Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Air Rebusan Kaktus Pakis Giwang (Euphorbia Milli Ch Des Moulins) Sebagai Obat Alternatif Hepatitis B (Antihepatitis) Pada Hewan Coba Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Lalu Sri Gede; Siti zaetun
Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS) Vol 5, No 1 (2018): JURNAL ANALIS MEDIKA BIOSAINS (JAMBS)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.925 KB) | DOI: 10.32807/jambs.v5i1.98

Abstract

Not many people know the benefits of forbia ornamental plants. One of the stems is an alternative medicine for hepatitis. Hepatitis is an inflammation of the liver caused by various factors. One of them is a viral infection to determine the effectiveness of boiled cactus fern cactus (Euphorbia milli Ch des Moulins) as antihepatitis in white mice (Rattus norvegicus).  Experimental (true experiment) to determine the effectiveness of giving boiled cactus stem stud water (Euphorbia milli Ch des Moulins) and interferol as anti hepatitis B virus in white mice (Rattus norvegicus) as control controls in white mice. Post-test only controlled group design study design. The sample size of 30 male white rats (Rattus norvegicus) was grouped into 2. The first group of controls was given antihepatitis (Interferon) and the second group was given boiled water with cactus stud earrings. Data were analyzed by the Independent Sample T Test 95% confidence level (Pα 0.05). Point-of-care testing (POCT) (hepatitis in the group of rats before being given fern cactus stew water studs (Euphorbia milli Ch des Moulins) was negative. In the group of rats given antihepatitis (Interferon) according to the dose in the control group for 1 week still gave a negative result: There was 1 result that was given and given 2 weeks of cactus fern boiled water negative results.The results of the analysis could not conclude because of the negative results so it was suggested to test HBV on another try like a squirrel to get maximum results Because mice are not hosts for the hepatitis B virus.
Faktor Koreksi Nilai Laju Endap Darah (LED) Pada Penderita Tuberkulosis Menggunakan Metode Westergren dan Wintrobe Rizki Amalia Dewi; Siti Zaetun; Yudha Anggit Jiwantoro
Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS) Vol 8, No 1 (2021): JURNAL ANALIS MEDIKA BIOSAINS (JAMBS)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/jambs.v8i1.215

Abstract

Pemeriksaan LED bermanfaat untuk memantau perjalanan penyakit dan memantau keberhasilan terapi penyakit kronik misalnya arthritis rheumatoid dan tuberculosis. Metode pemeriksaan LED diantaranya metode westergren dan wintrobe, kedua metode ini merupakan cara manual. Tujuan penelitian pada penelitian ini untuk mengetahui faktor koreksi nilai laju endap darah pada penderita tuberkulosis menggunakan metode westergren dan wintrobe. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini bersifat pre-eksperimen dengan 2 kelompok perlakuan LED yaitu diuji dengan metode westergren dan wintrobe. Hasil penelitian  didapatkan jumlah hasil pemeriksaan LED metode westergren 622 mm/jam dengan rerata 38,875 mm/jam dan jumlah hasil pemeriksaan LED metode wintrobe 520 mm/jam dengan rerata 32,5 mm/jam. Rentang nilai metode westergren 12-115 mm/jam, rentang nilai metode wintrobe 18-47 mm/jam kemudian hasil pemeriksaan LED dari metode westergren dan wintrobe dikalikan dengan faktor koreksi kemudian hasil perkalian akan dimasukkan dalam rentang nilai masing-masing metode, metode yang hasil perhitungannya lebih banyak berada dalam rentang nilai adalah metode yang lebih baik untuk melakukan pemeriksaan LED. Uji normalitas dan homogenitas tidak berdistribusi normal dan tidak homogen, maka dilanjutkan dengan uji statistik Mann Whitney. Dari tabel hasil analisis Mann Whitney menunjukkan nilai p 0,895 > 0,05. Karena nilai p lebih besar dari α 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara dua kelompok dengan begitu Ha ditolak. Kesimpulan dari penelitian ini metode westergren adalah metode yang paling baik digunakan untuk melakukan pemeriksaan LED dari pada metode wintrobe karena hasil pemeriksaan metode westergren yang telah dikalikan dengan faktor koreksi lebih banyak berada dalam rentang nilai yaitu 15 hasil perkalian (93,75%).
Pengaruh Cara Pengambilan Darah Kapiler Terhadap Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada Penderita Diabetes Melitus Wiodi Nazhofatunnisa Umami; Siti Zaetun; Ari Khusuma
Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS) Vol 6, No 1 (2019): JURNAL ANALIS MEDIKA BIOSAINS (JAMBS)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.077 KB) | DOI: 10.32807/jambs.v6i1.122

Abstract

Penggunaan darah kapiler untuk pemeriksaan glukosa darah sewaktu metode POCT sangat membantu penderita diabetes melitus dalam mengontrol kadar glukosa darahnya. Namun, seringkali penusukan yang kurang dalam menyebabkan darah yang keluar sedikit sehingga dilakukan pemijatan yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh cara pengambilan darah kapiler terhadap kadar glukosa darah sewaktu pada penderita Diabetes Melitus. Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen dengan rancangan Quasi Experiment Design dengan sampel 16 orang yang dibagi menjadi 2 perlakuan. Hasil diuji dengan Independent Sample t-test atau Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan rerata kadar glukosa darah sewaktu tanpa pemijatan jari tangan kanan pada penderita diabetes melitus yaitu sebesar 303,1 mg/dL. Sedangkan rerata kadar glukosa darah sewaktu setelah pemijatan jari tangan kiri pada penderita diabetes melitus yaitu sebesar 284,4 mg/dL. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan nilai p = 0,290 > α =  0,05. Tidak ada pengaruh cara pengambilan darah kapiler terhadap kadar glukosa darah sewaktu pada penderita diabetes melitus.
Profil Kadar Mda (Malondialdehide) Sebagai Penanda Kerusakan Seluler Akibat Radikal Bebas Pada Tikus Yang Diberikan Air Beroksigen Siti Zaetun; Lale Budi Kusuma Dewi; Ida Bagus Rai Wiadnya; Lalu Sri Gede
Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS) Vol 4, No 2 (2017): JURNAL ANALIS MEDIKA BIOSAINS (JAMBS)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.669 KB) | DOI: 10.32807/jambs.v4i2.87

Abstract

Radikal bebas dapat menyebabkan stres oksidatif, karena ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan yang berpotensi menyebabkan kerusakan sel. Radikal bebas dapat meningkatkan peroksidasi lipid, yang terurai menjadi malondialdehyde (MDA) dalam darah. MDA adalah penanda cacat seluler yang disebabkan oleh radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan profil MDA (malondialdehyde) sebagai penanda cacat sel yang disebabkan oleh radikal bebas pada tikus yang diolah dengan air yang mengandung oksigen. Ini adalah penelitian eksperimental dengan 3 kelompok perawatan. Satu kelompok sebagai kontrol dan dua kelompok sebagai sampel yang diolah dengan air beroksigen selama 5 hari dengan volume tertentu. Data dianalisis dengan mengukur tingkat kontrol kelompok MDA dan sampel kelompok. Data diuji dengan Uji Kruskal Wallis dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar MDA pada kelompok yang diolah dengan air pentagonal, air heksagonal dan kelompok kontrol adalah 5,09 μM / L, 3,14 μM / L dan 3,06 μM / L. Analisis data menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tingkat MDA pada kelompok perlakuan. Ini menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat MDA yang signifikan pada tikus yang diolah dengan air yang mengandung oksigen. Ini berarti tidak ada efek pada kerusakan seluler.
Identifikasi Kapang Khamir Pada Penyimpanan Tape Ketan Putih (Oryza Sativa Glutinosa) Dengan Penambahan Air Perasan Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Baiq Mira Nurhidayah; Pancawati Ariami; Siti Zaetun
Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS) Vol 4, No 1 (2017): JURNAL ANALIS MEDIKA BIOSAINS (JAMBS)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (103.525 KB) | DOI: 10.32807/jambs.v4i1.83

Abstract

Tape ketan merupakan makanan tradisional hasil fermentasi yang terbuat dari beras ketan. Pembuatan tape ketan putih pada masyarakat biasanya dilakukan dengan menambahkan suatu bahan-bahan tertentu untuk memberikan aroma, rasa dan warna yang berbeda. Daun katuk tersebut juga mengndung klorofil sehinnga akan memberikan warna hijau pada tape ketan putih,adanya senyawa tannin, flavonoid dan saponnin dalam daun katuk yang bersifat antimikroba yang dapat menghambat proses fermentasi dan menghasilkan tape ketan dengan kualitas yang baik. Pada penelitian ini, digunakan air perasan daun katuk sebagai pewarna alami tape ketan, penelitian ini merupakan penelitian Pre eskperimental yang bertujuan untuk mengidentifikasi tape krtan putih dengan penambahan air perasan daun katuk, yang dikultur di media PDA (Potato dextrose agar). Dilakukan identifikasi secara makroskopis dan mikroskopis pada media, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sampel tape ketan putih didapatkan jenis jamur Aspergillus flavus dan Saccharomyces cerevisiae, dan pada sampel tape ketan hijau didapatkan jenis jamur Aspergiluss niger dan Saccharomyces cerevisiae
Infeksi Kecacingan Nematoda Usus Yang Ditularkan Melalui Tanah (Soil Transmitted Helminth) Pada Petani Sayur Sawi Hijau Di Desa Bug-Bug Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat Ni Kadek Ayu Parweni; I Wayan Getas; Siti Zaetun
Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS) Vol 5, No 2 (2018): JURNAL ANALIS MEDIKA BIOSAINS (JAMBS)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.314 KB) | DOI: 10.32807/jambs.v5i2.107

Abstract

Infeksi kecacingan dapat terjadi pada semua umur. Penyakit kecacingan dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktivitas penderita hingga kerugian yaitu menurunkan kualitas sumber daya manusia. Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan frekuensi infeksi kecacingan, terutama pekerjaan yang berhubungan dengan tanah, salah satu profesi pekerjaan tersebut adalah petani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran infeksi kecacingan nematode usus yang ditularkan melalui tanah ( Soil Transmitted Helminth ) pada petani sayur sawi hijau di Desa Bug-bug Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat. Penelitian ini bersifat observasi deskriptif menggunakan 28 sampel petani sayur sawi hijau yang diambil menggunakan teknik purposive sampling kemudian diperiksa menggunakan metode langsung dengan larutan pewarna Eosin 2%. Dari penelitian yang telah dilakukian dengan 28 sampel adalah ditemukan 2 orang petani sayur sawi hijau positif terinfeksi kecacingan spesies Trichuris trichiura. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu persentase petani sayur sawi hijau yang positif terinfeksi kecacingan nematode usus yang ditularkan melalui tanah ( Soil Transmitted Helminth ) adalah 7,14%. Infeksi disebabkan oleh nematode usus yang ditularkan melalui tanah ( Soil Transmitted Helminth ) spesies Trichuris trichiura
Imunostimulator Ekstrak Etanol Anredera Cordifolia Terhadap Titer Widal Salmonella typhi O Pada Rattus Norvergicus Galur Wistar Pancawari Ariami; Addien Faqih Pajenengan; Maruni Wiwin Diarti; Siti Zaetun
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 15 No. 1 (2021): May
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v15i1.413

Abstract

Tujuan penelitian yaitu menganalisis ekstrak etanol daun Anreder acordifolia sebagai imunostimulator terhadap titer widal S. typhi O pada hewan coba tikus putih jantan galur wistar. Jenis penelitian yaitu quasi-eksperiment dengan design non equivalent control group. Penelitian ini menggunakan hewan coba tikus putih jantan galur wistar. Konsentrasi ekstrak etanol daun binahong yang diberikan sebesar 75%. Hewan coba diinduksikan antigen S.typhi O dua kali dengan volume 0,2 mL secara intra peritonial, diinkubasi selama 7 hari. Pemeriksaan Titer Widal S.typhi O dengan cara kualitatif dan semi kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa titer tertinggi yang dapat terdeteksi pada seluruh kelompok kontrol yaitu 1/640 dan seluruh kelompok perlakuan yaitu 1/1.280 yang membuktikan adanya peningkatan titer setelah pemberian ekstrak etanol daun Anredera cordifolia. Hasil uji mann-whitney menunjukkan nilai p = 0,025, p < 0,05 yang membuktikan adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberikan. Kesimpulan ekstrak etanol daun Anredera cordifolia berpotensi sebagai imunostimulator terhadap titer widal S.typhi O pada hewan coba tikus putih jantan galur wistar.
Hubungan Titer Widal Dengan Jumlah dan Indeks Trombosit Penderita Demam Tifoid di Puskesmas Wilayah Lombok Barat Baiq Larasati Widary; I Gusti Ayu Nyoman Danuyanti; Siti Zaetun
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 10, No 3 (2021): Online November 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v10i3.1792

Abstract

The diagnosis of typhoid fever can be made by hematological examination and the Widal method. Hematologic change that often occurs in typhoid fever is thrombocytopenia. Platelet function can be observed by examining the platelet index, namely the Mean Platelet Volume (MPV), and Platelet Distribution Width (PDW). The titer on the serological examination of the Widal test is a significant diagnostic for infections caused by the bacterium Salmonella typhi. Objectives: To determine the relationship between the Widal titer and the number and index of platelets in patients with typhoid fever at the West Lombok Health Center. Methods: The research methodology used is an analytic observational method with a cross-sectional approach. This study was conducted from February 2021 to April 2021. The population in this study was all patients who underwent laboratory examinations diagnosed as positive for typhoid fever in the Gunungsari Health Center, West Lombok Regency, with a sample of 24 respondents. Data analysis using Spearman correlation. Results: Statistical test results obtained P≥0.05, namely the titer value against platelets p=0.429, the titer against the MPV platelet index p=1,000, PDW p=0.291. Conclusion: there is no relationship between widal titer to the number of platelets and the platelet index in patients with typhoid fever.Keywords:  typhoid fever, platelets, platelet  index, widal titer
Hubungan Nilai Laju Endap Darah (LED) dengan Kadar C-Reactive Protein (C-RP) pada Pasien Positif Covid-19 Yumna Tahani Tsamarah; I Gusti Ayu Nyoman Danuyanti; Siti Zaetun
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 10, No 3 (2021): Online November 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v10i3.1771

Abstract

SARS-CoV-2 infection is a systemic infection that significantly affects hematopoiesis and the patient's immune response. Drastic increase in the production of proinflammatory cytokines like interleukin-6 (IL-6) play a role in mechanism of lymphopenia in COVID-19. Some indicators of inflammation markers include Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) and C-Reactive Protein (CRP). Objectives: To determined the correlation between Erythrocyte sedimentation rate (ESR) and C-Reactive Protein (C-RP) levels in patients with covid-19. Methods: This research was an analytic observational study with a cross-sectional approach. The samples in this research were 10 ESR and 10 CRP data in a patient with positive COVID-19 at the Mataram University Hospital. Results: A minimum value of 0.50 was obtained from 10 samples of CRP examination, while the maximum value was 79.90 with an average value of 32.24 and a standard deviation of 30.36. The Erythrocyte sedimentation rate (ESR) examination obtained a minimum value of 6.00 from 10 samples, while the maximum value was 103.00 with an average value of 53.60 and a standard deviation of 36.40. Conclusion: There is no correlation between the value of Erythrocyte sedimentation rate and C-Reactive Protein levels in patients with Covid-19.Keywords: Covid-19,  C-reactive protein, erythrocyte sedimentation rate 
The parasite density and erythrocyte sedimentation rate on patients with uncomplicated tropical Malaria In two community health centre of West Lombok Kadeq Novita Prajawanti; Siti Zaetun; Pancawati Ariami
Medical Laboratory Analysis and Sciences Journal Vol 1 No 2 (2019): November 2019
Publisher : Department of D3 Medical Technology Laboratory STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35584/melysa.v1i2.25

Abstract

Malaria infections are often associated with the activation of coagulation and fibrinolytic systems. An increase number of fibrinogen levels in severe malaria and the increase of fibrinogen also stimulated the increase of erythrocytes sedimentation rate. The aim of this study is to find out about the effects of high parasitemia to erythrocyte sedimentation rate in patients with uncomplicated tropical malaria. Samples are collected using the Purposive Samplings method. To determined the effect of parasite density to erythrocytes sedimentation rate (ESR) levels (mm/h), the data were analyzed using the Non-Parametric Kruskal Wallis test (α=0,05). From 8 samples, 2 subjects (25%) has ++ (2+) densities with 35 and 46 mm/h; 3 subjects (37,5%) has +++ (3+) densities with 10, 65 and 70 mm/h; and also 3 other subjects (37,5%) has ++++ (4+) densities with 21, 44, and 70 mm/h. The Non-parametric Kruskal Wallis test shows that p-value 0,932 >α, means there is no effect of parasitic density on ESR levels in patients with uncomplicated tropical malaria. Using the ESR as the only-main biomarker in assessing the severity of malaria is an inaccurate idea because the ESR is more likely a non-specific test, therefore another blood test is needed to establish a diagnosis of malaria severity.