Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS METHOTREXATE DENGAN PENGGANTI METHOTREXATE PADA PASIEN RHEUMATOID ARTHRITIS ( Studi Pada Pasien Rawat Jalan di RSUD Ulin Banjarmasin) Arlina Fauziah; Abdul Rahem; Anita Purnamayanti
CALYPTRA Vol. 7 No. 2 (2019): Calyptra : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya (Maret)
Publisher : Perpustakaan Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background :The occurrence of Methotrexate drug shortage at Ulin Banjarmasin Regional Hospital caused a change of Rheumatoid Arthriris (RA) therapy in outpatients, which was originally used Methotrexate turned into using Leflunomide (Arava) and later on Azatioprine (Imuran). It was necessary to analyze the efficacy between Methotrexate with Methotrexate replacement therapy. Method : Design of the study was anobservational research with retrospective retrieval data.Data analysis using One Way Anova and paired t test. The efficacy of patient therapy RA analyzed from the Disease Activity Score 28 (DAS28) and efficacy persentage. Result :The results of One Way Anova analysis showed no significant difference between all treatment groups (P> 0.05). From a Post Hoc LSD test it was found that there were significant differences between the initial DAS28Methotrexate with the final DAS28Imuran (P = 0.0034), and between the final DAS28 Arava with the final DAS28 Imuran (P = 0.049). And in the Paired t test there were significant on mean differences between the initial and final DAS28Methotrexate, the initial and final DAS28Arava, and the initial and final DAS28Imuran. Conclusion : There was a difference in the efficacy of Methotrexate with Arava and Imuran with Arava but there was no differences in the efficacy of Methorexate with Imuran in outpatient RA patients in RSUD Ulin Banjarmasin
Profil Pengetahuan Vitamin untuk Pencegahan COVID-19 pada Pekerja Industri di Kota Cilegon Salsabila Salsabila; Liza Pristianty; Abdul Rahem; Yuni Priyandani
Majalah Farmasetika Vol. 6, Supl. 1, Tahun 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v6i0.36789

Abstract

Banyaknya industri di Kota Cilegon yang tetap beroperasi saat pandemi corona virus disease 2019 (COVID-19) membuat pekerja industri harus tetap pergi bekerja sehingga berpotensi tertular. Usaha pencegahan infeksi COVID-19 dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan dan peningkatan sistem imun. Peningkatan penjualan vitamin B, C, D, dan E hingga tiga kali lipat selama pandemi menandakan bahwa masyarakat berusaha berperilaku untuk meningkatkan sistem imun. Pengetahuan merupakan tahap awal seseorang dalam menerima stimulus baru yang akan menentukan sikap dan tindakan dalam berperilaku. Penelitian ini bertujuan mengetahui profil pengetahuan tentang vitamin sebagai peningkat sistem imun untuk pencegahan COVID-19 pada pekerja industri di Kota Cilegon. Desain penelitian merupakan observasional secara cross sectional dengan teknik accidental sampling dan snowball sampling. Penelitian ini mendapatkan keterangan layak etik dari Komisi Etik Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Penelitian dilakukan pada 100 responden pekerja industri pada bulan Mei sampai Juni 2021 di Kota Cilegon. Responden diberikan instrumen kuesioner secara daring (online) dengan Google Form. Instrumen kuesioner terdiri tiga indikator yaitu pengetahuan tentang COVID-19, pengetahuan tentang sistem imun, dan pengetahuan tentang vitamin sebagai peningkat sistem imun untuk pencegahan COVID-19. Analisis data dilakukan dengan Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 25. Analisis data menunjukkan 1% responden memiliki pengetahuan rendah, 32% responden berpengetahuan sedang, dan 67% responden berpengetahuan tinggi. Pengetahuan pekerja industri di Kota Cilegon tentang vitamin sebagai peningkat sistem imun untuk pencegahan COVID-19 menunjukkan hasil pengetahuan tinggi.
Perbandingan Keberhasilan Terapi Antivirus Favipiravir dan Remdesivir pada Pasien Covid-19 di RSUD dr. Doris Sylvanus Rhatna Dewi Riptasari; Abdul Rahem; Anita Purnamayanti
Jurnal Surya Medika (JSM) Vol 8 No 1 (2022): Jurnal Surya Medika (JSM)
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/jsm.v8i1.3453

Abstract

All drugs used for COVID-19 therapy are circulated under a particular scheme, namely the Emergency Use Authorization (EUA) from the Food and Drug Administration. Considering that this COVID-19 is a new case, the high mortality rate, and the lack of research related to COVID-19 drug therapy in Central Kalimantan, a study was conducted to compare the success of COVID-19 treatment in severe patients using remdesivir and favipiravir antivirals with clinical evidence parameters. Number Needed To Treat (NNT) at the COVID-19 referral service at RSUD dr. According to inclusion, Doris Sylvanus in 140 study subjects was divided into 70 topics, each using favipiravir and remdesivir. The results of the study in the remdesivir group showed that 36 (51.43%) subjects recovered and 34 (48.57%) died, while in the favipiravir group, 48 (68.67%) recovered and 22 (31.43%) died. Calculation of the NNT parameter values for remdesivir was obtained with six results, indicating that it takes six COVID-19 patients to be treated with remdesivir to produce therapeutic success, at least one patient recovers. The ideal NNT value is number 1; the smaller the NNT value is close to 1, the more effective it is to produce the expected recovery or positive impact. On the other hand, the higher the NNT value, the lower the effectiveness.
Pengaruh Patient Decision Aid terhadap Tingkat Pengetahuan, Sikap, Tindakan dan Hasil Klinis Pengobatan Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 I Gede M. Suradnyana; Abdul Rahem; Lisa Aditama
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.548 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2018.7.2.89

Abstract

Diabetes melitus (DM) termasuk ke dalam empat besar penyakit kronis yang prevalensinya terus meningkat di seluruh dunia. Jumlah penderita DM di Indonesia pada tahun 2015 adalah sepuluh juta dan diperkirakan akan terus meningkat. Masalah yang dihadapi Indonesia dalam penanganan DM adalah kontrol gula darah yang buruk, tingkat pengetahuan pasien yang rendah tentang pengelolaan penyakit dan terapi, serta sangat sedikitnya puskesmas yang memiliki apoteker. Patient decision aid (PDA) secara substansial dan signifikan mampu meningkatkan pengetahuan pasien. PDA dirancang berdasarkan konstruk health belief model (HBM) dengan target peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan berkaitan manajemen DM tipe 2 (DMT2). Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh PDA terhadap tingkat pengetahuan, sikap, tindakan dan hasil klinis pengobatan. Penelitian ini bersifat pra-eksperimental satu kelompok dengan desain intervensi pretest-posttest yang melibatkan 28 penderita DMT2 berumur 21-65 tahun dan merupakan peserta BPJS Kesehatan yang berobat di Puskesmas I Denpasar Utara, serta belum pernah dirujuk ke fasilitas kesehatan lanjut. Subjek diberikan PDA sebagai intervensi dan hasil utama yang diukur adalah perubahan pengetahuan, sikap, tindakan dan kadar gula darah puasa. Penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan, serta penurunan kadar gula darah puasa subjek antara sebelum dan sesudah diberikan PDA. Pemberian PDA menyebabkan peningkatan signifikan (p<0,05) tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan, serta penurunan signifikan kadar gula darah puasa.Kata kunci: Diabetes melitus tipe 2, kadar gula darah puasa, patient decision aid (PDA), pengetahuan, sikap, tindakanEffect of Patient Decision Aid on Level of Knowledge, Attitude, Practice and Clinical Outcome of Type 2 Diabetes Mellitus PatientsAbstractDiabetes mellitus (DM) is one of four major chronic diseases which prevalence continued to increase worldwide. The number of diabetes mellitus patients in Indonesia in 2015 were ten million and expected to increase. Several problems faced by Indonesia in handling DM were bad blood sugar control, low patient’s knowledge level about disease management and its therapy, and there are few primary health care that have pharmacist. Patient decision aid (PDA) was substantially and significantly able to increase patient’s knowledge. PDA was designed based on the construct of health belief model (HBM) with the target to increase knowledge, attitude, and action related with management of type 2 DM (T2DM). The main purpose of this research was to determine the effect of PDA to knowledge level, attitude, action, and clinical outcome treatment. This research used pre-experimental one group pretest-posttest design that involved 28 DMT2 patients aged 21-65 years old, were participants of Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) who got treatment at Puskesmas I Denpasar Utara and had never been referred to a further health care facility. The subjects were given PDA as intervention and main results measured were change of knowledge, attitude, action and fasting blood sugar level. Result of this research showed an increase in knowledge level, attitude, and action of the subjects, as well as decrease in subjects’ fasting blood sugar between before and after they had been given the PDA. Giving PDA caused a significant increase (p<0,05) in level of knowledge, attitude, and action, and significant decrease of fasting blood sugar.Keywords: Attitude, fasting blood sugar levels, knowledge, patient decision aid (PDA), practice, type 2 diabetes mellitus
The Impacts of Lifestyle Modification Education towards Cardiovascular Risk Profile Fonny Cokro; Abdul Rahem; Lisa Aditama; Franciscus C. Kristianto
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 7, No 3 (2018)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.175 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2018.7.3.154

Abstract

Obesity is one of the risk factors of cardiovascular disease. The prevalence of obesity in Indonesia has increased in the last few years, therefore some efforts to reduce the risk is needed. In the current study, efforts are given through 3-week lifestyle modification education, with 3-month total of follow-up (from March to June 2014) and then the impacts on cardiovascular risk profile were observed and seen on 24 sedentary male workers in University of Surabaya with obese II. This study used before-after study design in order to see the impacts of the 3-week lifestyle modification education towards change of knowledge, dietary behavior, body mass index (BMI), waist circumference, and cardiovascular risk profile through various educational methods (face-to-face session, given recorder of face-to-face session, and combination of both methods). Statistical analysis was performed using Wilcoxon signed test. Result showed an increasing knowledge in face-to-face group (p=0.046). However, there were no significant changes in other variables (dietary behavior based on healthy diet indicator (HDI), BMI, waist circumference, and also cardiovascular risk profile) in all groups between before and after education intervention (p>0.05). In conclusion, lifestyle modification education given for 3 weeks did not reduce the cardiovascular risk profile on sedentary male workers with obese II. Longer term intervention and multicomponent program including behavior therapy may be needed to succeed lifestyle changes and reduce cardiovascular risk.Keywords: Behaviour, cardiovascular risk, education, knowledge, lifestyle modification Pengaruh Edukasi Gaya Hidup terhadap Perubahan Risiko Penyakit KardiovaskularAbstrakObesitas merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular. Prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan beberapa tahun terakhir, sehingga diperlukan upaya untuk menguranginya. Pada penelitian ini, upaya dilakukan melalui pemberian edukasi gaya hidup yang dilakukan selama 3 minggu, dengan total follow-up sampai dengan 3 bulan dari bulan Maret hingga Juni 2014, kemudian dilihat dan diamati ada atau tidaknya penurunan risiko penyakit kardiovaskular pada 24 orang karyawan pria obese II di Universitas Surabaya. Penelitian ini memiliki rancangan before-after study design untuk menguji pengaruh edukasi gaya hidup yang diberikan selama 3 minggu terhadap variabel pengetahuan, perubahan perilaku, body mass index (BMI), lingkar perut, dan risiko penyakit kardiovaskular melalui berbagai metode pemberian edukasi (tatap muka, rekaman/recorder, dan kombinasi). Analisis dengan Wilcoxon signed test menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan hanya pada subgrup tatap muka (p=0,046). Tidak terdapat perubahan yang signifikan terhadap variabel lainnya (perubahan perilaku berdasarkan healthy diet indicator (HDI), BMI dan lingkar perut, serta risiko penyakit kardiovaskular) pada semua subgrup antara sebelum dan sesudah edukasi (p>0,05). Edukasi gaya hidup yang diberikan selama tiga minggu tidak memberikan penurunan risiko penyakit kardiovaskular pada karyawan pria obese II. Dibutuhkan intervensi jangka panjang dan program multikomponen yang memuat terapi perilaku untuk menyukseskan perubahan perilaku dan menurunkan risiko kardiovaskular.Kata kunci: Edukasi, gaya hidup, pengetahuan, perilaku, risiko kardiovaskular
Rekomendasi Apoteker Komunitas Saat Menghadapi Permintaan Swamedikasi Diare yang Disertai Darah: Sebuah Survei di Wilayah Perkotaan Indonesia Yustina Octafelia; Abdul Rahem; Adji P. Setiadi; Yosi I. Wibowo; Cecilia Brata; Eko Setiawan; Steven V. Halim
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 10, No 4 (2021)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15416/ijcp.2021.10.4.289

Abstract

Diare merupakan salah satu penyakit ringan yang banyak dijumpai di komunitas. Apoteker perlu memiliki kemampuan untuk memilah kasus diare yang dapat ditangani dengan obat bebas atau yang membutuhkan rujukan segera ke dokter, seperti kasus diare dengan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan rekomendasi yang diberikan oleh apoteker saat menghadapi permintaan swamedikasi pada diare yang disertai darah pada pasien dewasa. Penelitian potong-lintang ini dilakukan pada bulan Oktober–Desember 2019 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 2 bagian, yaitu: karakteristik responden dan kasus terkait diare akut disertai darah pada pasien dewasa yang baru dikembangkan. Kuesioner yang digunakan telah divalidasi rupa dan konten oleh ahli farmasi klinis, kesehatan masyarakat, dan praktisi farmasi. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif. Total terdapat 84 apoteker yang terlibat dalam penelitian ini (response rate 38,71%). Mayoritas apoteker berjenis kelamin wanita (89,29%) dan berusia 24–34 tahun (59,52%). Rujukan kepada dokter merupakan jenis rekomendasi yang paling banyak diberikan, namun hanya 23 dari antaranya (34,52%) yang merekomendasikan rujukan ke dokter segera, yang merupakan rekomendasi paling tepat pada kasus dalam penelitian ini. Beberapa apoteker merekomendasikan antibiotik, yakni: metronidasol atau kotrimoksasol atau tiamfenikol. Sebagian besar apoteker dalam penelitian ini belum memberikan rekomendasi yang tepat pada kasus diare disertai darah. Penelitian lanjut perlu dilakukan untuk memetakan kebutuhan apoteker agar dapat mengoptimalkan proses pemberian rekomendasi terkait kasus ringan di komunitas, khususnya pemberian rujukan ke dokter.   Kata kunci: Apoteker komunitas, Indonesia, pemberian rekomendasi, survei berbasis kasus Community Pharmacists’ Recommendations in Handling a Self-Medication Request for Bloody Diarrhea: A Survey in an Indonesian Urban SettingAbstractDiarrhea is one of the medical problems frequently found in the community. Pharmacists should determine the conditions treatable with over-the-counter medications and those that need urgent referral to a doctor, such as bloody diarrhea. Therefore, this study aimed to determine the appropriateness of the pharmacists' recommendations when responding to self-medication requests in the case of adult bloody diarrhea. This cross-sectional study was conducted from October to December 2019 using a questionnaire consisting of participants' characteristics and newly developed acute bloody diarrhea scenarios in adults. The quality and content of the questionnaire was validated by the experts in clinical pharmacy, public health, and pharmacists. The data obtained from 84 pharmacists with the response rate of 38.71% were analyzed descriptively. About 89.29 % of the pharmacists were female between 24 to 34 years. Referral to a doctor was the most suitable recommendation; however, only 23 pharmacists (34.52%) recommended this method. Some recommended antibiotics, such as metronidazole, cotrimoxazole, or thiamphenicol. Most pharmacists have not provided appropriate recommendations for a scenario related to bloody diarrhea in adults. Therefore, further research should be conducted to identify the required variables by the community pharmacists to make an appropriate recommendation as a response towards minor ailments in the community, especially medical referrals.    Keywords: Community pharmacists, Indonesia, advice-giving, case-based survey
HUBUNGAN USIA DENGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENGGUNAAN SUPLEMEN PADA MAHASISWA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER I Nengah B. S.; Ahmad F. A; Chrysella R.; Devi Ayu S.; Farah K; Fitria Fitria; Happy N. E. S.; Hieronimus A. N. U.; Safiinatunnajah N; Wahyu A. D.; Yunita A; Abdul Rahem
Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 7 No. 1 (2020): Jurnal Farmasi Komunitas
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.602 KB) | DOI: 10.20473/jfk.v7i1.21657

Abstract

Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan peningkatan penggunaan suplemen makanan. Suplemen pada dasarnya dikonsumsi untuk melengkapi nutrisi, bukan untuk menggantikannya. Usia diketahui memiliki pengaruh pada pengetahuan dan perilaku konsumsi suplemen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia dengan pengetahuan dan perilaku penggunaan suplemen pada mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 11 September 2019 dengan menggunakan accidental non random sampling untuk 161 responden yang dianalisis menggunakan uji chi-square. Responden dikategorikan menjadi 3 kelompok berdasarkan usia yaitu kurang dari 19 tahun, 19-21 tahun dan diatas 21 tahun. Berdasarkan penelitian ini didapatkan responden terbanyak terdapat pada rentang usia 19-21 (67,7%), diikuti dengan usia kurang dari 19 tahun (28,0%) dan usia diatas 21 tahun (4,3%). Vitamin C (46,58%) merupakan suplemen yang paling banyak dikonsumsi, sebagian besar responden tidak dapat menjelaskan cara mendapatkan suplemen yang asli (37,27%), responden paling banyak membeli suplemen di apotek (42,24%), dan sebanyak 49,07% responden merasakan efek lebih bugar dan sehat setelah mengonsumsi suplemen. Berdasarkan analisis data, didapatkan hasil bahwa perbedaan usia tidak memengaruhi tingkat pengetahuan dan ketepatan perilaku responden terhadap penggunaan suplemen.  
PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP PENGETAHUAN KELUARGA TERKAIT DAGUSIBU ANTIBIOTIK DI DAERAH SURABAYA DAN SIDOARJO Sarah Mahmudatun Nabila; Ifa Shintia Irianti; Salsabila Salsabila; Aufa Hamidah; Fina Rahmawati; Mohamad Khoirul Faizin; Muhamad Ninjar; Iva Ladzdzah Malikhah; Steffi Ordelia Valentina; Devi Nur Zafirah; Metha Beriana; Andre Alwi Azhari; Abdul Rahem
Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 8 No. 2 (2021): JURNAL FARMASI KOMUNITAS
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.603 KB) | DOI: 10.20473/jfk.v8i2.24125

Abstract

Antibiotik merupakan golongan obat yang digunakan untuk mengobati pasien yang mengalami infeksi bakteri. Antibiotik harus digunakan secara rasional, tepat, dan aman. Obat antibiotik seharusnya diperoleh dengan resep dokter. Namun masyarakat banyak yang memperolehnya tanpa menggunakan resep dokter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi terkait Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang (DaGuSiBu) antibiotik di daerah Surabaya dan Sidoarjo. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik non probabilitas yaitu dengan purposive sampling menggunakan kuesioner google form. Kuesioner ini berisi 19 pertanyaan dengan skor maksimal 19. Dari 178 responden, dengan 95 kelompok kontrol dan 85 kelompok perlakuan didapatkan hasil pada uji Mann-Whitney nilai p value sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hal ini membuktikan bahwa pemberian edukasi terkait Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang (DaGuSiBu) antibiotik memberikan pengaruh terhadap pengetahuan responden.
Perbandingan Efektivitas Methotrexate pada Pasien Rheumatoid Arthritis (Studi pada Pasien Rawat Jalan di RSUD Ulin Banjarmasin) Arlina Fauziah; Abdul Rahem; Anita Purnamayanti
MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana) Vol. 1 No. 4 (2017): DECEMBER
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.435 KB) | DOI: 10.24123/mpi.v1i4.889

Abstract

Pasien rawat jalan di Poli Sub Spesialis Rheumatoid Rumah Sakit Daerah Ulin Banjarmasindalam perjalanan terapi RA mengalami perubahan terapi, yang semula menggunakan methotrexate berubahmenjadi menggunakan leflunomide (arava) dan kemudian menjadi azatioprin (imuran) dikarenakan terjadikekosongan obat RA. Adanya perubahan terapi RA menyebabkan perlu dilakukannya perbandinganefektivitas antara methotrexate dengan pengganti methotrexate. Rancangan penelitian yang digunakanadalah observasional dengan pengambilan data retrospektif. Analisis data dilakukan dengan menggunakanOne Way Anova dan Paired t-test. Efektivitas terapi pasien RA didasarkan pada aktivitas penyakit, skorDisease Activity Score 28 (DAS28) dan persentase efektivitas. Hasil analisis dengan One Way Anova menunjukkantidak terdapat perbedaan yang signifikan antara semua kelompok terapi (P = 0,084, P > 0,05).Berdasarkan uji Post Hoc LSD diketahui terdapat perbedaan yang signifikan antara DAS28 methotrexateawal dengan DAS28 imuran akhir (P = 0,0034, P < 0,05) dan antara DAS28 arava akhir dengan DAS28 imuranakhir (P = 0,049, P < 0,05). Pada uji Paired t-test terdapat perubahan nilai DAS28 yang signifikan antaramethotrexate awal dan akhir, DAS28 arava awal dan akhir serta DAS28 imuran awal dan akhir.Terdapatperbedaan efektivitas methotrexate dengan arava dan imuran dengan arava namun tidak ada perbedaanefektivitas methorexate dengan imuran pada pasien RA rawat jalan di RSUD Ulin Banjarmasin.
Profil Pengelolaan dan Ketersediaan Obat Anti Diabetes Oral di Puskesmas Abdul Rahem
JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol. 4 No. 2 (2017): Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.101 KB) | DOI: 10.20473/jfiki.v4i22017.74-79

Abstract

Pendahuluan: Ketersediaan obat di puskesmas merupakan aspek yang sangat penting dalam menjamin kerasionalan penggunaan obat oleh pasien, dan membangun kepercayaan masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. Pengelolaan obat di puskesmas haruslah baik dan benar, karena pengelolaan yang baik dan benar akan menjamin ketersediaan obat sesuai dengan kebutuhan puskesmas. Tujuan: Untuk mengetahui profil pengelolaan dan ketersediaan obat antidiabetes oral pada Puskesmas di Kabupaten Pamekasan. Metode: Desain penelitian deskriptif observasional, metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen. Penelitian ini dilakukan pada 11 puskesmas di Kabupaten Pamekasan. Hasil: Semua puskesmas melakukan perencanaan pada awal tahun dengan menggunakan pola konsumsi sebagai pertimbangan menentukan jenis dan jumlah kebutuhan obatnya. Pengadaan kepada Dinas Kesehatan dilakukan pada saat obat akan habis atau sesuai kebutuhan.  Penyimpanan obat di puskesmas 72,72 % tidak sesuai dengan standar yang berlaku, ketersediaan obat antidiabetes oral dengan kategori aman hanya 23,3%. Kesimpulan: Pengelolaan obat pada 11 puskesmas di Kabupaten Pamekasan belum sesuai dengan standar, dan ketersediaan obat dengan kategori aman hanya 23,3%.