Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

Application of Coastal Sediments and Foliar Seaweed Extract and Its Influence to Soil Properties, Growth and Yield of Shallot in Peatland Sulakhudin, Sulakhudin; Hatta, Muhammad; Suryadi, Urai Edi
AGRIVITA, Journal of Agricultural Science Vol 41, No 3 (2019)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Brawijaya in collaboration with PERAGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17503/agrivita.v41i3.939

Abstract

The high soil acidity and low nutrient content in the peatland may inhibit the growth and yield of shallot and result low productivity. As consequence, the use of peat as a growing medium needs soil fertility improvement. One alternative to improve soil fertility, growth and yield of shallot is by applying coastal sediment and foliar seaweed extract which are easy to obtain and relatively inexpensive in West Kalimantan. This study aimed to investigate soil chemical properties, growth and yield of some shallot variety after the application of coastal sediment and foliar seaweed extract (Eucheuma cottonii). A field trial was carried out through the wet period of 2014 in West Kalimantan, Indonesia. The foliar seaweed extract was applied as the foliar fertilizer (0 and 3%), meanwhile the addition of coastal sediment was done at doses of 0 and 40 t/ha. The application of coastal sediment of 40 t/ha improved some chemical properties i.e. pH and the availability of K, Ca, Mg and Na of peat soil. The combination of foliar seaweed extract with 3% and 40 t/ha of coastal sediment increased growth and yield of all shallot variety in peatland compared to using foliar seaweed extract or coastal sediment only.
IDENTIFIKASI SIFAT FISIKA TANAH SAWAH TADAH HUJAN BERDASARKAN UMUR PENGELOLAAN LAHAN LAHAN DI DESA MATANG SEGANTAR KECAMATAN TELUK KERAMAT KABUPATEN SAMBAS ISMA, ISMA; suryadi, urai edi; widiarso, bambang
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 6, No 1 (2017): April 2017
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

IDENTIFIKASI SIFAT FISIKA TANAH SAWAH TADAH HUJAN BERDASARKANUMUR PENGELOLAAN LAHAN DI DESA MATAN SEGANTARKECAMATAN TELUK KERAMAT KABUPATEN SAMBASIsma(1), Urai Edi Suryadi(2), dan Bambang Widiarso(3)(1)Mahasiswa dan(2)Staf PengajarProgram Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas TanjungpuraABSTRAKSifat fisika tanah sangat bervariasi pada tanah tropis, khususnya pada tanah-tanah di Indonesia. Lahan tadah hujan merupakan salah satu jenis lahan yang potensial untuk difungsikan sebagai sentra produksi padi sehingga dapat mendukung swasembada beras berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sawah tadah hujan dengan perbedaan umur pengelolaan lahan. Penelitian dilakukan di Desa Matang Segantar Kecamatan Teluk Keramat Kabupaten Sambas. Parameter yang diamati meliputi fisika tanah seperti: warna, tekstur, struktur, porositas total, bobot isi, kadar air kapasitas lapangan, konduktivitas hidraulik, dan kedalaman muka air tanah. Parameter kimia tanah meliputi pengamatan reaksi tanah, N-total, C-organik dan ratio C/N.Hasil analisis menunjukkan bahwa warna tanah pada tiga lokasi penelitian dan titik pengamatan sangat bervariasi. Tekstur tanahnya banyak dikategorikan dalam kelas liat berdebu dan lempung liat berdebu. Struktur tanah pada ketiga lokasi penelitian yaitu angular blocky atau gumpal bersudut. Nilai rata-rata porositas tanah berkisar antara 52,34-56,89%, termasuk kriteria baik. Rata-rata bobot isi tanah 0,99-1,15 g/cm3. Nilai kadar air kapasitas lapangan berkisar antara 45,724-57,57%vol. Rata-rata nilai konduktivitas hidraulik tanah berkisar antara 14,006-45,104 cm/jam. Kelas permeabelitas pada lokasi 1 dan 2 (umur pengelolaan 0-15 tahun., umur pengelolaan 16-30 tahun) tergolong kedalam kriteria sangat cepat, sedangkan pada lokasi 3(umur pengelolaan >30 tahun) termasuk dalam kriteria cepat. Kedalaman muka air tanah pada ketiga lokasi penelitian temasuk kedalam kategori agak dalam, yaitu berkisar antara 52-69 cm.Kata kunci : sifat fisika tanah, sawah tadah hujan, dan umur pengelolaan lahan.
STUDI SIFAT FISIKA TANAH OXISOLS PADA BERBAGAI UMUR PENGELOLAAN BUDIDAYA LADA (Piper nigrum Linn) DI DESA SEBUBUS KECAMATAN PALOH KABUPATEN SAMBAS sapara, itri; suryadi, urai edi; junaidi, junaidi
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 1: April 2015
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lada merupakan tanaman tropis sehingga hanya dapat dikembangkan di daerah tropis. Lada sangat peka terhadap genangan air yang berkepanjangan.  Lada akan mulai berproduksi pada kurun waktu 3 – 3,5 tahun. Tanah Oxisols adalah tanah yang telah mengalami pelapukan tingkat lanjut di daerah-daerah subtropis dan tropis.  Kandungan tanah ini didominasi oleh mineral-mineral dengan aktivitas rendah, seperti kwarsa, kaolin, dan besi oksida. Penelitian ini dilakukan pada lahan budidaya lada dengan umur pengelolaan tanah selama 3 tahun (L1), 6 tahun (L2), dan 11 tahun (L3). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dan hubungan sifat-sifat fisika tanah Oxisols. Metode analisis yang digunakan yaitu uji F dan korelasi regresi linear. Parameter yang diamati meliputi tekstur tanah, kemantapan agregat tanah (%), kadar air kapasitas lapangan (% vol), bobot isi (gr/cm3), bobot jenis partikel (gr/cm3), porositas tanah (%), bahan organik (%). Berdasarkan hasil penelitian tekstur tanah dengan fraksi pasir tertinggi pada L1 kedalaman 0-30 cm (43,04 %) dan terendah L1 0-30 cm (33,19 %), kemantapan agregat tanah berpengaruh nyata pada kedalaman 30-60 cm dengan L2 terhadap L3, kadar air kapasitas lapangan berpengaruh nyata pada kedalaman 0-30 cm dengan L2 terhadap L3, bobot isi tanah berpengaruh sangat nyata pada kedalaman 30-60 cm L2 terhadap L3, bobot jenis partikel tidak terdapat hubungan dan perbedaan yang nyata, porositas tanah berpengaruh nyata pada kedalaman 30-60 cm L2 terhadap L3, bahan organik berpengaruh nyata pada kedalaman 0-30 cm dengan L1 terhadap L2 dan L3. Kata-kata kunci : Tanaman lada, sifat fisika tanah Oxisols.
STUDI KARAKTERISTIK SUB-SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (SUB-SUB DAS) DI KABUPATEN BENGKAYANG Tharigas, Angela Maria; Suryadi, Uray Edi; Widiarso, Bambang
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 1: April 2015
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dimana DAS merupakan suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan kemudian disalurkan ke laut melalui sungai utama. Sub-Sub DAS Lumar  memiliki pola drainase yang berbentuk dendritik dan bentuk  drainasenya memanjang atau seperti bulu burung serta profil melintang sungai berbentuk parabola. Tujuan dari penelitian untuk mempelajari karakteristik Sub-Sub DAS Lumar di Kabupaten Bengkayang. Untuk nilai kualitas air terdiri dari pH hilir (Outlet) rata-ratanya adalah 5,26 sedangkan pada pH hulu (Inlet) rata-ratanya adalah 4,72, untuk nilai temperatur 27,06 0C yaitu rata-rata dari hilir (Outlet) sungai dan temperatur 26,96 0C yaitu rata-rata dari hulu (Inlet), untuk nilai kecerahan daerah hilir (Outlet) sungai yaitu 236 cm dan rata-rata kecerahan daerah hulu (Inlet) sungai yaitu 230 cm, untuk nilai kecepatan hilir sungai kecepatan rata-ratanya 0,1342 m/detik dan daerah hulu sungai kecepatan rata-ratanya 0,1258 m/detik. Dan hasil pengamatan di lapangan nilai luas penampang sungai reratanya untuk daerah hilir 23,919 m2 dan hulu 15,34 m2 . Nilai IKD Sub-Sub DAS Lumar 1,073 km/km2, sedangkan nilai indeks tingkat percabangan pada Sub-Sub DAS Lumar 0,87.  Debit aliran pada Sub-Sub DAS Lumar bagian hilir rata-ratanya 3,21 m3/detik, sedangkan rata-rata untuk bagian hulu 1,93 m3/detik, sedangkan debit sedimen untuk daerah hilir 2,17 ton/hari merupakan nilai tertinggi pada hilir sungai dan terendah pada hilir sungai 0,64 ton/hari, sedangkan untuk daerah hulu sungai 0,82 ton/hari merupakan nilai tertinggi dan 0,14 ton/hari merupakan nilai terendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pengukuran TSS terkecil sebesar 1 mg/liter, sedangkan nilai TSS yang terbesar sebesar 8 mg/liter. Kata Kunci : Sub-Sub DAS Lumar, Karakteristik.
Studi Sifat Fisika Tanah Areal Terbuka dan Areal Perkebunan Kelapa Sawit pada Lahan Eks PETI Kecamatan Mandor Kabupaten Landak Anwar, M.Khoirul; Suryadi, MP, Dr. Ir. Urai Edi; Sagiman, M.Sc, Prof. Dr. Ir. H. Saeri
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 5, No 3 (2016): Desember 2016
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

STUDI SIFAT FISIKA TANAH AREAL TERBUKA DAN AREAL PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PADA LAHAN EKS PETI KECAMATAN MANDOR KABUPATEN LANDAK M. Khoirul Anwar(1), Dr. Ir. Urai Edi Suryadi, MP (2) danProf. Dr. Ir. H. Saeri Sagiman, MSc(2) (1) Mahasiswa Fakultas Pertanian dan (2) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura ABSTRAK Kegiatan PETI (Penambangan Emas Tanpa Izin) dilakukan dengan cara membalik tanah bagian atas (top soil)  dan berpotensi merusak kondisi sifat fisika yaitu lahan terlihat tandus dengan tekstur berpasir dan miskin bahan organik. Saat ini lahan subur untuk perkebunan kelapa sawit semakin terbatas  akibat adanya berbagai kegiatan  pembangunan yang dilakukan seperti : industri,pariwisata, perumahan dan pemukiman sehingga perkebunan kelapa sawit beralih ke lahan marginal seperti lahan eks PETI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sifat fisika tanah pada lahan eks PETI yang di manfaatkan untuk perkebunan kelapa sawit dan areal terbuka. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada dua penggunaan lahan masing-masing lima titik dengan metode diagonal di Desa Kayu Ara Kecamatan Mandor. Pengambilan  contoh tanah utuh menggunakan ring sampel yang berdiameter 5 cm dan tinggi 5 cm, sedangkan pengambilan contoh tanah terganggu menggunakan bor tanah. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada dua kedalaman yakni  0-30 cm, 30-60 cm dari permukaan tanah. Penelitian pada pengamatan lapangan menunjukan warna tanah sangat beragam, sedangkan struktur cenderung sama yakni prisma. Hasil analisis tanah menunjukkan nilai tekstur tanah fraksi pasir, porositas tanah, kadar air kapasitas lapang, C-organik,N-total, pH, C/N rasio, shoot/root rasio pada areal terbuka lebih rendah dibandingkan areal perkebunan kelapa sawit, sedangkan nilai tekstur tanah fraksi debu dan liat,kemantapan agregat, bobot isi tanahlebih tinggi pada areal terbuka dibandingkan dengan areal perkebunan kelapa sawit.     Kata Kunci:Areal Terbuka, Areal Perkebunan Kelapa Sawit, Sifat Fisikia dan Kimia Tanah.
SIFAT KIMIA TANAH ULTISOLS PADA AREAL UNTUK REPLANTING KELAPA SAWIT DAN HUTAN SEKUNDER DI DESA AMBOYO INTI KECAMATAN NGABANG Gayu, Adrianus; Suryadi, Urai Edi; Nusantara, Rossie Wiedya
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 10, No 1 (2021): Januari 2021
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanah Ultisols dikenal sebagai tanah yang kurang subur tetapi pemanfaatannya dalam bidang pertanian sangat luas, khususnya pada bidang perkebunan kelapa sawit. Periode budidaya kelapa sawit di Desa Amboyo Inti telah berumur 33 tahun sehingga perlu dilakukan replanting. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan sifat kimia tanah Ultisols pada areal untuk replanting kelapa sawit dengan hutan sekunder. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Amboyo Inti Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak. Analisis sifat kimia dan fisika tanah dilakukan di lapangan, Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, serta Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. Waktu penelitian berlangsung dari bulan Januari sampai April 2020. Titik pengamatan menggunakan sistem diagonal pada luasan 2 hektar untuk setiap penggunaan lahannya. Sampel tanah diambil secara utuh dan komposit pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm untuk masing-masing penggunaan lahan. Parameter sifat kimia tanah dalam penelitian ini adalah reaksi tanah (pH), karbon organik tanah (C-org) dan bahan organik tanah. Parameter pendukung pada pengamatan di lapangan adalah profil tanah dan sifat fisika tanah, seperti tekstur tanah. Hasil analisis menunjukkan reaksi tanah (pH) sangat masam pada kedua lahan di kedalaman 0-30 cm maupun 30-60 cm. Pada setiap penggunaan lahan, hasil analisis karbon organik tanah dan bahan organik tanah adalah rendah di kedalaman 0-30 cm dan sangat rendah di kedalaman 30-60 cm. Kata kunci : Sifat kimia tanah, Ultisols, replanting kelapa sawit, hutan Sekunder
LAJU INFILTRASI PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN DI DESA PAK MAYAM KECAMATAN NGABANG KABUPATEN LANDAK Billing, Urai Edi Suryadi, Riduansyah,
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 10, No 1 (2021): Januari 2021
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Konversi lahan hutan menjadi lahan pertanian dan penggunaan lahan lainnya turut menyebabkan rendahnya peresapan air ke dalam tanah sehingga mempengaruhi laju infiltrasi. Pada daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi, semakin rendah infiltrasi tanah maka semakin besar aliran permukaan yang dihasilkan, dengan demikian potensi terjadinya erosi dan banjir meningkat. Perubahan penggunaan lahan juga terjadi di Desa Pak Mayam oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui laju infiltrasi pada hutan sekunder, semak belukar, kebun karet dan kebun sawit di Desa Pak Mayam Kecamatan Ngabang kabupaten Landak. Pengambilan sampel pada empat penggunaan lahan masing-masing 3 titik. Parameter penelitian meliputi sifat fisika tanah seperti laju infiltrasi tanah, tekstur, bobot isi, kadar air kapasitas lapangan, porositas total dan permeabilitas. Parameter pendukung seperti profil tanah, struktur, muka air dan  kematangan tanah. Hasil penelitian menunjukan laju infiltrasi awal (t= 0,25 jam) tertinggi sampai terendah yaitu kebun sawit laju infiltrasi awal sebesar 141,69 cm/jam, hutan sekunder 103,30 cm/jam, semak belukar 75,19 cm/jam, dan Kebun Karet 52,45 cm/jam. Laju infiltrasi konstan tertinggi sampai terendah adalah hutan sekunder 50,89 cm/jam (kriteria sangat cepat), kebun sawit 44,98 cm/jam (kriteria sangat cepat), semak belukar 25,89 cm/jam (kriteria cepat) dan kebun karet 17,22 cm/jam (kriteria cepat). Rata-rata laju infiltrasi tertinggi sampai terendah adalah kebun sawit sebesar 78,97 cm/jam, hutan sekunder 68,42 cm/jam, semak belukar 43,13 cm/jam dan kebun karet 29,87 cm/jam. Perbandingan laju infiltrasi pada hutan sekunder, semak belukar, kebun karet dan kebun sawit. Laju infiltrasi hutan sekunder dan kabun sawit (tergolong sangat cepat) dibandingkan dengan laju infiltrasi semak belukar dan kebun karet (tergolong cepat). Perbandingan laju infiltrasi aktual dengan laju infiltrasi Horton menunjukan adanya hubungan yang sangat nyata dan memiliki kecendrungan yang positif.  Kata kunci : Laju Infiltrasi, Penggunaan Lahan
STUDI SIFAT FISIKA TANAH PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN DI GUNUNG SEHAK DESA AUR SAMPUK KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK Mustofa, Aly; Suryadi, Urai Edi; Widiarso, Bambang
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 3: DESEMBER 2015
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

STUDI SIFAT FISIKA TANAH PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN DI GUNUNG SEHAK DESA AUR SAMPUK KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK   Aly Mustofa(1), Urai Edi Suryadi(2), Bambang Widiarso(2) (1)Mahasiswa Fakultas Pertanian dan (2)Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan beberapa sifat fisika tanah pada beberapa penggunaan lahan. Penelitian ini dilaksanakan di Gunung Sehak, Desa Aur Sampuk, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak. Tahap pertama penelitian dilakukan dengan mengukur panjang dan kemiringan lereng. Metode yang digunakan dengan mengambil sampel langsung di lapangan, pengambilan sampel 4 penggunaan lahan yaitu lahan kelapa sawit, karet, semak belukar dan hutan sekunder masing-masing 4 titik pengamatan dan 2 kedalaman, kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm. Parameter pengamatan terdiri dari sifat fisika: konsistensi, warna tanah, struktur tanah, tekstur, bobot isi, bobot jenis partikel, kadar air kapasitas lapangan, porositas total, kemantapan agregat; sifat kimia: C-Organik, N-Total, C/N rasio, pH tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat fisika: konsistensi tanah pada kedalaman 0-30 cm didominasi oleh lepas dan pada kedalaman 30-60 cm didominasi oleh teguh, warna tanah pada setiap penggunaan lahan didominasi oleh tanah 7,5 yr 4/4, 7,5 yr 5/6 pada kedalaman 0-30 cm dan 7,5 yr 6/8, 7,5 yr 7/8 pada kedalaman 30-60 cm, struktur tanah didominasi oleh granular, gumpal membulat, gumpal bersudut, bobot isi pada penggunan lahan kelapa sawit kedalaman 0-30 dan hutan sekunder kedalaman 30-60 cm memiliki bobot isi yang paling rendah dari penggunaan lahan lainnya, kadar air kapasitas lapangan pada penggunaan lahan semak belukar pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm memiliki kadar air kapasitas lapangan yang paling rendah dari penggunaan lahan lainnya, porositas total pada penggunaan lahan semak belukar pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm memiliki persentase porositas total yang paling rendah dari penggunaan lahan lainnya, persentase kemantapan agregat pada penggunaan lahan kelapa sawit, karet dan hutan sekunder termasuk dalam kriteria sangat mantap dan pada penggunaan lahan semak belukar termasuk dalam kriteria mantap ; Sifat kimia: C-Organik pada penggunaan lahan semak belukar pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm memiliki kandungan C-Organik yang paling rendah dari penggunaan lahan lainnya, N-Total pada penggunaan lahan semak belukar pada kedalaman 30-60 cm memiliki kandungan N-Total yang paling rendah dari penggunaan lahan lainnya, C/N rasio pada seluruh penggunaan lahan tergolong rendah, pH tanah pada seluruh penggunaan lahan termasuk dalam kriteria masam.     Kata kunci : penggunaan lahan, sifat fisika tanah.
The Discrepancy between Knowledge and Competency of Independent Smallholder Farmer’s Nurliza Nurliza; Eva Dolorosa; U Edi Suryadi
Jurnal Penyuluhan Vol. 14 No. 2 (2018): Jurnal Penyuluhan
Publisher : Department of Communication and Community Development Sciences and PAPPI (Perhimpunan Ahli Penyuluh Pertanian Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.555 KB) | DOI: 10.25015/penyuluhan.v14i1.18898

Abstract

Recently, independent smallholders faced the crucial challenges of  certification requirements, i.e. The lack of farmers’ organization, the cost barrier; doesn't possess the mandatory legal documents; don't use appropriate best practices or keep records; and lack of skill and knowledge. Therefore, the understanding of the discrepancy between knowledge and competence was urged to overcome the critical issues in certification for achieving the sustainable development of palm oil production. The analyzed data using in-depth interviews of 150 respondents that is structured base for Indonesian sustainable palm oil (ISPO) with non-hierarchical clustering methods. The result proved that the largest discrepancy between knowledge and competence level was sustainable business improvement aspect, while, farmers’ organization and farm management aspect were the smallest in overall clusters. Thus, an affordable information intervention, extension and target groups through the required motivation for self-improvement and evaluate the pattern of information for  minimizing the gaps.
STRATEGI PENCEGAHAN KEBAKARAN LAHAN GAMBUT PADA KESATUAN HIDROLOGIS GAMBUT SUNGAI AMBAWANG-SUNGAI KUBU PROVINSI KALIMANTAN BARAT rezza permana kusuma juliarsih; U. Edi Suryadi; Novira Kusrini
JURNAL BORNEO AKCAYA Vol 8 No 1 (2022): Borneo Akcaya : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Publik
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51266/borneoakcaya.v8i1.218

Abstract

The phenomenon of peatland fires in Kubu Raya Regency occurs continuously every year. The Ambawang River-Kubu River KHG is one of the BRG priority target areas in the early stages. Hotspots that fluctuated from 2009 to 2019 indicate that all efforts to prevent and control peatland fires in the Kubu Raya Regency area are still not effective. It is necessary to identify the activities that have been carried out by the community and related parties (stakeholders), internal and external factors, and formulate alternative strategies for preventing peatland fires according to conditions in the Ambawang River–Sungai Kubu KHG area. Observations were used to collect field conditions at the research site. SWOT analysis is used to determine the best strategy that farmers should take to prevent peatland fires. The absence of dams drilled wells and canal blocking, lack of fire extinguishers, poor early warning system, infrequent socialization, and appeals for land fire prevention by the relevant agencies and the newly formed MPA. Prevention of land fires is in the WT strategy, where the recommended strategies are to survive by continuing to do corn farming, conducting various simple experiments to find better ways to harvest corn without burning the land, forming farmer groups as a means of deliberation and exchange of ideas, increasing the role of active farmers in seeking various information related to agriculture and land fire prevention.