Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

BENTUK PENYAJIAN DAN SINEMATOGRAFI KARYA SINEMA TARI MANYINGKAI PANGAMBANGAN MEMBUKA TABIR PANGAMBANGAN SEBAGAI PRODUKSI TARI Miradalina; Sutardi, Edi; Kinanthi Purnama Asri Adinda, Gita
TANDIK : Jurnal Seni dan Pendidikan Seni Vol 3 No 2 (2023): Volume 3 No 2 Oktober 2023
Publisher : STKIP PGRI BANJARMASIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33654/tdk.v3i2.2410

Abstract

Tari Manyingkai Pangambangan Membuka Tabir Pangambangan digarap sebagai materi ujian akhir mata kuliah produksi tari tahun 2021 oleh mahasiswa tahun angkatan 2017 Program Studi Pendidikan Seni Tari STKIP PGRI Banjarmasin. Sinema tari ini merupakan bagian inovasi terwujud karena situasi masa Covid-19. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan Bentuk Penyajian dan teknik sinematografi dari Sinema Tari Manyingkai Pangambangan Membuka Tabir Pangambangan sebagai hasil Produksi Tari. Jenis penelitian Kualitatif dengan pendekatan deskriptif, dengan teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian: (1) Bentuk Penyajian Tari, tari kreasi baru berpijak pada gerak tradisi Banjar, memiliki 91 ragam gerak(gerak maknawi dan murni) dan 59 pola lantai. Menggunakan musik pengiring sampling, gamelan dan keyboard. Tata rias berjenis Realis, Kostum dan properti yang dipakai bercirikan budaya khas Kalimantan Selatan. (2) Teknik Sinematografi meliputi camera angle yang meliputi high angle, eye angle, dan low angle untuk mendominasi, membuat keseimbangan pada hasilnya. Type of shot yang digunakan big close up, close up, medium close up, medium shot, full shot, long shot, agar memberikan hasil detail serta keadaan disekitar objek. Camera movement meliputi panning, tilting, dolly, tracking, dan crane sehingga memberi kesan gambaran objek secara menyeluruh dengan keadaan di sekitarnya. Continuity-nya menggunakan content continuity dan movement continuity untuk memberi kejelasan kesinambungan dari gambar pertama kepada gambar selanjutnya. Kata Kunci: bentuk penyajian, teknik sinematografi,tari,manyingkai pengambangan.
PERAN SENI DRAMA DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS DAN SOSIAL-EMOSIONAL ANAK USIA DINI Darma, Budi; Sutardi, Edi; Sundhari, Rine; Prusdianto, Prusdianto
Boting Langi: Jurnal Seni Pertunjukan Vol 4, No 1 (2025): Januari-Maret
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/bl.v4i2.72235

Abstract

Seni drama merupakan salah satu metode pembelajaran yang efektif dalam mendukung perkembangan anak usia dini, terutama dalam aspek kreativitas dan sosial-emosional. Melalui drama, anak-anak dapat mengekspresikan diri secara bebas, mengembangkan imajinasi, serta belajar berinteraksi dengan teman sebaya dalam lingkungan yang menyenangkan. Kegiatan drama memberikan pengalaman bermain peran yang memungkinkan anak untuk mengeksplorasi berbagai emosi, situasi sosial, serta berpikir secara kritis dan inovatif. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji peran seni drama dalam meningkatkan kreativitas dan keterampilan sosial-emosional anak usia dini. Dengan menggunakan metode studi literatur, hasil penelitian menunjukkan bahwa seni drama berkontribusi dalam meningkatkan kepercayaan diri, kemampuan komunikasi, serta keterampilan dalam memahami dan mengelola emosi. Selain itu, seni drama juga membantu anak dalam mengembangkan empati, kerja sama, serta membangun hubungan sosial yang positif dengan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, seni drama perlu diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan anak usia dini agar dapat mendukung perkembangan mereka secara holistik dan optimal.
PERSEPSI MASYARAKAT TERHAPAD PENGGUNAAN LAMUT TATAMBA DALAM PRAKTIK SPRITUAL DI DESA SUNGAI TUAN KECAMATAN ASTAMBUL KABUPATEN BANJAR Winda, Novia; Susilawati, Erni; Sutardi, Edi
Jurnal Basataka (JBT) Vol. 8 No. 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Balikpapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36277/basataka.v8i1.605

Abstract

Lamut tumbuh dan berkembang di masyarakat Banjar sebagai sebuah tradisi keluarga secara turun-temurun. Lamut dikenal sebagian masyarakat sebagai pertunjukkan untuk tatamba atau pengobatan maupun hiburan. Sebagai sebuah tradisi, lamut memiliki kelengkapan upacara tersendiri berupa tatungkal (sesajen) yang digunakan selama upacara, terdiri dari empat puluh satu macam wadai (kue) yang diletakkan di ancak (tempat yang terbuat dari daun kelapa berbentuk persegi empat), piduduk (bahan-bahan mentah untuk membuat sesajen), dan kelengkapan lainnya. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui persepsi masyarakat dalam balamut batatamba dan (2) Mengetahui proses acara balamut tatamba. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan hermeutika. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, dokumentasi, dan kajian kepustakaan. Langkah-langkah penelitian dilakukan dengan pengumpulan dokumen, pengamatan, merekam, dan mencatat hasil wawancara. Analisis data dilakukan dengan melakukan identifikasi, klasifikasi, rekontruksi, dan menarik simpulan. Keabsahan data penelitian diuji dengan tranferbilitas. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa: (1) Persepsi masyarakat dalam balamut batatamba di desa Sungai Tuan adalah wajib dilaksanakan bagi keturunan tertentu. Jika tidak melaksanakan takutnya akan sakit, yang tidak bisa disembuhkan secara medis. Cenderungnya keluarga palamutan melaksanakan lamut ketika anak kecil. Ketika tasmiyah anak dilaksanakan siang hari, maka lamut diadakan pada malam hari dan (2) Proses acara lamut tatamba (pengobatan) diperlukan beberapa properti yang digunakan sebagai kelengkapan upacara. Kelengkapan upacara ini berupa tatungkal (sesajen) yang digunakan selama upacara, terdiri dari empat puluh satu macam wadai (kue) yang diletakkan di ancak (tempat yang terbuat dari daun kelapa berbentuk persegi empat), nasi lemak, dan ayam hitam, piduduk (bahan-bahan mentah untuk membuat sesajen), dan kelengkapan lainnya.
Tafsir dan Tokoh-tokohnya pada Periode Pertengahan Sutardi, Edi; Jamarudin, Ade
Mashadiruna Jurnal Ilmu Al-Qurân dan Tafsir Vol. 2 No. 3 (2023): Mashadiruna Jurnal Ilmu Al-Qurân dan Tafsir
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/mjiat.v2i3.25230

Abstract

Artikel ini mengkaji tokoh-tokoh tafsir pada Abad Pertengahan, dari abad ketiga hingga keempat belas. Dalam sejarah kebudayaan Islam, Abad Pertengahan diakui sebagai puncak pengetahuan dan peradaban Islam, dan karena itu dianggap sebagai periode emas. Kemenangan ini adalah hasil dari fokus kuat pemerintah pada ilmu pengetahuan. Karya ini menggunakan analisis deskriptif yang berasal dari studi pustaka. Sebelum para mufasir memulai kegiatan penafsirannya, para mufasir pada masa peralihan ini berpartisipasi dalam suatu disiplin tertentu di samping keterkaitan mereka yang kuat dengan ideologi atau mazhab tertentu, menurut temuan penelitian ini. Berangkat dari hal tersebut, muncul banyak komentator sesuai dengan mata pelajaran yang dipelajarinya atau aliran pemikiran yang dianutnya. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, dapat dikatakan bahwa Al-Qur'an sangat terbuka untuk penafsiran (multi-tafsir) dan bahwa setiap penafsir Al-Qur'an biasanya dipengaruhi oleh konteks sosio-kultural. Meskipun subjek kajiannya, teks Al-Qur’an, bersifat tunggal, penafsiran Al-Qur’an memiliki berbagai dampak. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa karakter Madzahib al-Tafsir akan muncul dalam sejarah pemikiran umat Islam.
Analysis of the Interpretations of Imam Al-Qurtubi and Muhammad Quraish Shihab on Verses about Riba and Their Implications for Financial Awareness Sutardi, Edi; Ahmad, Khadher
Mashadiruna Jurnal Ilmu Al-Qurân dan Tafsir Vol. 3 No. 3 (2024): Mashadiruna Jurnal Ilmu Al-Qurân dan Tafsir
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/mjiat.v3i3.38407

Abstract

This research analyzes Al-Qurtubi and Quraish Shihab regarding the riba verse and its implications for financial awareness. The instructions in the Qur'an are clear about the haram and the dangers of usury for humans. However, the reality on the ground is that there are still many people who fall into usury. So that his financial affairs have worldly problems and his spiritual blessings are lost. This research aims to understand the integral conception of usury through the interpretation of Al-Qurtubi and Quraish Shihab, their correlation or differentiation, and their implications. The authors collect verses related to usury and their interpretations, develop a theoretical basis, analyze the correlation and differentiation, and put forward the implications. This process uses comparative analysis by compromising the interpretation of the books Al-Qurtubi and Al-Misbah. The research uses a descriptive-analytical method with a qualitative model through literature study. The results of the research show that the verses of the Qur'an about usury are spread across four suras, namely Al-Baqarah[2]: 275-279, Ali-Imran[3]: 130-132, An-Nisa[4]: 160-161, and Ar-Rum[30]: 39. According to the two commentators, the law of usury is haram. The legal illat is the addition of debt due to deferrals and excesses in contracts or certain staple foods. Understanding this interpretation has positive implications for the financial awareness of believers who are true to their faith.
PERAN MATA PELAJARAN SENI TARI DALAM PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Sutardi, Edi; Rahmani, Rahmani; Wijaya, Andi
Gesture: Jurnal Seni Tari Vol. 13 No. 2 (2024): Gesture: Jurnal Seni Tari (October)
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gjst.v13i2.64627

Abstract

Penelitian ini mengkaji peran mata pelajaran seni tari dalam pembentukan kecerdasan emosional siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA). Seni tari, sebagai salah satu bentuk seni pertunjukan, menawarkan ruang ekspresi bagi siswa untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan emosi mereka melalui gerakan yang terstruktur dan bermakna. Kecerdasan emosional, yang mencakup kemampuan memahami emosi diri dan orang lain, serta kemampuan mengatur dan mengekspresikan emosi dengan tepat, sangat penting dalam perkembangan pribadi dan sosial siswa. Studi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus di beberapa SMA di Banjarmasin kalimantan selatan. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dengan guru dan siswa, serta analisis dokumen terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran seni tari tidak hanya meningkatkan kemampuan siswa dalam mengekspresikan diri, tetapi juga memperkuat hubungan sosial melalui empati dan kerja sama. Seni tari juga membantu siswa dalam mengelola emosi negatif, seperti stres dan frustrasi, melalui saluran kreatif yang positif. Oleh karena itu, seni tari berperan penting dalam pembentukan kecerdasan emosional siswa di SMA dan dapat menjadi komponen penting dalam pendidikan karakter.
The Implementation of Roland Barthes semiotics in Al-Baqarah Verse 143 on the Word of Ummatan Wasathan: Penerapan Semiotika Roland Barthes dalam Surat Al-Baqarah Ayat 143 pada Kata Ummatan Wasathan Awadin, Adi Pratama; Sutardi, Edi; Muliadi, Muliadi
Takwil: Journal of Quran and Hadith Studies Vol. 3 No. 1 (2024): June
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Kerinci

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32939/twl.v3i1.2966

Abstract

Umatan wasathan is a way of forming the character of Muslims which represents various differences in beliefs between religions. Umatan wasathan has an important role in maintaining harmony, peace and tranquility so that a harmonious society can be created amidst differences. In the process of its implementation, the Umatan wasathan makes Muslims not to be excessive, to be in a middle position, not extreme right or left, but to have a moderate character that adorns the personality of every Muslim. This research discusses the Umatan wasathan in the Al-Qur'an surah al-Baqarah verse 143. This research uses a qualitative research type of literature study which is presented descriptively-analytically using Roland Barthes' semiotic approach. The results of the research show that the Wasathan Ummah is a people who have a moderate character which is reflected in the ability to act fairly, be balanced, and be able to implement beneficial values. Muslims are asked to be able to combine two things, namely, piety in the afterlife and worldly life. This research recommends that future researchers examine the future of Indonesian life amidst diversity and religiousity.
Beyond the Role: A Body-Based Approach to Acting, Imagination, and Inner Motives in Actor Training: Melampaui Peran: Pendekatan Keaktoran Berbasis Tubuh, Imajinasi, dan Motif Batin dalam Pelatihan Aktor Dharma, Budi; Sutardi, Edi
GETER : Jurnal Seni Drama, Tari dan Musik Vol 8 No 2 (2025): Oktober 2025
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/geter.v8n2.p36-45

Abstract

this study examines the Melbeyond the Role ("Beyond the Role") acting method, a training approach that emphasizes honesty of expression, bodily awareness, and internal reflection. Developed through intensive workshop practice, this method positions the body, breath, and imagination as the foundation of performance creation, offering an alternative to acting practices that rely heavily on textual repetition and external imitation. The research applies a practice-based research approach, with data gathered from direct observation, reflective notes, and workshop documentation. A descriptive-reflective analysis was conducted to identify the core principles, training stages, and pedagogical mechanisms of the method. The findings indicate that Melampaui Peran integrates the body, imagination, and inner motive as the primary components of authentic performance. The body functions as a site of knowledge and awareness, imagination provides emotional context grounded in realistic presence, and inner motive directs the logic behind every performed action. The interplay of these elements produces a form of honest expression that enables transformative experiences for the actor on stage. Conceptually, the method extends classical acting theories (Stanislavski, Meisner, Grotowski) by grounding them in reflective and experiential processes shaped within the Indonesian performance context. This study contributes to the development of actor training pedagogy in drama, dance, and music education programs in Indonesia.