Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Studi Biodiversitas Fungi Tanah Pada Lahan Gambut Tidak Terbakar Dan Setelah Kebakaran Di Desa Rasau Jaya Umum Kabupaten Kuburaya Nurdiansyah, Nurdiansyah; Chandra, Tino Orciny; Umran, Ismahan
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 2, No 3: Desember 2013
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Untuk mempercepat tersedianya unsur hara dalam budidaya tanaman, masyarakat pada umumnya melakukan sistem tebas bakar. Lahan yang dibakar itu selain areal pertanian, juga berada di kawasan perkebunan, dan sangat berdampak terhadap berbagai gatra kehidupan. Pemulihan tanaman hutan setelah kebakaran akan memakan waktu lama, dan akan sering terhambat bila kebakaran terulang. Kerusakan ekosistem akibat kebakaran berpeluang melenyapkan aneka jenis makro dan mikro organisme tanah, khususnya yang tidak mampu menghadapi perubahan keadaan huniannya serta berbagai jenis organisme tanah yang berpotensi dalam kesuburan tanah. Selain itu mikroorganisme tanah yang banyak berasosiasi dengan tanaman yang hilang akibat kebakaran juga akan ikut hilang, sehingga keanekaragaman dari jenis mikroorganisme juga dapat berpotensi semakin berkurang. Mengingat pentingnya peran mikroorganisme tanah khususnya fungi, dalam proses dekomposisi bahan organik pada tanah gambut dan masih relatif terbatasnya informasi mengenai jenis fungi pada tanah gambut, perlu mempelajari biodiversitas fungi tanah gambut dalam rangka mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah Untuk mempelajari biodiversitas fungi yang terdapat pada lahan gambut yang tidak terbakar dan setelah kebakaran, mengetahui fungi pada tingkat kedalaman gambut pada pada lahan gambut yang tidak terbakar dan setelah kebakaran dan mengetahui hubungan antara biodiversitas fungi dengan faktor fisik dan kimia tanah pada lahan gambut yang tidak terbakar dan setelah kebakaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sehabis kebakaran kegiatan dan jumlah mikroorganisme tanah meningkat yang di tunjukkan pada tanah gambut tidak terbakar, fungi yang teridentifikasi sebanyak lima jenis yaitu Aspergillus niger, Penicillium, Phytopthora, Thielaviopsis dan Thrichoderma harzianum sedangkan pada tanah gambut setelah kebakaran fungi yang teridentifikasi sebanyak Sembilan jenis yaitu Acremonium, Aspergillus niger, Candida, Curvularia, Penicillium, Phytium, Phytoptora, Thielaviopsis dan Thrichoderma harzianum. Hal ini tidak lepas dari beberapa faktor lingkungan tanah gambut seperti kedalaman muka air tanah, tingkat kematangan tanah gambut, suhu tanah gambut, kadar air tanah gambut, bobot isi tanah gambut dan pH tanah gambut pada lahan yang tidak terbakar ataupun yang telah mengalami kebakaran.
Studi Sifat Fisika Tanah Sawah Tadah Hujan Tanpa Olah Tanah di Desa Tempurukan Kecamatan Muara Pawan Kabupaten Ketapang pilhan, pilhan; chandra, tino orciny; junaidi, junaidi
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 5, No 2 (2016): Agustus 2016
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sifat fisika tanah pada tingkatan umur pencetakan sawah tadah hujan di Desa Tempurukan kecamatan Muara Pawan Kabupaten Ketapang. Penelitian dilakukan pada bulan januari hingga maret 2016, Penelitian ini menggunakan metode survei lapangan yaitu dengan melakukan pangamatan dan pengambilan sampel tanah pada lahan tadah hujan dengan vegetasi tanaman Padi pada 3 lokasi yang berbeda umur pengelolaannya, yaitu dengan umur lokasi A (12 tahun), lokasi B (25 tahun), dan lokasi C (37 tahun). Variabel pengamatan meliputi : sifat fisika tanah (tekstur, kemantapan agregat, bobot isi, porositas dan kadar air kapasitas lapangan), kemudian variabel pendukung (pH, C-organik, N-total dan C/N ratio). Hasil penelitian menunjukan tekstur tanah secara umum didominasi oleh fraksi liat dan tergolong kedalam kelas tekstur yaitu liat berdebu, kemantapan agregat berbeda pada kedalaman 0-20 cm, sedangkan kedalaman 20-40 cm nilainya semua 100% agregat, bobot isi  cenderung meningkat seiring bertambahnya umur pencetakan sawah, uji ortogonal kontras menunjukan berbeda sangat nyata pada kedalaman 0-20 cm, porositas tergolong semakin menurun terkait dengan nilai bobot isi tanahnya dimana nilai bobot isi tanah semakin meningkat dengan bertambahnya umur pencetakan sawah, nilai kadar air kapasitas lapangan cenderung meningkat karena fraksi liat tinggi sehingga kemampuan tanah untuk meloloskan air juga rendah, pH tanah tergolong rendah yaitu (5,53-6,57 %), C-organik tergolong sangat rendah hingga sedang yaitu (0,23-2,16 %), N-total tergolong sangat rendah hingga sedang yaitu (0,04-0,25 %), C/N ratio tergolong sangat rendah hingga rendah yaitu (4,60-8,71 %). Kata Kunci : Sifat Fisika Tanah, Tanah Sawah, Tanpa Olah Tanah.
PEMBERIAN BIOCHAR TANKOS DAN KOTORAN SAPI TERHADAP KETERSEDIAAN UNSUR HARA N, P, K DAN PERTUMBUHAN TANAMAN TERONG (Solanum molongena L.) DI TANAH ALLUVIAL Andini, Andini; Yulies, Urai Suci; Chandra, Tino Orciny
Jurnal Sains Pertanian Equator Vol 13, No 3
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jspe.v13i3.75407

Abstract

Tanah Alluvial merupakan tanah yang berasal dari endapan baru, berlapis-lapis, jumlah bahan organiknya berubah-ubah. Peningkatan produksi tanaman terong dapat dilakukan dengan penambahan biochar tankos dan kotoran sapi. Biochar dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara N, P, K dan pH tanah. Kotoran sapi dapat meningkatkan C-Organik, N-Total, meningkatkan daya tahan terhadap air. Penelitian ini bertujuan  untuk mengetahui pengaruh penggunaan biochar tankos dan kotoran sapi terhadap ketersediaan hara N, P, K dan pertumbuhan tanaman terong di tanah Alluvial, serta mengetahui interaksi biochar tankos dan kotoran sapi terhadap ketersediaan N, P, K dan pertumbuhan tanaman terong pada tanah Alluvial. Penelitian ini menggunakan metode RAL 2 faktorial terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terjadinya interaksi antara biochar tankos dan kotoran sapi. Pemberian biochar tankos mampu meningkatkan pH pada perlakuan 40 ton/ha= 6,6,  N-Total pada perlakuan 30 ton/ha= 1,2, P-Tersedia pada perlakuan 30 ton/ha = 329,6, K-Tersedia pada perlakuan 30 ton/ha= 10,93, tinggi tanaman pada perlakuan  30 ton/ha= 44,65. Penambahan kotoran sapi mampu meningkatkan CO pada perlakuan 15 ton/ha= 15,83, N-Total pada perlakuan 15 ton/ha= 1,16 dan tinggi tanaman pada perlakuan 30 ton/ha= 43,23, serta terjadi peningkatan ketersediaan unsur hara N-Total 23,46%, P-Tersedia 66,16%, K-Tersedia 55,47%, C-Organik 6,59% dan tinggi tanaman 42,46%.Kata Kunci:  Alluvial, Biochar Tankos, Kotoran Sapi, Produksi Terong
IDENTIFIKASI SIFAT KIMIA TANAH PADA AREAL PENAMBANGAN KAOLIN DI DESA PAWANGI KECAMATAN CAPKALA KABUPATEN BENGKAYANG Mahendra, Dimas; Sulakhudin, Sulakhudin; Chandra, Tino Orciny
Jurnal Sains Pertanian Equator Vol 13, No 4
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jspe.v13i4.69959

Abstract

Kaolin merupakan bahan tambang alam yang termasuk dalam jenis tanah lempung (clay) dimana mineral penyusun utamanya adalah kaolinit. Tanah lempung jenis kaolin berwarna putih atau putih keabu-abuan. Di alam kaolin berasal dari dekomposisi feldspar, sebagai bahan tambang, kaolin bercampur  dengan oksida lainnya seperti magnesium oksida, kalsium oksida, kalium oksida dan lain-lain. Kegiatan penambangan tersebut dilakukan oleh perusahaan bersama dengan masyarakat dan menggunakan cara-cara penambangan mekanisasi yaitu eksavator. Penambangan yang dilakukan juga mengakibatkan lingkungan menjadi rusak apabila aktivitas penambangan telah berakhir. Akibatnya lahan-lahan bekas tambang seringkali menjadi kawasan yang gersang lahan menjadi lahan yang tidak produktif lagi dan menjadi miskin vegetasi, sehingga tumbuhan tidak dapat berkembang dengan baik karena rendah nya unsur hara, maka perlu di analisis lebih lanjut untuk mengetahui status kesuburan dan sifat kimia pada lahan pasca tambang kaolin. Penelitian akan dilakukan di Desa Pawangi Kecamatan Capkala Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat, di lokasi tersebut terdapat beberapa lahan bekas pertambangan kaolin yang di biarkan secara terlantar. Setelah penambangan kaolin berakhir, lahan tersebut tidak lagi diperdulikan dan dibiarkan begitu saja, sehingga tanah tersebut menjadi rusak.
Water table depth optimisation solutions to prevent peat fires in the Kapuas River Nusantara, Rossie Wiedya; Suryadi, Urai Edi; Chandra, Tino Orciny; Krisnohadi, Ari
Abdimas: Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Merdeka Malang Vol. 10 No. 1 (2025): February 2025
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/abdimas.v10i1.14418

Abstract

The optimisation of water table management is a significant strategy to prevent the risk of fire and peat subsidence. Peatlands, unique ecosystems, are frequently damaged by drainage due to human activities. The hydrological restoration program aims to protect and manage peat ecosystems, thereby contributing to the enhancement of the resilience of fire-free villages. The success indicators of peat rewetting can be indicated by a shallow water table and a slow rate of subsidence. The objective is to optimise the water table management to prevent fires and subsidence, while increasing community awareness of its importance in agriculture. The implementation of Community Service Activities was conducted in Punggur Kecil Village, involving the Farmer Group in Parit Toom Jaya and the Fire Care Community Parit Rahmat group in the Kapuas River-Punggur Besar River Peat Hydrological Unit. These activities included socialization, educational sessions, and field visits to peatlands to gain insight into the concept of peat rewetting techniques. Practical training was also provided on measuring and monitoring water tables, followed by regular evaluations to assess progress. This strategy not only enhances agricultural productivity but also reduces fire risks and land subsidence, providing a sustainable, long-term solution for peatland ecosystem management.
ANALISIS STATUS HARA N, P, K TANAH ENTISOL PADA TANAMAN KELAPA SAWIT DI DESA RASAU JAYA TIGA KABUPATEN KUBU RAYA Vera, Vera Ardelia; Indrawati, Urai Suci Yulies Vitri; Chandra, Tino Orciny
Jurnal Sains Pertanian Equator Vol 14, No 3
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jspe.v14i3.92079

Abstract

Kubu Raya merupakan salah satu kecamatan yang menyumbang produksi kelapa sawit di Kalimantan Barat. Lokasi penelitian berada pada jenis tanah Entisol. Kekurangan tanah Entisol yaitu penyerapan unsur hara oleh tanaman tidak optimal. Alternatifnya adalah pemberian pupuk NPK. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis status unsur hara N, P, K serta memberikan rekomendasi pemupukan kelapa sawit berumur 7–11 tahun. Pengamatan karakteristik tanah dilakukan dengan boring. Parameter yang diamati yaitu horizon, warna, tekstur, struktur, dan kedalaman muka air tanah. Pengambilan sampel tanah utuh dilakukan pada 4 titik pengamatan 4 lahan menggunakan ring sampler untuk analisis bobot isi. Pengambilan tanah terganggu pada kedalaman 0 – 30 cm dengan metode diagonal diambil di 4 titik pengamatan menggunakan bor tanah kemudian dimasukkan dalam plastik sampel sebanyak ±1 kg untuk analisis pH, C-Organik, nitrogen total, fosfor tersedia, kalium (K-dd), KTK, dan KBHasil penelitian menunjukkan nitrogen total berkriteria tinggi, fosfor sangat tinggi, kalium rendah, dan pH masam. Rekomendasi pemupukan NPK Phonska berdasarkan hasil analisis adalah A1: 2,66 kg/pohon, A2: 2,69 kg/pohon, A3: 2,43 kg/pohon, dan A4: 2,71 kg/pohon, dilakukan dua kali dalam setahun.