Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Pandangan Agama Terhadap Simbol Negera Dalam Islam: Analisis Kedudukan, Landasan dan Penentuan Hukum Penghormatan Terhadap Bendera Di Tinju Dari Aspek Hukum Dalam Islam Hosen
An-Nawazil: Jurnal Hukum dan Syariah Kontemporer Vol. 3 No. 01 (2021): An-Nawazil: Jurnal Hukum dan Syariah Kontemporer
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Syariah As-Salafiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69784/annawazil.v3i01.7

Abstract

Setiap negara kesatuan memiliki lambang yang menggambarkan atribut, kedaulatan, dan kualitas bangsa yang sebenarnya. Dalam masyarakat saat ini, khususnya di Indonesia, banyak terjadi pencemaran dan begitua dengan penghormatan terhadap lambang negara, sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, seperti Nyanyian sebagai lagu Kebangsaan. Dalam hukum Islam itu sendiri tidak mengatur secara khusus tentang ketentuan hokum terhadap lambang negara, akan tetapi hukum Islam melihat dari segi unsur-unsur perbuatan. Dalam penulisan ini menggunakan metode hukum normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder atau penelitian hukum kepustakaan. Sedangkan dilihat dari segi teknik pengumpulan data diperoleh dengan cara studi kepustakaan, menganlisis dan mencari bahan-bahan pustaka yang sekiranya cocok untuk dijadikan sumber rujukan. Adapun hasilnya dari penelitian ini, bahwa penghormatan terhadap Lambang Negera (bendera) di tinjau dari aspek hukum dalam islam saat memberikan hormat pada Bendera diperbolehkan dan tidak pula diharamkan atau dipermasalahkan secara hukum agama. Karena penghormatan bendera itu dipahami sebagai bentuk ungkapan cinta dan semangat menjaga tanah air, bahkan tidak ada satu pun dalil yang secara spesifik mengharamkan praktik ini (memberikan hormat terhadap bendera). Adapun kedudukan dan landasan serta penentuan hukum hormat terhadap bendera menurut hukum islam termasuk kedalam Jenis hukum Jarimah Ta’zir dalam pendangan ulama’ fiqih. Karena menurutnya suatu perbuatan tidak dianggap sebagai kejahatan kecuali jika ditetapkan oleh syara’ bahwa perbuatan itu tercela. Ketika syara’ telah menetapkan bahwa perbuatan itu tercela, maka sudah pasti perbuatan itu disebut kejahatan, tanpa memandang lagi tingkat tercelanya.
Peningkatan pemahaman batas usia perkawinan dalam UU 16/2019 dan persiapan mental pra nikah santri Daarul Lughoh Palengaan Pamekasan El Amin, Faris; Rahmawati, Theadora; Hosen; Fauzi, Achmad; Susylawati, Eka; Saputri, Videa Dewi; Yaqin, Ainol
PERDIKAN (Journal of Community Engagement) Vol. 5 No. 2 (2023)
Publisher : IAIN Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/pjce.v5i2.10122

Abstract

The latest law on marriage No. 16 of 2019 confirms that marriage can be legalized if the man and woman have reached the age of 19. However, this new regulation is still not widely known by the public, especially teenagers. This article is the result of community service activity in the form of outreach. The purpose of this community service is to provide understanding to students regarding the age limit for marriage and mental preparation in facing marriage, as well as preventing early marriage for teenagers at Daarul Lughoh Islamic Boarding School, Akkor Village, Palengaan Sub-District. This event has great benefits in increasing students' understanding of the importance of physical and mental preparation before going into a marriage, because a marriage is not only based on the principle of liking each other and consensual. Instead, a married life will definitely deal with many challenges and problems. Therefore, then it takes a mature personality and mentality to manage household life within the framework of sakinah mawaddah wa rahmah. (Undang-undang terbaru tentang perkawinan no 16 tahun 2019 menegaskan bahwa perkawinan dapat diizinkan apabila laki-laki dan wanita sebagai calon mempelai telah mencapai usia 19 tahun. Namun, peraturan baru ini masih belum banyak diketahui oleh masyarakat, khususnya para remaja. Artikel ini merupakan hasil dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk sosialisasi. Adapun tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah memberikan pemahaman kepada santri terkait batas usia perkawinan dan persiapan mental dalam menghadapi perkawinan, serta mencegah adanya pernikahan dini dari para remaja di pondok pesantren Daarul Lughoh Desa Akkor Kecamatan Palengaan. Acara ini dinilai mempunyai manfaat yang besar dalam meningkatkan pemahaman para santri akan pentingnya persiapan fisik dan mental sebelum melangsungkan pernikahan, karena sebuah pernikahan bukan hanya didasari atas prinsip suka sama suka saja. Akan tetapi, perlu disadari bahwa kehidupan pernikahan akan mengalami banyak tantangan dan masalah dalam bahtera rumah tangga sehingga dibutuhkan kepribadian dan mental yang dewasa untuk mengatur kehidupan rumah tangga dalam bingkai sakinah mawaddah wa rahmah.)
Analisis Komparasi Teori Belajar: Paduan Teori Belajar Dalam Perspektif Barat (Konvensional) Dan Islam Hosen; Mukit, Abdul
At- Ta'lim : Jurnal Pendidikan Vol. 9 No. 1 (2023): January
Publisher : LP3M Universitas Islam Zainul Hasan Genggong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55210/attalim.v9i1.1017

Abstract

So far, learning theory has mostly come from the West, which has a different orientation from Islam. It is unfortunate that Muslims adopt these theories uncritically. Even in universities labeled as Islamic, they still use western (conventional) learning theory as the only main reference in their learning. This research is descriptive qualitative with comparative analysis. The data for this study uses primary data sources, namely the West and the Koran and al-Hadith (Islam). The data collection technique uses the documentation method. The data analysis technique uses content analysis. While the discussion uses the method of deduction, induction, and comparison The conclusion that can be drawn is that there are fundamental differences between Western and Islamic learning theories because of different views on world problems. The West places more emphasis on learning events that are rational-empirical-quantitative based on the secular-positivistic-materialistic Western worldview. Meanwhile, Islamic learning theory does not only provide accentuation on rational-empirical learning events, but the theory also emphasizes normative-qualitative learning events originating from the Qur'an and al-Sunnah as well as Islamic intellectual treasures developed by Muslim scholars in Indonesia.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM IN TRADISI LOKAL MUSIK TON-TONG DALAM MENCIPTAKAN KERUKUNAN ANTAR SESAMA Hosen; Mukit, Abdul
Milenial Vol 4 No 2 (2024)
Publisher : STAI Al-Hamidiyah Bangkalan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34556/millennial.v3i1.342

Abstract

Pulau Madura memiliki kekayaan budaya, tradisi dan kearifan lokal beragam. Salah satunya adalah musik. Di antara jenis-jenis musik yang ada di Madura, ada satu yang cukup unik dan menarik, yaitu musik tontong yang ada di kabupaten sumenep. Tontong adalah jenis musik yang menggunakan alat-alat tradisional dari bambu atau kayu (kentungan). Tontong biasanya dibuat dengan ukuran dan bentuk berbeda-beda sehingga menghasilkan nada atau bunyi bervariasi. Musik tontong menjadi salah satu ikon budaya kabupaten semenep yang terus berkembang sesuai dengan zaman. Musik ini menunjukkan kreativitas dan komitmen masyarakat sumenep dalam rangka untuk melestarikan dan mengembangkan seni musik lokal.Metode penelitian yang digunakan yakni pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologi. Sumber data yang dihasilkan berupa sumber data primer yang dihasilkan dari wawancara tidak terstruktur dan observasi non-participant dan sumber data sekunder yang dihasilkan dari dokumentasi.Dari penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa dalam tradisi Tong-Tong merupakan salah satu nilai pendidikan Islam yang didalamnya diyakni nilai pendidikan akhlak. Nilai pendidikan sosial, dan nilai-nilai pendidikan yang berbentuk sholawat yang mimang dianjurkan dalam islam. Hal ini juga disebabkan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam merupakan keyakinan yang ada dalam diri manusia yang sesuai dengan norma serta ajaran Islam demi menciptakan pribadi manusia yang sempurna
Peranan Guru Bahasa Indonesia dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa di Kelas VIII SMP Al- Ismailiyah Tambelangan Sampang Mudakkir; Nensy Megawati Simanjuntak; Nuril Huda; Hosen
Teaching and Learning Journal of Mandalika (Teacher) e- ISSN 2721-9666 Vol. 5 No. 2 (2024)
Publisher : Institut Penelitian dan Pengembangan Mandalika Indonesia (IP2MI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/teacher.v5i2.3456

Abstract

Guru memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional, khususnya di bidang pendidikan. Menurut definisi undang-undang, guru adalah pendidik dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Sebagai sebuah pekerjaan profesional, mengajar pada dasarnya mengharuskan guru untuk menjunjung tinggi dan menerapkan gagasan profesionalisme. Hal ini mencakup kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi yang telah ditetapkan. Permasalahan dalam penelitian ini ialah : sejauh mana peran guru Bahasa Indonesia dalam menumbuhkan Keterampilan Membaca siswa VII SMP Al-Ismailiyah Ombul Beringin Tambelangan Sampang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian melalui deskriptif. Sumber datanya adalah guru dan siswa. Sedangkan prosedur pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Selanjutnya, keabsahan data yang digunakan yaitu: credibility, transferability, dependability, dan confirmability. Analisi data menggunakan Data Reduction, display, Conclution Drawing / Verivication. Adapun tahapan penelitian: Persiapan, Lapangan, Pengolahan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Pertama, Tugas guru sebagai pendidik ialah memberikan bimbingan dan arahan kepada murid, mendorong mereka untuk memanfaatkan waktu luang untuk membaca, dan mengajak mereka ke perpustakaan. Kedua, tugas guru sebagai pengajar adalah memberikan tugas-tugas seperti membuat cerita, di antara tugas-tugas lainnya.Ketiga, guru berperan sebagai inisiator dengan memberikan ide-ide inovatif yang sesuai dengan perkembangan zaman, memiliki pengetahuan yang luas, dan memahami konteks di mana murid-muridnya berada.
TRADISI MANGOLAT  DALAM ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT TAPANULI SELATAN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Ramdhani, Rahmat; Hosen; Puji Pratiwi; Sawaluddin Siregar
I’tiqadiah: Jurnal Hukum dan Ilmu-ilmu Kesyariahan Vol. 1 No. 2 (2024): Juni : I’tiqadiah
Publisher : Yayasan Baitul Hikmah al-Zain

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63424/itiqadiah.v1i2.63

Abstract

Mangolat boru is an event to confront the bride and groom before the bride's departure to the namboru's house (in-law) which is carried out by the namboru's son from the bride as a farewell so that there is a pangolat wage or money. Pangolat money will be given by the men to the namboru from the women. the wages or pangolat money given by the groom is not enough, so the namboru child of the bride continues to hold and ask for more mangolat wages to the groom. In addition to slowing down, sometimes the time of the mangolat jam approaches the Maghrib call to prayer, which is where the implementation of this mangolat still continues. The purpose of the study was to find out how Islamic law reviews the mangolat tradition in marriage customs in the Bondar flower family, Sipirok district, South Tapanuli district and to find out the implementation of the mangolat tradition in the community of Bunga Bondar village. This type of research is field research. Research conducted in collecting data on phenomena that occur, is natural and scientific. The data collection of this research uses observational field studies, interviews, as well as documentation and libraries, and uses a systematic discussion. The results revealed in the thesis entitled Mangolat Tradition in Marriage Customs in the Bunga Bondar Village, Sipirok District, South Tapanuli Regency is that the mangolat custom tradition carried out by the community has been carried out for generations in various generations, this mangolat event is the last event in the implementation of the mandatory custom. carried out in a wedding ceremony, with that wages or money pangolat will always be a complement to the implementation of the mangolat pickle, where the mangolat event will take a lot of time so that the departure of the bride and groom will take a long time due to the implementation of this mangolat event.  
Implementation of Sacrificial Worship in the Government Environment Pamekasan Regency Islamic Law Perspective Hosen; Siti Mudmainah
Al Ahkam Vol. 19 No. 1 (2023): Januari-Juni 2023
Publisher : Fakultas Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37035/ajh.v19i1.7880

Abstract

This study aims to determine the implementation of sacrificial worship in the Pamekasan Regency Government Environment. This research uses empirical legal research methods that use a type of socio-legal research with an Islamic law approach. The data collection used semi-structured interviews, non-participant observations, and document studies. The primary data source is from respondents who are directly involved in the implementation of sacrificial worship in the Pamekasan Regency Government. The rest is sought from secondary data in the form of a review of books related to this research topic. The sacrificial animals collected came from Regional Apparatus Organizations and vertical agencies in Pamekasan. The sacrificial animals were collected above the names of each agency without the name of the employee as the person who sacrificed even through the agency. Two problems are the main study in this study, namely: First, how to carry out sacrificial worship within the Pamekasan Regency Government. Second, how is the review of Islamic law on the implementation of sacrificial worship within the Pamekasan Regency Government. And this study produced, first; the implementation of sacrificial services carried out within the Pamekasan Regency Government in the form of collecting, slaughtering, and distributing them according to the rules set by the Pamekasan Regency Government. Second; because sacrificial animals are collected and slaughtered on behalf of agencies and not on behalf of their employees, according to Islamic law it does not include sacrificial worship in accordance with the provisions of sharia law but is counted as almsgiving
Peran Lembaga Peradilan dalam Penegakan Hukum Lingkungan Hidup di Indonesia Hodraini; Hosen
YUDHISTIRA : Jurnal Yurisprudensi, Hukum dan Peradilan Vol. 2 No. 1 (2024): Maret
Publisher : Cv. Kalimasada Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59966/yudhistira.v2i1.1702

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peran lembaga peradilan dalam penegakan hukum lingkungan hidup di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis-normatif dengan metode analisis kualitatif, yang mengkaji peraturan perundang-undangan terkait hukum lingkungan hidup serta putusan-putusan pengadilan yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun lembaga peradilan telah berperan dalam penegakan hukum lingkungan hidup, namun masih terdapat tantangan dalam hal ketegasan penerapan hukum, kurangnya pemahaman tentang hukum lingkungan di kalangan aparat penegak hukum, dan lemahnya penegakan sanksi terhadap pelanggaran lingkungan. Kesimpulannya, peran lembaga peradilan sangat penting dalam mendorong keberlanjutan lingkungan, namun diperlukan perbaikan sistem dan penguatan kapasitas aparat hukum untuk mengoptimalkan penegakan hukum lingkungan di Indonesia.
Pendampingan Pemahaman Kitab Kuning Adab Al-‘Alim Wa Al-Muta’allim Terhadap Akhlak Belajar Santri Hosen; Busri; Mas'odi
Al-Ridha: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 2 No. 2 (2024): September
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Ulum Banyuanyar Pamekasan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58223/al-ridha.v2i2.374

Abstract

Akhlak mulia merupakan salah satu unsur pokok dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa memandang status sosial, akhlak mulia harus senantiasa dijunjung tinggi dalam peran sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat, dan sebagai bangsa. Membangun akhlak merupakan tugas utama yang harus diemban oleh para pendidik kepada peserta didiknya. Pembinaan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses pembinaan akhlak peserta didik. Pendidikan akhlak bertujuan untuk menciptakan lingkungan dan keadaan yang dapat menggugah dan menggerakkan jiwa serta hati peserta didik untuk berperilaku beradab atau berperilaku baik sesuai dengan harapan lembaga pendidikan. Mengingat masih banyaknya keluarga peserta didik di era modern ini yang berperilaku negatif, maka salah satu lembaga yang tetap teguh dan berperan aktif dalam memajukan pendidikan akhlak adalah pesantren. Pembinaan pendidikan akhlak bagi peserta didik tidak hanya dilakukan dengan cara membalikkan telapak tangan untuk mewujudkannya, tetapi juga memerlukan proses yang panjang. Pesantren telah menunjukkan konsistensinya melalui berbagai kegiatan rutin, seperti kajian agama dan penyelenggaraan kegiatan ubudiyah. Salah satu kegiatan yang masih lestari dan masih mengakar dalam tradisi adalah pembelajaran kitab kuning. Pendekatan bandongan dalam mengajarkan kitab kuning masih terus berlanjut dan masih dianut oleh masyarakat hingga saat ini. Salah satu kitab kuning yang dikaji dipesantren adalah Kitab Adab Al-‘Alim Wa Al- Muta’allim. Kitab ini merupakan salah satu kitab kajian mengkaji perilaku manusia dalam kehidupan didunia. Diharapkan melalui pendampingan dengan pengkajian kitab ini terbentuk akhlak santri dan menjadi pribadi pada diri santri benar-benar terwujud.
EKSPLORASI BULAN SEBAGAI AYAT KAUNIYAH DALAM TAFSIR AL-QUR'AN Umar Zakka; Hosen; Sawaluddin Siregar; Nosudera TTR
Amsal Al-Qur’an: Jurnal Al-Qur’an dan Hadis Vol. 2 No. 2 (2025): Juli
Publisher : Yayasan Baitul Hikmah al-Zain

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63424/amsal.v2i2.377

Abstract

This article examines the moon as one of the kauniyah verses in the Qur'an. These verses are signs of Allah's greatness found in the natural world. The moon is understood not only as the Earth's natural satellite, but also as holding significant theological and scientific meaning in Islam. Using a qualitative approach based on a literature review, this study explores the harmony between Qur'anic descriptions of the moon and modern scientific findings. These findings include its orbital movement, role in ocean tides, and contribution to climate stability. The findings demonstrate that Qur'anic verses about the moon strengthen belief in Allah's power and encourage Muslims to view scientific inquiry as a form of worship. The moon plays an important role in timekeeping, particularly in the determination of the Hijri calendar and Islamic rituals. Understanding the theological and scientific aspects of the moon invites Muslims to reflect more deeply on the divine order of the universe. This study emphasizes the importance of integrating Qur'anic interpretation with scientific knowledge to strengthen faith and inspire scientific curiosity within the Muslim community.