Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Lumbung Inovasi: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat

Evaluasi Metode Penyuluhan Gizi Dalam Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri Di Wilayah Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang Purwanti Susantini; Salsa Bening; Rany Ekawati
Lumbung Inovasi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 8 No. 2 (2023): Juni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LITPAM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/linov.v8i2.1102

Abstract

Anemia remaja putri di Indonesia dan khususnya wilayah Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang masih diatas 20 % yaitu sebanyak 29,59 %.  Dampak dari anemia pada remaja putri adalah menurunnya konsentrasi belajar, kurang produktif dan jangka panjangnya adalah kehamilan yang kurang sehat sehingga bisa melahirkan anak risiko stunting dan BBLR. Selama ini diwilayah Bandarharjo sudah dilakukan pendidikan gizi tetapi belum dilakukan evalusi tingkat pengetahuan dan sikap tentang anemia. Pendidikan gizi yang dilakukan di Wilayah Bandarharjo yaitu dengan metode Penyuluhan. Peserta penyuluhan sebanyak 49 orang.  Penyuluhan dengan metode ceramah tanya jawab dengan media PPT, dan pembagian leaflet. Nara sumber Penyuluhan adalah Dosen Program Studi S1 Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang.  Pengukuran pengetahuan dan sikap dengan melakukan pre test sebelum penyuluhan dan post test sesudah penyuluhan. Hasil metode penyuluhan, rata-rata tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah mengalami kenaikan sebesar 23,13 %,  dari 58,22 % menjadi 81,35 % dan nilai p = 0,00.  Rata-rata sikap juga mengalami peningkatan dari 30,49 % menjadi 32,33 % dengan nilai p = 0,001,  Jadi metode penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja putri tentang anemia secara signifikan. Evaluation Of Counseling Methods for Adolescent Women in Preventing Anemia At Bandarharjo Health Center Semarang City Anemia of young women in the Bandarharjo area, North Semarang District, Semarang City is still above 20% which is 29.59%. The impact of anemia is decreased concentration in studying, less productive and in the long term is an unhealthy pregnancy that can give birth to children at risk of stunting and low birth weight. So far, nutrition education has been carried out in the Bandarharjo area, but there has not been an evaluation of the level of knowledge and attitudes about anemia. The nutrition education carried out by Counseling method. The counseling participants were 49 people. Counseling with PPT media, and leaflets. Counseling facilitators were Lecturers of the Undergraduate Nutrition Study Program, Muhammadiyah University of Semarang. Measurement of knowledge and attitudes by conducting pre-test and post-test after counseling. The results of the counseling method, the average level of knowledge before and after increased by 23.13%, from 58.22% to 81.35% and p = 0.00. The average attitude also increased from 30.49% to 32.33% with a value of p = 0.001. So the counseling method can significantly increase the knowledge and attitudes of young women about anemia.
Sosialisasi Sistem E-Contraceptive Choice: Sistem Keputusan dalam Memilih Alat Kontrasepsi di PKK Pramesti Pandanwangi Putri Naya Apriliani; Annisa, Annisa; Ekawati, Rany; Kurniawati, Amalia Putri
Lumbung Inovasi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 8 No. 4 (2023): Desember
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LITPAM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/linov.v8i4.1551

Abstract

Upaya pemerintah untuk mencapai tujuan SDGs ketiga dengan menjalankan program Keluarga Berencana dilaksanakan sebagai sarana untuk menekan pertumbuhan penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak (dalam konteks tingginya angka kematian ibu), dan menyediakan akses kepada kontrasepsi bagi Pasangan Usia Subur (PUS) atau Wanita Usia Subur (WUS). Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengurangi permasalahan unmet need KB di Malang yang sangat kompleks dan krusial dengan membuat baru yaitu “E-Contraceptive Choice”.Rancangan metode pelaksanaan menggunakan langkah-langkah action research yaitu diagnosing, planning, action, evaluation, specifying learning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi mitra dalam mengikuti sosialisasi sistem baru untuk memilih alat kontrasepsi cukup baik. Para akseptor ingin mengikuti program pengenalan sistem baru dalam memilih alat KB untuk mengatur jarak kelahiran dan mempertimbangkan kenyamanan serta resiko sehingga memiliki keluarga sejahtera.   Socialization of the E-Contraceptive Choice System: Decision System in Selecting Contraceptives at PKK Pramesti Pandanwangi The government's efforts to achieve the third SDGs goal by implementing the Family Planning program as a means of reducing population growth improving maternal and child health (in the context of high maternal mortality rates), and providing access to contraception for couples of childbearing age (PUS). or Women of Childbearing Age (WUS). This research aims to reduce the very complex and crucial problem of the unmet need for family planning in Malang by creating a new "E-Contraceptive Choice". The implementation method design uses action research steps, namely diagnosing, planning, action, evaluation, and specifying learning. The research results show that partner participation in socializing the new system for choosing contraceptives is quite good. The acceptors want to take part in the program to introduce a new system in choosing birth control methods to regulate birth spacing and consider the comfort and risks of having a prosperous family.  
Pembentukan Kader RANTING (Pemberdayaan Masyarakat Anti Stunting) sebagai Upaya Penanganan Stunting di Desa Pagersari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang Ekawati, Rany; Hanifah, Afrina; Ashamadu, Cantika Salwa; Widyastuti, Eva Uma; Nadira, Silvia Devi; Aziz, Hafif Ahmad Abdul
Lumbung Inovasi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 9 No. 2 (2024): June
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LITPAM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/linov.v9i2.1663

Abstract

Kabupaten Malang menjadi salah satu kabupaten yang memiliki angka prevalensi stunting cukup tinggi dimana pada tahun 2022 yakni berada di angka 23%. Desa Pagersari merupakan salah satu  desa yang terletak di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang yang menjadi penyumbang angka stunting tersebut. Dari pendataan rutin di salah satu posyandu dusun Gombong, tercatat ada 6 dari 32 balita yang mengalami stunting. Tujuan dari adanya  pemberdayaan dengan membentuk Kader RANTING (Pemberdayaan Masyarakat Anti Stunting) adalah menurunkan angka prevalensi stunting dan menjadi desa tanggap stunting. Metode yang digunakan adalah dengan cara pembentukan kader yang beranggotakan masyarakat di Desa Pagersari. Dari pembentukan Kader RANTING ini, akan berfokus dalam penanganan masalah stunting di Desa Pagersari. Hasil didapati bahwa telah dibentuknya tim stunting yang terdiri dari 25 kader posyandu dan 37 kader remaja bertugas untuk mengawasi permasalahan stunting dan menyosialisasikan permasalahan Stunting dan nantinya akan diberikan pelatihan mengenai Stunting hingga perencanaan menu PMT (Pemberian Makanan Tambahan). Pembentukan Kader Ranting terdiri dari beberapa struktur organisasi yang melibatkan stakeholder terkait. Stakeholder yang terlibat antara lain Bidan Desa Pagersari, Perawat Desa Pagersari, Kepala Sekolah, serta guru SMP Negeri 4 Ngantang Satu Atap yang memiliki peran terhadap perkembangan kader kesehatan balita dan remaja di Desa Pagersari. Dengan adanya pembentukan kader ini, masyarakat Desa Pagersari dapat memahami mengenai permasalahan Stunting dan nantinya kedepannya  angka stunting di Desa Pagersari tidak semakin meningkat. Establishment of RANTING (Anti-Stunting Community Empowerment) Cadre as an Effort to Overcome Stunting in Pagersari Village, Ngantang District, Malang Regency Abstract Malang Regency is one of the districts that has a high stunting prevalence rate, which in 2022 will be at 23%. Pagersari Village is one of the villages located in Ngantang Sub-district, Malang Regency which contributes to the stunting rate. From routine data collection at one of the posyandu in Gombong hamlet, it was recorded that 6 out of 32 toddlers were stunted. The purpose of empowerment by forming RANTING (Anti-Stunting Community Empowerment) cadres is to reduce the prevalence of stunting and become a stunting response village. The method used is by forming cadres consisting of community members in Pagersari Village. From the formation of this RANTING Cadre, it will focus on handling stunting problems in Pagersari Village. The results showed that a stunting team consisting of 25 posyandu cadres and 37 youth cadres has been formed to monitor the problem of stunting and socialize the problem of stunting and will later be given training on stunting to planning PMT (Supplementary Feeding) menus. The formation of the Branch Cadre consists of several organizational structures involving related stakeholders. The stakeholders involved include the Pagersari Village Midwife, Pagersari Village Nurse, Principal, and teachers of SMP Negeri 4 Ngantang Satu Atap who have a role in the development of toddler and adolescent health cadres in Pagersari Village. With the formation of this cadre, the people of Pagersari Village can understand the problem of stunting and in the future the stunting rate in Pagersari Village will not increase.
Pemberdayaan RANTING (Masyarakat Anti Stunting) melalui Kader Posyandu dan Remaja di Desa Pagersari Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur Aziz, Hafif Ahmad Abdul; Wuryanti, Syalwa Dida; Saputri, Baiq Fatria Ziza; Ekawati, Rany; Husniyah, Nisrina Nabilah
Lumbung Inovasi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 9 No. 2 (2024): June
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LITPAM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/linov.v9i2.1681

Abstract

Prevalensi stunting di Desa Pagersari masih tergolong tinggi. Hal tersebut dilatarbelakangi kurangnya pengetahuan berbagai aspek elemen masyarakat mengenai pentingnya mencegah stunting guna mempersiapkan generasi emas 2045 mendatang. Pemberdayaan masyarakat ini bertujuan memberdayakan masyarakat dari berbagai elemen usia agar menjadi RANTING (Masyarakat Anti Stunting) sehingga dapat memutus mata rantai stunting kedepannya. Pemberdayaan RANTING menggunakan metode participatory approach dan RKTL. Metode participatory approach yang digunakan yakni pendekatan partisipatif masyarakat dengan cara mengajak secara luas dan bebas elemen masyarakat untuk berkolaborasi dan memecahkan berbagai masalah yang ada mengenai stunting. Sedangkan RKTL tertuang dalam buku rencana kerja keberlanjutan pada kader RANTING. Analisis data yang digunakan dalam pemberdayaan ini adalah analisis kualitatif berdasarkan hasil observasi, pretest, dan posttest yang kemudian data tersebut dilakukan interpretasi dan kesimpulan mengenai pengetahuan akan stunting. Hasil didapati bahwa pemberdayaan ini diikuti oleh 25 kader posyandu dengan latar belakang sebagai ibu rumah tangga, petani, dan peternak dengan membuat menu pemberian makanan tambahan (PMT) serta 38 remaja di SMPN 4 Satu Atap mengenai tumbuh kembang remaja, dan kesehatan reproduksi remaja. Dalam pelaksanaan RANTING, semua elemen masyarakat sangat antusias dalam kegiatan sehingga hal ini menjadi langkah awal masyarakat menyebarkan ilmu mengenai pencegahan stunting. Dengan adanya pemberdayaan ini, dapat disimpulkan program pelatihan dapat menambah wawasan kader terkait pencegahan stunting dan penangananya. Praktek perencanaan menu juga menambah wawasan kader terkait menu sehat dari olahan lokal. Begitu juga dengan proses tanya jawab, elaborasi, dan RKTL mampu untuk keberharapan pada keberlanjutan program. Empowerment of RANTING (Masyarakat Anti Stunting) through Posyandu Cadres and Teenagers in Pagersari Village, Ngantang District, Malang Regency, East Java Abstract: The prevalence of stunting in Pagersari Village is still relatively high. This is motivated by the lack of knowledge of various aspects of the community elements regarding the importance of preventing stunting in order to prepare the next golden generation of 2045. This community empowerment aims to empower people from various age elements to become RANTING (Anti-Stunting Community) so that they can break the chain of stunting in the future. RANTING empowerment uses a participatory approach and RKTL method. The participatory approach method used is a community participatory approach by widely and freely inviting elements of society to collaborate and solve various problems that exist regarding stunting. The data analysis used in this empowerment is qualitative analysis based on the results of observations, pretests, and posttests, then the data is interpreted and conclusions are made about knowledge of stunting. The results showed that this empowerment was attended by 25 posyandu cadres with backgrounds as housewives, farmers, and breeders by making supplementary feeding menus (PMT) and 38 adolescents at SMPN 4 Satu Atap regarding adolescent growth and development, and adolescent reproductive health. In the implementation of RANTING, all elements of the community were very enthusiastic in the activity so that this was the first step for the community to spread knowledge about stunting prevention. Likewise, the process of question and answer, elaboration, and RKTL is able to hope for the sustainability of the program.