Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

PERANCANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DRAMA RADIO/ TELEVISI BERBASIS CERITA RAKYAT SULAWESI SELATAN Prusdianto, Prusdianto; Samad, Hamrin; Faisal, Faisal
JURNAL IMAJINASI Vol 3, No 2 (2019): Desember
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.282 KB) | DOI: 10.26858/i.v3i2.10390

Abstract

Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan. Cerita rakyat menjadi ciri khas setiap daerah yang mempunyai kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing–masing daerah. Cerita rakyat yang masih banyak terdapat di masyarakat akan punah jika tidak segera diteliti dan dibukukan. Pendokumentasian cerita-cerita rakyat itu semakin penting dan mendesak untuk segera dilakukan. Salah satu alternatif pendokumentasiannya adalah melalui media drama radio.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk; mengetahui cara mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis pelestarian cerita rakyat Sulawesi Selatan dengan model 4-D, mengetahui validitas, praktisan, efektivitas perangkat pembelajaran berbasis pelestarian cerita rakyat Sulawesi Selatan pada mata kuliah Drama Radio/ Televisi materi penulisan naskah drama radio yang dikembangkan. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan (Research and Developmen). Produk yang dihasilkan dari penelitian ini berupa perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pembelajaran Semester (RPS), Rencana Tugas Mahasiswa (RTM) yang berbasis pelestarian cerita rakyat Sulawesi Selatan. Analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 yaitu analisis kevalidan, kepraktisan dan keefektifan. Pembelajaran menggunaka media disertai dengan RTM dilaksanakan sesuai dengan RPS dan diperiksa berdasarkan instrumen penilaian yang telah disusun. Setelah implementasi perangkat pembelajaran yang dilakukan.
PENDIDIKAN SENI TEATER; SEKOLAH, TEATER DAN PENDIDIKNYA Prusdianto, Prusdianto
JURNAL PAKARENA Vol 1, No 1 (2016): Agustus
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (428.495 KB) | DOI: 10.26858/p.v1i1.8083

Abstract

Sekolah yang menawarkan mata pelajaran seni teater untuk dijadikan mata pelajaran kesenian, akan memberikan kesempatan bagi para siswa untuk bisa berhubungan dengan masyarakat. Siswa tidak saja merasa memiliki kaitan dengan sekolah, masyarakat dan bangsa, akan tetapi ikut merasakan diri sebagai bagian dari peradaban. Perkembangan siswa berada dalam sebuah keterlibatan sosial (rasa kebersamaan, rasa keikutsertaan, rasa ikut memiliki, rasa kemanusiaan). Sekolah sebagai sebuah sistem adalah mencakup beberapa komponen, dimana masing-masing komponen terdiri atas beberapa faktor. Antara satu dengan lainnya saling terkait sehingga membentuk sebuah sistem. Komponen – komponen dari sistem sekolah terdiri dari masukan (input), proses (process), keluaran langsung (output) dan keluaran tidak langsung (outcome). Seni teater dalam pelajaran seni budaya merupakan suatu bentuk apresiasi terhadap penyajian pertunjukan dan alat pendidikan. Selain itu teater juga merupakan sarana untuk membentuk; (a) pengertian siswa terhadap diri sendiri maupun orang lain, (b) kekuatan penafsiran diri, (c) kepercayaan terhadap dirinya sendiri, dan (d) kesadaran bekerja sama dengan kelompok besar yang terdiri dari pribadi-pribadi dalam melaksanakan produksi sebuah pertunjukan. Seorang pendidik yang telah memahami maksud dan tujuan pengajaran, diharapkan dapat melaksanakannya dengan mudah. Menjadi sebuah tantangan, bahwa di sini juga dituntut kraetifitas guru untuk membuat umpan-umpan baru, segar, dan tidak membosankan bagi anak, sehingga dengan demikian, akan diperoleh umpan balik yang segar dan orisional pula.
Pengkaryaan tari kreasi di SMP Negeri 3 Bissapu Kabupaten Bantaeng Syakhruni, Syakhruni; Prusdianto, Prusdianto
DEDIKASI Vol 22, No 1 (2020): Jurnal Dedikasi
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/dedikasi.v22i1.13824

Abstract

Dance as a form of art is an expression of human feelings expressed by body movements that have undergone processing, sterilization or distortion, which manifests into a natural aesthetic expression. Dance in the world of education, has a positive impact, not only for the preservation of dance, but also for the benefit of education itself. The age of junior high school students ranges from 13 to 15 years and belongs to the early adolescence group, where the transition from childhood to adulthood experiences development of all aspects or functions to enter adulthood. As a successor to the nation, if it is not directed to something positive, it could be that junior high school students will experience the tendency of negative traits as described previously. For this reason, a positive media is needed to build the positive character of middle school students who experience age transition. One of them is dance with its learning can be used as a means of expression, imagination and creativity to foster a rational and emotional balance, intellectual and aesthetic awareness. On the basis of these problems, a community activity program was made "Creative Work Creation PKM in Junior High School 3 Bissapu Bantaeng Regency". The results of these activities produce; (1) Creative Dance adds insight into students' skills in dance, (2) Through this activity students are familiar with dance and know the process of its creation, (3) The creation of creative dance performances based on the movement of the tradition of South Sulawesi.
Teater Sekolah: Media Pendidikan Seni dalam Membentuk Akhlak Pelajar Prusdianto, Prusdianto
Nuansa Journal of Arts and Design Vol 6, No 1 (2022): Maret
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/njad.v6i1.32395

Abstract

Salah satu media pendidikan yang menekankan pada pembentukan sikap ataupun akhlak pelajar adalah pendidikan seni, yaitu teater sekolah. Berdasarkan uraian tersebut di atas dilakukanlah kajian tentang teater sekolah sebagai salah satu media pendidikan seni dalam membentuk akhlak pelajar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk kerja teater sekolah, menjelaskan teater sekolah sebagai media pendidikan seni dan mendeskripsikan teater sekolah dalam membentuk akhlak pelajar. Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan studi pustaka, wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil yang didapatkan, yaitu bentuk kerja teater sekolah meliputi pemilihan naskah dan analisis naskah, casting pemain, proses latihan, gladi kotor dan gladi resik sebelum pertunjukan dilaksanakan. Pendidikan seni memiliki potensi dan posisi untuk membina inteligensi dan imajinasi peserta didik, dan teater sekolah dapat berfungsi sebagai media dalam membentuk akhlak seseorang.
Seni Pertunjukan Teater Asera Berdasarkan Mitos To Balo, Suku Bentong Sulawesi Selatan Prusdianto -
Resital: Jurnal Seni Pertunjukan (Journal of Performing Arts) Vol 13, No 1 (2012): Juni 2012
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/resital.v13i1.498

Abstract

Teater tentang absurditas dengan paradoksnya yang aneh merupakan sebuah gejala dari apa yang mungkin paling mendekati pencarian relijius murni, yaitu suatu usaha manusia menyadari realitas mutlak kondisinya, dan mengajarkan kembali kepadanya makna keajaiban kosmis yang hilang dan kegalauan purba. Penciptaan pertunjukan teater Asera mengambil ide tentang kematian yang ditentukan oleh jumlah Sembilan. Ide tersebut terinspirasi dari mitos yang ada pada To Balo, suku Bentong yang berada di Sulawesi Selatan. Hal yang mendasari penciptaan Asera ini adalah keinginan untuk mengangkat sebuah permasalahan yang mengingatkan kita akan kematian. Sebuah proses dalam kehidupan yang sebenarnya mutlak akan dialami oleh manusia, akan tetapi sering dilupakan keberadaanya. Selain menjadikan warisan mitos sebagai sumber ide penciptaan, juga memberikan warna dan corak baru dalam dunia seni, khususnya seni teater. Teater adalah dunia imajinasi dari kehidupan yang sebenarnya.Kata kunci: Teater, Asera, absurd, To Balo, Bentong.ABSTRACTThe Performing Arts of theater Asera based on the myth of To Balo, Bentong tribe South Sulawesi. The absurdity of theatre with its weird paradox is as a phenomenon of what is probably as the closest quest to the purity of religiousity that is a human’s effort to realize the reality of his absolute condition, and to teach him back the meaning of the missing remarkable cosmic and the ancient confusion. The creation of theater performance Asera takes an idea of death which has been decided by number nine. This idea was fi rst inspired from a myth that exists in To Balo, a Bentong tribe lives in South Sulawesi. The basic creating idea of Asera is a willingness to discuss a problem that reminds us to the death. A process in a real life will be absolutely experienced by man, but its existence will often be forgotten. In addition to makinga myth heritage as a source of creating ideas, it also gives the new colours and characteristics in the world of arts, especiallyin the art of theater. However, theater is the real life imagination.Keywords: Theatre, Asera, absurd, To Balo, Bentong.
PENDIDIKAN SENI TEATER; SEKOLAH, TEATER DAN PENDIDIKNYA Prusdianto Prusdianto
TANRA: Jurnal Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar Vol 5, No 1 (2018): Meaningfull in Design Education
Publisher : Universitas Negeri makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/tanra.v5i1.5794

Abstract

Schools that offer theater arts subjects to serve as subjects of art, will provide an opportunity for students to get in touch with the community. Students do not just feel has nothing to do with schools, communities, and nations, but to feel by themselves as a part of civilization. The development of the students is in a social engagement (sense of community, a sense of participation, sense of belonging, a sense of humanity). School as a system includes several components, where each component consists of several factors. With one another interconnected to form a system. Component - a component of the school system consists of inputs (input), process (process), direct output (output) and indirect output (outcome). Theater arts in art class culture is a form of appreciation for the presentation of performances and educational tools. Besides the theater is also a means to shape; (A) student understanding of self and others, (b) the power of interpretation of self, (c) confidence in himself, and (d) awareness in collaboration with a large group consisting of persons in carrying out the production of a show. An educator who has understood the intent and purpose of teaching is expected to carry it out easily. Be a challenge, that here also demanded creativity teachers to make the bait-new, fresh, and not boring for the child, and thus, will be obtained fresh feedback and original anyway.
Tari Tradisional Sulawesi Selatan untuk Menumbuhkan Kecintaan Budaya Lokal pada Anak di Desa Wisata Rammang-Rammang Syakhruni Syakhruni; Jalil Jalil; Prusdianto Prusdianto
Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat SEMINAR NASIONAL 2021 : PROSIDING EDISI 5
Publisher : Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.891 KB)

Abstract

Abstrak. Salah satu bentuk kekayaan dalam kemajemukan yang Indonesia miliki adalah ragam kesenian. Tari merupakan salah satu unsur dalam kesenian. Setiap daerah di Indonesia memiliki seni tari yang berbeda-beda. Kesenian pada setiap suku bangsa menunjukkan adanya ikatan lokal yang khas, seperti gerakan dalam seni tari menunjukkan bahwa kelokalan mereka tereksplor menjadi unsur gerak gemulai dalam sebuah tarian. Tidak terkecuali di Sulawesi Selatan yang mayoritas Suku Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar juga memiliki kesenian tari. Akan tetapi generasi muda pada saat ini sudah mulai kurang meminati kesenian tradisional seperti tari karena dianggap tidak relevan lagi dengan perkembangan jaman. Padahal banyak pesan-pesan moral dan adiluhur yang tersimpan dari makna gerak pada sebuah tari. Implikasi dari kecintaan budaya lokal pada usia anak adalah meningkatnya kesadaran dan identitas budaya lokal pemuda dalam mempertahankan keberadaan dan kelangsungan seni tradisional, melakukan berbagai macam perubahan tanpa menyalahi kaidah-kaidah orisinalitas bu daya lokal, dan melakukan upaya menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya lokal. Atas dasar permasalahan tersebut maka dibuatlah sebuah program kegiatan masyarakat “Tari Tradisional Sulawesi Selatan untuk Menumbuhkan Kecintaan Budaya Lokal pada Anak” dengan tujuan menjadikan pelatihan sebagai media untuk menumbuhkan rasa cinta budaya lokal sebagai bentuk pelestarian tari tradisional.Kata kunci : Tari Tradisional, Sulawesi Selatan, Budaya Lokal, Anak
Pengkaryaan drama radio kepada anggota Bengkel Sastra FBS UNM sebagai media alternatif pelestarian cerita rakyat Khaeruddin Khaeruddin; Prusdianto Prusdianto
Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 2018, No 5: Prosiding 5
Publisher : Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.14 KB)

Abstract

Folklore is a story that originates from thecommunity and develops in society in a descending way and itis delivered orally. The younger generation at this time hasbegun to be less interested in folklore because it is deemedirrelevant to the times of the modern era of globalization. Theydo not realize that there are many moral stories in folklore.Based on that problem, the community action program wasmade. The program title was “Creating Radio Drama by themembers of Literary Studio of FBS UNM". It aimed to makefolklore packed in audio media as an alternative medium.Thus, people who are involved in the activity do not onlyknow the contents of the story but also feel the events thathappened in that folklore. In the end, they will find out themoral stories of folklore that is made so that the story remainssustainable as a cultural wealth that is owned. The activity wascarried out at the Literary Studio of FBS UNM which tookplace at Daeng Tata Raya Street, UNM Parang TambungCampus. This activity resulted; (1) the radio drama becomes anew media to be done in the Literary Studio of FBS UNM, (2)through this activity, the members of the Literary Studio ofFBS UNM are familiar with radio drama and know the workprocess of its creation which is a creative work process thatprioritizes audio as an art expression medium, (3) the radiodrama is produced based on folklore and eventually becomesan alternative media for preservation.
Tari Tradisional Sulawesi Selatan untuk Menumbuhkan Kecintaan Budaya Lokal pada Anak di Desa Wisata Rammang-Rammang Syakhruni Syakhruni; Jalil Jalil; Prusdianto Prusdianto; Selfiana Saenal
Sureq: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berbasis Seni dan Desain Vol 1, No 1 (2022): Jan-Jun
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (698.403 KB) | DOI: 10.26858/srq.v1i1.33398

Abstract

Salah satu bentuk kekayaan dalam kemajemukan yang Indonesia miliki adalah ragam kesenian. Tari merupakan salah satu unsur dalam kesenian. Setiap daerah di Indonesia memiliki seni tari yang berbeda-beda. Kesenian pada setiap suku bangsa menunjukkan adanya ikatan lokal yang khas, seperti gerakan dalam seni tari menunjukkan bahwa kelokalan mereka tereksplor menjadi unsur gerak gemulai dalam sebuah tarian. Tidak terkecuali di Sulawesi Selatan yang mayoritas Suku Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar juga memiliki kesenian tari. Akan tetapi generasi muda pada saat ini sudah mulai kurang meminati kesenian tradisional seperti tari karena dianggap tidak relevan lagi dengan perkembangan jaman. Padahal banyak pesan-pesan moral dan adiluhur yang tersimpan dari makna gerak pada sebuah tari. Implikasi dari kecintaan budaya lokal pada usia anak adalah meningkatnya kesadaran dan identitas budaya lokal pemuda dalam mempertahankan keberadaan dan kelangsungan seni tradisional, melakukan berbagai macam perubahan tanpa menyalahi kaidah-kaidah orisinalitas bu daya lokal, dan melakukan upaya menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya lokal. Atas dasar permasalahan tersebut maka dibuatlah sebuah program kegiatan masyarakat “Tari Tradisional Sulawesi Selatan untuk Menumbuhkan Kecintaan Budaya Lokal pada Anak” dengan tujuan menjadikan pelatihan sebagai media untuk menumbuhkan rasa cinta budaya lokal sebagai bentuk pelestarian tari tradisional.Kata kunci : Tari Tradisional, Sulawesi Selatan, Budaya Lokal, Anak ABSTRACTOne form of wealth in the diversity that Indonesia has is a variety of arts. Dance is one of the elements in art. Each region in Indonesia has a different dance art. Art in each ethnic group shows a distinctive locale, such as movement in dance, showing that their locality is explored as an element of graceful movement in a dance. Not in South Sulawesi where the majority of the Bugis, Makassar, Toraja and Mandar tribes also have art. However, the younger generation at this time has begun to be less interested in traditional arts such as dance because they are considered irrelevant to the times. Whereas many moral and noble messages are stored from the meaning of motion in a dance. The implication of the love of local culture at a child's age is awareness and identity of local culture in maintaining the existence and traditional arts, making various kinds of changes without violating the exploration of cultural originality, and making efforts to fight foreign cultures that are not in accordance with local culture. On the basis of these problems, a community activity program "South Sulawesi Traditional Dance to Foster Love of Local Culture in Children" was created with the aim of making training as a medium to foster a sense of love for local culture as a form of preserving traditional dance.Keywords: Traditional Dance, South Sulawesi, Local Culture, Children
PELATIHAN TEATER MENGEKSPLORASI INTERAKSI BUDAYA SUKU MAKASSAR DAN ABORIGIN BAGI SISWA SD DAN SMP DI KOTA MAKASSAR Andi Taslim Saputra; Asia Ramli; Arifin Manggau; Prusdianto Prusdianto; Satriadi Satriadi
Sureq: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berbasis Seni dan Desain Vol 2, No 1 (2023): Januari-Juni
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/srq.v2i1.46428

Abstract

Program Pengabdian kepada Masyarakat dengan judul Pelatihan Teater Mengeksplorasi Budaya Suku Makassar dan Aborigin Bagi siswa SD-SMP di Kota Makassar. Kegiatan ini bertujuan untuk mentransfer pengetahuan lokalitas kepada siswa SD-SMP dengan menggunakan instrumen teater. Faktanya, siswa SD-SMP sangat minim pengetahuan budaya terkhusus di Kota Makassar. Hal ini dikarenakan budaya urban atau budaya Modern mendominasi, misalnya siswa tersebut cenderung beraktivitas bermain game, tiktok, dan media-sosial lainnya. Pelatihan ini diikuti oleh 25 siswa dan siswi beberapa sekolah baik dari tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama di Kota Makassar. Pada tahap pelaksanaan pelatihan dibagi ke dalam tiga tahap yakni Metode Pemaparan Konsep, Metode Distribusi Materi Pertunjukan ke Peserta Didik dan Metode Penyajian atau Pengujian Pertunjukan. Tahap terakhir dari kegiatan ini yakni penyajian pertunjukan diikuti oleh 25 siswa yang dengan penuh semangat dan tentunya pengetahuan terkait budaya Makasar dan interaksi budaya dengan suku Aborigin menghadirkan banyak hal hubungan dapat dimengerti dengan baik.