Claim Missing Document
Check
Articles

PENGARUH VARIASI UNSUR MAGNESIUM (Mg) PADA ADC 12 MATERIAL PROTOTYPE CHASISS MOBIL MENGGUNAKAN PENGECORAN HPDC TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO Vivi Aisah Fardilah; Athanasius Priharyoto Bayuseno
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 3, No 3 (2015): VOLUME 3, NOMOR 3, JULI 2015
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (940.055 KB)

Abstract

Pada penelitian ini prototype chasiss dibuat dari bahan Aluminium ADC 12 menggunakan HPDC. Bahan prototype chasiss ADC 12 di tambahkan unsur magnesium dengan variasi 3% 4% dan 5%. Kualitas pengecoran dapat di lihat dari sifat fisis dan sifat mekaniknya dengan melakukan karakterisasi material,yaitu : Uji kekeran (Hardness),Uji Tarik (Tensile strengh), densitas (density) , Porositas dan strukutr mikro.Setelah dilakukan pengujian densitas ,porositas,uji kekerasan,uji tarik dan struktur mikro pada prototype Chasiss ADC 12 hasil pengecoran HPDC didapat densitas rata-rata pada variasi mg 0%3% 4% 5% berturut-turut sebesar  2,70 gr/cm³ 2,67 2,62 2,69.Porositas rata-rata pada variasi mg 0% 3% 4% 5% berturut-turut adalah 5,26% 5,32% 6,76% dan 3,93%. Nilai kekerasan rata-rata pada variasi mg 0% 3% 4% 5% berturut-turut adalah  43,39 HRB 48,67 HRB 57,56 HRB 65,41HRB. Hasil Analisa struktur mikro melalui perhitungan Ukuran butir (grain size) rata-rata pada variasi mg 0% 3% 4% 5% adalah 49,60 µm 49,01 47,80,43,76. Grain size berpengaruh pada sifat material karena berhubungan dengan penghambatan pergerakan dislokasi efek dari penambahan magnesium justru  menghambat maka akan menambah tingkat kekerasan.
ANALISIS KOROSI DAN EROSI DI DALAM PIPA PDAM SEMARANG Wahyu Sulistyono; Athanasius Priharyoto Bayuseno
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 2, No 4 (2014): VOLUME 2, NOMOR 4, OKTOBER 2014
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1078.023 KB)

Abstract

Korosi erosi merupakan salah satu kerusakan yang sering terjadi pada sistem perpipaan akibat adanya pergerakan relatif fluida korosif dengan permukaan logam. Kecepatan fluida yang relatif tinggi dan mengandung partikel akan menyebabkan erosi, dan kecepatan fluida yang relatif lambat akan menimbulkan korosi. Hanya pada kecepatan tertentu (kecepatan kritis) korosi erosi dapat terjadi. Laju kerusakan yang diakibatkan oleh sinergi antara korosi dan erosi lebih besar dibandingkan dengan kerusakan oleh korosi saja atau erosi saja. Dalam tugas akhir ini dimaksudkan untuk memahami fenomena korosi erosi secara teoritis yang terjadi pada material pipa PDAM Semarang. Kondisi korosif yang terjadi akibat aliran air minum yang terus mengalir di dalam pipa tersebut. Dari hasil yang diperoleh dari pengujian komposisi menunjukkan material pipa yang digunakan dalam pipa PDAM Semarang mengandung unsur karbon C sebesar 0,0711% maka dapat dikategorikan kedalam besi karbon rendah. Pada pengujian tarik di dapat hasil Untuk pipa korosi mengalami regangan sebesar 4,706% dan mengalami patah pada Fmax sebesar 13 KN sedangkan pada pipa baru mengalami regangan sebesar 5,882% dan mengalani patah pada Fmax sebesar 20 KN. Pada uji struktur mikro didapatkan ukuran butir pada pipa baru sebesar 26,6 μm sedangkan pada pipa korosi sebesar 26,1 μm. Untuk perhitungan laju korosi pada material pipa tersebut selama 1 tahun sebesar 1,681 mpy dan kehilangan berat spesimen pipa sebesar 8,44 gram terjadi akibat korosi yang terjadi pada material baja karbon
ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING AISI C20500 DENGAN VARIASI PEMBEBANAN PADA MEDIA KOROSI AIR Fajar Eka Putrandono; Athanasius Priharyoto Bayuseno
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 2, No 2 (2014): VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2014
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (621.01 KB)

Abstract

Pengujian Stress Corrosion Cracking (SCC) dilakukan untuk mengetahui korosi retak tegang pada logam akibat dari gabungan antara gaya tarik statik dengan lingkungan khusus. SCC terjadi karena adanya tiga kondisi yang saling berkaitan, yaitu adanya tegangan tarik, lingkungan yang korosif, dan sensifitas material. Pada pengujian ini menggunakan spesimen kuningan. Tegangan yang diberikan berupa tegangan tarik yang berasal dari pembebanan statik pada sistem pengungkit dengan variasi pembebanan 20 kg, 25 kg, dan 30 kg. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa kegagalan disebabkan karena pengaruh media korosif. Semakin besar tegangan, maka terjadinya Stress Corrosion Cracking semakin cepat. Kekerasan uji menurun seiring dengan lamanya benda uji terendam dalam media korosif. Jenis retak yang terjadi pada Kuningan adalah retak intergranular.
PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS MATERIAL MODEL CHASSIS BERBASIS Al-Si-Mg HASIL PENGECORAN HIGH PRESSURE DIE CASTING Dedas Agusta; Athanasius Priharyoto Bayuseno
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 3, No 4 (2015): VOLUME 3, NOMOR 4, OKTOBER 2015
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.547 KB)

Abstract

Pada penelitian ini, model chassis dibuat dengan material ADC12 dan penambahan variasi magnesium (Mg) melaui proses HPDC (High Pressure Die Casting). Namun, masih terdapat beberapa kekurangan pada hasil pengecoran, sehingga dilakukan perlakuan panas untuk memperbaiki sifat mekanisnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data nilai porositas, kekerasan, kekuatan tarik, dan struktur mikro sehingga dapat dibandingkan sifat mekanis antara model chassis perlakuan panas dan tanpa perlakuan panas. Dalam penelitian ini, bahan baku ADC12 yang digunakan merupakan produk PT. Pinjaya Logam, Mojokerto. HPDC dilakukan pada tekanan konstan 7 MPa dan variasi (Mg) 0wt%, 3wt%, 4wt%, dan 5wt% dengan temperatur penuangan 750oC. Perlakuan panas yang dilakukan yaitu age hardening dengan solution treatment 540oC selama 60 menit dan artificial aging 150oC selama 4 jam. Uji porositas dilakukan dengan menimbang massa basah dan kering spesimen uji. Uji kekerasan menggunakan metode Rockwell skala B, uji tarik menggunakan Universal Testing Machine, dan uji struktur mikro menggunakan mikroskop optic perbesaran 500X. Hasil uji porositas menunjukkan bahwa nilai porositas rata-rata produk 0% Mg, 3% Mg, 4% Mg, 5% Mg perlakuan panas adalah 5,26%, 5,32%, 6,76%, 3,93%. Nilai kekerasan rata-rata produk 0% Mg, 3% Mg, 4% Mg, 5% Mg perlakuan panas adalah 59,95 HRB, 60,66 HRB, 69,50 HRB, 71,45 HRB. Nilai kekuatan tarik rata-rata produk 0% Mg, 3% Mg, 4% Mg, 5% Mg perlakuan panas berturut-turut adalah 164 MPa, 225,22 MPa, 138,5 MPa, 111,42 MPa. Pada uji struktur mikro didapatkan ukuran butir (grain size) rata-rata produk 0% Mg, 3% Mg, 4% Mg, 5% Mg perlakuan panas sebesar 53,36 µm, 48,47µm, 46,96 µm, 37,88 µm.
ANALISIS KEGAGALAN MATERIAL PIPA FERRULE NICKEL ALLOY N06025 PADA WASTE HEAT BOILER AKIBAT SUHU TINGGI BERDASARKAN PENGUJIAN : MIKROGRAFI DAN KEKERASAN Sanjaya Okky Wijayanto; Athanasius Priharyoto Bayuseno
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 1, No 4 (2013): VOLUME 1, NOMOR 4, OKTOBER 2013
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1017.92 KB)

Abstract

Ferrule pipe with nickel alloy N06025 material based on ASTM B 166-04standart is cromium-nikel alloy. In operation condition  ferrule pipe receives heat from reforming gas with the temperature of 960° C continously, It causes structural alteration on ferrule pipe itself. This paper analyze material failure because of high temperature, based on micrograph and thickness hardness examination. Chemical result on EDX examination shows that the existance of white scale with the composition of Na and O2 as high as 38.76 wt%. and 30.16 wt%, respectively. The result of micrograph examination shows that the description of micro structure on ferrule pipe is highly different than normal micro structure. On failure ferrule pipe material shows original grain structutre has vanished dan replaced by transformation shape sekunder product. The result of hardness vickers shows that ferule pipe speciment has higher hardness vickers number if compared with hardness vickers number on nickel alloy N06025 standart of ASTM. Material failure that appears because of high temperature corrotion due to tempering process and rapid quenching because leaking of water steam from shell tube boiler.
ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING AUSTENITIC STAINLESS STEEL (AISI 304) DENGAN METODE U-BEND PADA MEDIA KOROSIF HCL 1M Chrisman Chrisman; Athanasius Priharyoto Bayuseno
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 2, No 1 (2014): VOLUME 2, NOMOR 1, JANUARI 2014
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (705.766 KB)

Abstract

Stress corrosion cracking merupakan salah satu mekanisme kegagalan dari material stainless steel yang melibatkan tegangan tarik dan dampak dari lingkungan yang korosif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan laju korosi, mengevaluasi ketahanan, serta menganalisa perubahan nilai kekerasan dan struktur mikro pada stainless steel AISI 304 setelah pengujian stress corrosion cracking pada media korosif HCL 1M. Penelitian ini menggunakan variasi dari ketebalan material uji, yaitu 3 mm dan 6 mm dengan waktu pengujian selama 360 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kehilangan berat spesimen 2 dengan tebal 6 mm lebih tinggi dibandingkan spesimen 1 dengan tebal  3 mm setelah dilakukan pengujian SCC yaitu sebesar 23,99 gram dan 4,1 gram. Dari nilai kehilangan berat tersebut berbanding lurus dengan nilai laju korosinya yaitu sebesar 4,57 mm/y pada spesimen 2 dan 1,08 mm/y pada spesimen 1. Pada hasil pengujian kekerasan diketahui bahwa terjadi penurunan nilai kekerasan spesimen setelah dilakukan pengujian SCC dengan media asam klorida 1M, baik pada spesimen 1 maupun spesimen 2. Dari gambar struktur mikro menunjukkan kenaikan grain size setelah pengujian SCC jika dibandingkan dengan grain size pada material awal sebesar 0,759 mm. Pada daerah pengamatan A, B, dan C, spesimen 1 memiliki grain size sebesar 0.930 mm, 0.959 mm, dan 1.052 mm. Sedangkan pada spesimen 2 sebesar 0.923 mm, 0.952 mm, dan 0.992 mm.
PENGARUH PENAMBAHAN UNSUR SILIKON (Si) PADA SHAFT PROPELLER BERBAHAN DASAR Al-Mg-Si Ajeng Fitria Satriani; Athanasius Priharyoto Bayuseno
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 4, No 2 (2016): VOLUME 4, NOMOR 2, APRIL 2016
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (801.991 KB)

Abstract

Aluminium dan paduannya merupakan logam non ferrous yang cukup luas penggunaanya. Shaft propeller merupakan salah satu bagian terpenting dari instalasi penggerak kapal. HPDC (High Pressure Die Casting) merupakan salah satu metode dalam proses pengecoran. Heat treatment dilakukan untuk memperbaiki sifat mekanis dengan proses precipitation hardening . Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data nilai porositas, kekuatan tarik, kekerasan, dan struktur mikro sehingga dapat dibandingkan sifat mekanis antara produk chassis dengan penambahan unsur Magnesium (Mg) dan tanpa penambahan unsur Magnesium (Mg). Dalam penelitian ini, HPDC dilakukan pada tekanan konstan 7 MPa dan variasi penambahan unsur Magnesium (Mg) 0 wt%, 10 wt%, 11wt%, dan 12 wt%. Penambahan unsur magnesium dilakukan melaui proses stirring selama 5 menit dengan kecepatan 65 rpm dengan temperatur penuangan 750oC. Uji porositas dilakukan dengan menggunakan hukum Archimedes yaitu menimbang massa basah dan kering spesimen uji. Uji tarik menggunakan Universal Testing Machine, uji kekerasan menggunakan metode Rockwell dengan skala B, dan uji struktur mikro menggunakan mikroskop optik dengan perbesaran 200X. Hasil pengujian porositas menunjukkan bahwa porositas semakin menurun, pada variasi 0% Mg porositas sebesar 7,85%, pada variasi 11% Mg sebesar 4,96%, dan pada variasi 12% Mg sebesar 3,75%. Kekerasan meningkat seiring dengan penambahan unsur Mg. Hasil pengujian kekerasan menunjukkan bahwa kekerasan meningkat, pada variasi 0% Mg sebesar 62,71 HRB, pada variasi 10% Mg sebesar 70,90 HRB,  pada variasi 11% sebesar 71,95 HRB dan pada variasi 12% Mg sebesar 78,90 HRB. Hal ini terjadi karena solidifikasi terjadi lebih cepat sehingga presipitat tumbuh dengan sempurna yang menyebabkan material memiliki jarak antar butir kristal lebih rapat sehingga sulit terjadi dislokasi pada butir.
PENGARUH PENAMBAHAN UNSUR MAGNESIUM (Mg) TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS MATERIAL CHASSIS BERBAHAN DASAR LIMBAH ALUMINIUM HASIL PENGECORAN HPDC Sardianto Sardianto; Athanasius Priharyoto Bayuseno
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 3, No 3 (2015): VOLUME 3, NOMOR 3, JULI 2015
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (678.925 KB)

Abstract

Chassis adalah rangka yang berfungsi sebagai penopang berat kendaraan, mesin serta penumpang. Chassis dibuat dengan material aluminium limbah melalui proses pengecoran. HPDC (High Pressure Die Casting) merupakan salah satu metode dalam proses pengecoran yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan metode pengecoran yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data nilai porositas, kekuatan tarik, kekerasan, dan struktur mikro produk chassis. Dalam penelitian ini, HPDC dilakukan pada tekanan konstan 7 MPa dan variasi penambahan unsur magnesium (Mg) 0 wt%, 2 wt%, dan 3 wt%. Uji porositas dilakukan dengan menggunakan hukum Archimedes yaitu menimbang massa basah dan kering spesimen uji. Uji tarik menggunakan Universal Testing Machine, uji kekerasan menggunakan metode Rockwell dengan skala B, dan uji struktur mikro menggunakan mikroskop optik dengan perbesaran 200X. Hasil pengujian porositas menunjukkan bahwa porositas semakin menurun, pada variasi 0% Mg porositas sebesar 7,85%, pada variasi 2% Mg sebesar 3,77%, dan pada variasi 3% Mg sebesar 2,07%.. Hasil pengujian kekerasan menunjukkan bahwa kekerasan meningkat, pada variasi 0% Mg sebesar 62,71 HRB, pada variasi 2% Mg sbesar 65,33 HRB, dan pada variasi 3% Mg sebesar 67,14 HRB. Hal ini terjadi karena solidifikasi terjadi lebih cepat sehingga presipitat tumbuh dengan sempurna yang menyebabkan material memiliki jarak antar butir kristal lebih rapat sehingga sulit terjadi dislokasi pada butir. Presipitat yang terbentuk adalah Magnesium Silikat (Mg2Si). Hasil struktur mikro menunjukkan adanya unsur AlSi dan presipitat Mg2Si serta terlihat adanya porositas pada produk chassis
ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING LOGAM KUNINGAN DENGAN METODE U-BEND PADA MEDIA KOROSI SODIUM NITRAT 1M DAN MATTSSON PH=7,2 Pratama Yudha Nugraha; Athanasius Priharyoto Bayuseno
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 2, No 1 (2014): VOLUME 2, NOMOR 1, JANUARI 2014
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (723.309 KB)

Abstract

Stress corrosion cracking (SCC) adalah korosi yang disebakan karena adanya aktivitas kombinasi antara tegangan tarik dan lingkungan, yang menyebabkan terjadinya perambatan retak. Stress corrosion cracking (SCC) sangat berbahaya karena sulit diprediksi kapan terjadinya, seringkali juga tidak bergantung pada laju korosinya. Masalah SCC masih menjadi kendala yang besar walaupun sudah banyak penelitian yang intensif telah dilakukan. Penelitian ini dilakukan pada logam kuningan dengan metode U-Bend, dengan menggunakan variasi media korosi sodium nitrat 1M dan Mattsson pH=7,2. Adapun parameter-parameter yang digunakan di dalam penelitian ini adalah pengurangan berat spesimen, nilai kekerasan dan struktur mikro. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa material setelah mengalami fenomena SCC mengalami penurunan sifat mekanis, ini terlihat dari penurunan nilai kekerasan dan pembesaran ukuran butir (grain size) pada spesimen uji. Sedangkan dari perbandingan variasi media korosi, didapatkan bahwa laju korosi dengan media sodium nitrat lebih besar dibanding laju korosi dengan larutan Mattsson pH=7,2.
PENGARUH PENAMBAHAN UNSUR TIMAH (Sn) TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA MATERIAL BEARING BERBAHAN DASAR ALUMINIUM (Al) HASIL PENGECORAN HPDC Primayoga Hogantara Sowiyk; Athanasius Priharyoto Bayuseno
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 4, No 3 (2016): VOLUME 4, NOMOR 3, JULI 2016
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (771.43 KB)

Abstract

Material paduan banyak sekali aplikasinya dalam dunia otomotif yang mana tidak kalah dengan material komposit karena memiliki kemampuan yang baik. Meskipun tidak mengalami kesusahan dalam pengecorannya, namun hal penting seperti kerataan dari unsur penambah yang dimasukkan tetap perlu diperhatikan. Pada, penelitian ini, pembuatan AlSi-Sn merupakan material logam sebagai paduannya dengan material A356 sebagai bahan utamanya. Pembuatan material paduan ini menggunakan proses stir casting kemudian dicetak dengan metode HPDC (High Pressure Die Casting) dengan variasi persentase ( 0%, 4%, 6%, dan 15%). Aluminium memiliki sifar yang ringanm ketahanan korosi yang sangat baik, dan memiliki castability yang baik pula. Nilai kekerasan yang tidak terlalu tinggi dan tidak getas, membuat material ini sangat cocok untuk aplikasi bearing. Untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis dari material paduan tersebut, dilakukan pengujian densitas dan porositas, pengujian nilai kekerasan, pengujian tekan, pengujian struktur mikro, dan pengujian nilai keausan material. Berdasarkan pengujian yang dilakukan diketahui bahwa penambahan variasi berat Sn memberikan dampak meningkatnya nilai porositas dari material paduan tersebut. Nilai densitas dari yang turun menyebabkan material itu semakin ringan, pada variasi penambahan Sn 6% sebesar 1,528 gr/cm3. Kemudian dari perhitungan nilai porositas dapat dilihat bahwa nilai porositas tertinggi pada variasi berat Sn 15% sebesar 0,561. Hasil dari pengujian kekerasan menunjukan nilai kekerasan tertinggi dimiliki penambahan Sn 0% atau tanpa penambahan sebesar 63,31 HRF. Analisis struktur mikro menunjukan distribusi paduan Sn dalam material aluminium. Hasil dari pengujian keausan material nilai tertinggi dimiliki variasi Sn 15% sebesar 0,00063 mm2/kg
Co-Authors Ade Ramos Ferdinand Agus Tri Prasetyo Ahmad, Zakki Kurniawan Ajeng Fitria Satriani Akhlis Rahman Nurhidayat Akhmad Ibrahim Jayeng Kelana, Akhmad Ibrahim Jayeng Alif Nugroho Ardhi Sudradjat Ardia Wanandi Suwarno Arkawira Nul Salam Bakti Sofyarto Basmal Basmal Chrisman Chrisman Cionita, Tezara Dedas Agusta Dedas Agusta, Dedas Dewi Handayani Dinulloh, Muhammad Rafli Wiratama Erizal Andi Setyarso Fajar Eka Putrandono Fardinansyah, Akmal Putra Farid Abdul Rahman Fitriyana, Deni Fajar Gilang Ramadhan Gunawan Dwi Hariyadi Hasnil, Nabiilah Hisyam Ma’mun I. Istadi Ilham Fajar Bagaskara Istiqomah, Alfiana Fitri J Jamari J. Jamari Juwantono Juwantono Kusumaning R. Putri Lamura, M. Danny Pratama Mohamad Izzur Maula Muhamad Bilal Muhammad Hafizh Mubarak Muhammad Usamah Muji Setiyo Munadi Munadi Nasrudin Arif Chamdani Negoro, Dipo Adi Nursafitri, Murti Ayu Pandhu Madyantoro Ardi Pratama Yudha Nugraha Prawibowo, Hartanto Primayoga Hogantara Sowiyk Putra, Mileno Marandria Rafli, Muhammad Reswara, Ghani Widyatna Rifky Ismail Rilo Berdin Taqriban Rohmatullah, Muhammad S. Muryanto S. Muryanto S. Muryanto S. Muryanto S. Muryanto S. Nugroho S. wilastri Sanjaya Okky Wijayanto Sardianto Sardianto Seon Jin Kim Siregar, Januar Parlaungan Sofyan Abdillah Sri Nugroho Sugiyarta Sugiyarta Sulistyo Sulistyo Sumar Hadi Suryo Susilo Adi Widyanto Sutrisno Sutrisno Syaiful . Syaiful Anwar Tavan Faiz Dhiahaqi Titis Septianna Sari Toi’in Toi’in Tri Indah Winarni Tri Joko Sampurno Vivi Aisah Fardilah Wahyu Hidayat Wahyu Sulistyono Wicaksono, Hasyid Ahmad Wijayanto, Juli Eri Yusuf Umardhani