada penelitian ini adalah formula dengan penambahan tween 80 dan span 80 dengan konsentrasi total yang tinggi yaitu 5% dan 7,5%.
PENETAPAN KADAR PROTEIN SEDIAAN SALEP FASE AIR EKSTRAK IKAN GABUS (Channa striata) dan MADU KELULUT (Trigona Sp.) DENGAN METODE KJELDAHL Saragi, Restian Rony; Andrie, Mohamad; Taurina, Wintari
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ikan gabus sudah mulai banyak digunakan sebagai pengobatan dibidang Kesehatan terutama sebagai obat luka bakar dan pengobatan pasca operasi. Ikan gabus sendiri memiliki kandungan protein albumin yang lebih tinggi daripada ikan lain. Protein merupakan senyawa yang dapat membantu mempercepat penyembuhan luka. Selama proses penyembuhan luka, tubuh memerlukan asam lemak dan protein. Madu memiliki manfaat secara umum sebagai antibakteri, antioksidan, antiinflamasi, bahkan membantu penyembuhan luka. Berdasarkan aktivitas yang dimiliki ikan gabus (Channa striata) dan madu kelulut (Trigona Sp.) ingin dikembangkan menjadi suatu sediaan pemakaian luar yang ditujukan untuk membantu penyembuhan luka. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kadar protein yang terkandung dalam sediaan salep fase air ekstrak ikan gabus (Channa striata) dan madu kelulut (Trigona Sp.) dengan penetapan kadar menggunakan metode Kjeldahl. Fase air ekstrak ikan gabus (Channa striata) dan madu kelulut (Trigona Sp.) dibuat dalam sediaan salep yang kemudian dilakukan pengukuran persentase kadar protein. Penetapan kadar protein dalam sediaan salep menggunakan metode Kjeldahl. Metode Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar nitrogennya. Hasil dari penelitian ini kadar protein menunjukan nilai rata-rata kadar protein 5.722 untuk salep tunggal dan 5.742 untuk salep kombinasi. Hasil menunjukan bahwa salep ikan gabus (Channa striata) dan madu kelulut (Trigona Sp.) memliki selisih kadar protein sebesar 0.02% lebih tinggi pada salep ekstrak ikan gabus dengan madu kelulut. Hasil tersebut menunjukkan bahwa madu tidak mempengaruhi kadar protein secara signifikan didalam salep ikan gabus.
UJI SIFAT FISIK SEDIAAN SALEP KOMBINASI MADU KELULUT (Trigona sp.) DAN MINYAK CENGKEH (Syzygium aromaticum L.) Suprawijaya, Perianus; Andrie, Mohamad; Taurina, Wintari
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Madu kelulut dan cengkeh adalah satu dari sejumlah bahan alam asli Indonesia yang memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Madu memiliki osmolaritas yang tinggi karena kandungan gula yang tinggi, akibatnya udem dapat di hambat sehingga tahap inflamasi pada tahap penyembuhan luka akan dipersingkat. Cengkeh mengandung eugenol yang betfungsi sebagai antimikroba. Bentuk sediaan yang dibuat adalah salep supaya pengaplikasianya mudah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas sediaan salep kombinasi madu kelulut (Trigona sp.) dan minyak cengkeh (Syzygium aromaticum L.). Penelitian ini dilakukan dengan uji eksperimental. Evaluasi sifat fisik yang dilakukan adalah uji organoleptik, uji daya sebar,uji daya lekat dan uji homogenitas. Sifat fisik sediaan salep kombinasi madu kelulut menunjukkan hasil uji organoleptik menujukan warna kecoklatan dengan bau khas madu dan cengkeh serta menujukan sediaan homogen. Hasil uji daya sebar rata-rata salep F1, F2, dan F3 berturut-turut sebasar (14,42 ± 2,41 ; 16,02 ± 0.88 ;). Hasil uji daya lekat rata-rata pada salep F1, F2, dan F3 berturut-turut yaitu (70,19 ± 6,16; 88,16 ± 5,00; 14,86 ± 4,17).