Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

STUDI KOMPARATIF PEMIKIRAN ISMAIL RAJI AL-FARUQI DAN SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS Siregar, Irma Suryani; Siregar, Lina Mayasari
Al-Hikmah: Jurnal Agama dan Ilmu Pengetahuan Vol 15 No 1 (2018): Jurnal Al-Hikmah
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25299/jaip.2018.vol15(1).1588

Abstract

Menurut Echols dan Hasan Sadily, kata Islamisasi berasal dari bahasa Inggris islamization yang berarti pengislaman. Ketika mendengar istilah Islamisasi Ilmu pengetahuan, ada sebuah kesan bahwa ada sebagian ilmu yang tidak Islam sehingga perlu untuk diislamkan. Berbicara tentang islamisasi ilmu pengetahuan, biasanya rujukannya berpusat pada dua tokoh utama, yaitu Syed Muhammad Naquib Al-Attas dan Ismail Raji Al Faruqi. Antara al-Attas dengan al-Faruqi mempunyai kesamaan pandangan, seperti pada tataran epistemologi mereka sepakat bahwa ilmu tidak bebas nilai (value free) tetapi terikat (value bound) dengan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Mereka juga sependapat bahwa ilmu mempunyai tujuan yang sama yang konsepsinya disandarkan pada prinsip metafisika, ontologi, epistemologi dan aksiologi dengan tauhid sebagai kuncinya. Walaupun cukup banyak persamaan yang terdapat di antara keduanya, dalam beberapa hal, secara prinsip, mereka berbeda. Untuk mensukseskan proyek Islamisasi, al-Attas lebih menekankan kepada subjek daripada ilmu, yaitu manusia, dengan melakukan pembersihan jiwa dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji, sehingga dalam proses Islamisasi ilmu tersebut dengan sendirinya akan terjadi transformasi pribadi serta memiliki akal dan rohani yang telah menjadi Islam secara kaffah. Sedangkan al-Faruqi lebih menekankan pada objek Islamisasi yaitu disiplin ilmu itu sendiri.
Upaya Pendidikan Islam Pada Masa Awal Nabi Muhammad SAW Siregar, Lina Mayasari
Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah Vol 1 No 1 (2016): Jurnal Al-Thariqah
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (659.544 KB) | DOI: 10.25299/althariqah.2016.vol1(1).622

Abstract

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang didasarkan atas ajaran Islam itu sendiri. Al-Qur’an dan sunnah menjadi pedoman utama dalam pelaksanaan operasionalnya. Di era sekarang, pendidikan Islam terus berupaya untuk meningkatkan kualitas, sehingga segala upaya dilakukan. Salah satu upaya itu misalnya mengkaji ulang dengan analisis yang tajam tentang bagaimana pendidikan Islam yang Nabi Muhammad SAW terapkan pada awal sejarah Islam itu sendiri. Dengan pengkajian terhadap sejarah awal Islam ini diharapkan dapat menyegarkan kembali ingatan kita tentang bagaimana sosok Nabi Muhammad SAW sehingga dapat berhasil membentuk dan membina manusia yang sebelumnya telah mengalami krisis diberbagai lini kehidupan. Berdasarkan kajian yang telah diTernyata Nabi Muhammad mampu mengangkat harkat martabat mereka bahkan mereka menjadi pabrik ilmu dan kebudayaan sekitar kurang lebih enam abad lamanya.
Konsep Pendidikan Islam Dalam Membentuk Manusia Paripurna Harahap, Musaddad; Siregar, Lina Mayasari
Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah Vol 2 No 2 (2017): Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (603.068 KB) | DOI: 10.25299/althariqah.2017.vol2(2).1040

Abstract

Dalam tataran teologis, Islam meyakini sesuatu yang berada di luar diri Allah SWT dinamakan alam. Alam yang membentuk sebagai wujud merupakan pancaran dari Wujud Hakiki yang tidak pernah berkurang dan bertambah. Bila Wujud Hakiki berubah dan bertambah secara teoritis pastilah dikatakan bukan Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan merupakan sang pencipta Agung yang tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya. Tuhan yang memiliki sifat af’al dengan kehendakNya terciptalah makhluk. Makhluk ini dalam Islam sifatnya tidak qodim tapi baharu. Disinilah letak perbedaan dasar antara Tuhan sebagi pencipta dengan alam yang bersifat baharu. Dengan sifat baharunya alam ini pada akhirnya mau tidak mau haruslah diposisikan sebagai wujud yang berpotensi mengalami perubahan. Salah satu alam itu adalah manusia, karenanya manusia juga terbuka luas potensinya untuk berubah. Topik semacam ini menjadi penting karena dengan memahami konsep itulah usaha pendidikan dalam mentransformasi ilmu dan nilai akan lebih memungkinkan untuk berhasil.
Upaya Pendidikan Islam Pada Masa Awal Nabi Muhammad SAW Lina Mayasari Siregar
Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah Vol. 1 No. 1 (2016): Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (659.544 KB) | DOI: 10.25299/althariqah.2016.vol1(1).622

Abstract

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang didasarkan atas ajaran Islam itu sendiri. Al-Qur’an dan sunnah menjadi pedoman utama dalam pelaksanaan operasionalnya. Di era sekarang, pendidikan Islam terus berupaya untuk meningkatkan kualitas, sehingga segala upaya dilakukan. Salah satu upaya itu misalnya mengkaji ulang dengan analisis yang tajam tentang bagaimana pendidikan Islam yang Nabi Muhammad SAW terapkan pada awal sejarah Islam itu sendiri. Dengan pengkajian terhadap sejarah awal Islam ini diharapkan dapat menyegarkan kembali ingatan kita tentang bagaimana sosok Nabi Muhammad SAW sehingga dapat berhasil membentuk dan membina manusia yang sebelumnya telah mengalami krisis diberbagai lini kehidupan. Berdasarkan kajian yang telah diTernyata Nabi Muhammad mampu mengangkat harkat martabat mereka bahkan mereka menjadi pabrik ilmu dan kebudayaan sekitar kurang lebih enam abad lamanya.
Konsep Pendidikan Islam Dalam Membentuk Manusia Paripurna Musaddad Harahap; Lina Mayasari Siregar
Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah Vol. 2 No. 2 (2017): Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (603.068 KB) | DOI: 10.25299/althariqah.2017.vol2(2).1040

Abstract

Dalam tataran teologis, Islam meyakini sesuatu yang berada di luar diri Allah SWT dinamakan alam. Alam yang membentuk sebagai wujud merupakan pancaran dari Wujud Hakiki yang tidak pernah berkurang dan bertambah. Bila Wujud Hakiki berubah dan bertambah secara teoritis pastilah dikatakan bukan Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan merupakan sang pencipta Agung yang tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya. Tuhan yang memiliki sifat af’al dengan kehendakNya terciptalah makhluk. Makhluk ini dalam Islam sifatnya tidak qodim tapi baharu. Disinilah letak perbedaan dasar antara Tuhan sebagi pencipta dengan alam yang bersifat baharu. Dengan sifat baharunya alam ini pada akhirnya mau tidak mau haruslah diposisikan sebagai wujud yang berpotensi mengalami perubahan. Salah satu alam itu adalah manusia, karenanya manusia juga terbuka luas potensinya untuk berubah. Topik semacam ini menjadi penting karena dengan memahami konsep itulah usaha pendidikan dalam mentransformasi ilmu dan nilai akan lebih memungkinkan untuk berhasil.
Tarbiyah Ukhwah Islamiyah Dalam Tradisi Kearifan Lokal Marsialap Ari Rossa Hadana Harahap; Musaddad Harahap; Lina Mayasari Siregar
Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah Vol. 5 No. 2 (2020): Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).5980

Abstract

Indonesia beberapa tahun belakangan ini disibukkan oleh diskusi intoleransi, anti kebhinekaan, dan anti NKRI. Fenomena ini sebetulnya sangat bertentangan dengan kultur masyarakat Indonesia pada umumnya. Tulisan ini ingin melihat bagaimana hakikat kearifan lokal marsialapan ari masyarakat Tapanuli, Mandailing, Angkola dan sekitarnya dalam menanamkan ukhwah. Dengan pendekatan studi pustaka, maka ditemukan bahwa tradisi kearifan lokal marsialap ari mengandung nilai-nilai tarbiyah yang sangat luhur untuk mewujudkan ukhwah dalam kehidupan sosial. Tradisi marsialap ari dilakukan dalam tiga aspek kehidupan masyarakat, yaitu; dalam bidang Paiaskon (pertanian, sawah, kebun, dan lainnya), acara Siriaon (pesta maupun syukuran), dan Siluluton (kabar duka). Prinsipnya tradisi marsialap ari merupakan simbol kekuatan untuk menjaga eksistensi masyarakat agar tetap bisa hidup rukun dan memudahkan satu sama lain. Dalam konteks abad 21 ini tradisi marsialap ari perlu untuk dilestarikan dan tetap diwariskan kepada generasi muda agar rasa persaudaraan, kebersamaan, dan toleransi antar sesama tetap terjaga.
Rekontekstualisasi Sejarah: Kontribusi Lembaga Pendidikan Islam terhadap Dakwah Rasulullah SAW Musaddad Harahap; Lina Mayasari Siregar
Jurnal Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education Studies) Vol. 5 No. 2 (2017)
Publisher : UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1373.067 KB) | DOI: 10.15642/jpai.2017.5.2.288-308

Abstract

Bahasa Indonesia:Tulisan ini mencoba menyelami kesuksesan Nabi Muhammad SAW dalam merangkai ajaran-ajaran Islam menjadi satu kesatuan yang utuh lewat pendidikan. Selama kurun 23 tahun Islam sudah menjadi ajaran yang mapan penuh dengan rahasia keilmuan, sehingga Islam dijuluki sebagai agama yang rahmatallil’alamin. Dengan pendekatan studi pustaka, penelitian ini memaparkan keberhasilan Nabi SAW dalam menyampaikan risalah kenabian yang sangat didukung oleh tempat-tempat yang representatif dalam mengajarkan pada waktu itu. Tempat-tempat yang dimaksud telah mengalami akulturasi budaya sebelum datangnya isalm dan terus berkembang bersamaan kedatangan Islam itu sendiri. Mengenai tempat yang berakultrasi dengan Islam adalah kuttab dan rumah, sementara yang tumbuh bersama dengan Islam itu sendiri adalah masjid dan suffah. Keempat lembaga pendidikan Islam yang disebutkan menjadi saluran utama yang digunakan Nabi SAW dalam mendidik para sahabatnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama yang peduli dengan pendidikan dan sangat fleksibel terhadap kondisi dan situasi bagaimana agar proses pendidikan itu dapat berjalan. Kontribusi lembaga pendidikan Islam selain mampu menciptakan perubahan mendasar dalam konteks keagamaan dan kehidupan sosial juga menjadikan Islam sebagai agama yang terbuka (inkulsif) terhadap perubahan sosial selama tidak bertetangan dengan aqidah. English: This paper attempts to examine the success of Prophet Muhmmad PBUH in arranging Islamic teachings into a set through education. Within 23 years, Islam emerged into an established teaching and full of hidden knowledge, making Islam gets predicate of blessing for the universe. Through literary study, this research explains the success of the prophet in delivering prophetic messages with support of representative teaching places at the period. The places acculturated with the coming of Islam and keep growing along with the development of Islam. Kuttab and house has acculturated with Islam and Mosques and Suffah have grown together with Islam. The four kind of places became main channels for the prophet PBUH in educating his companions. Therefore, it can be concluded that Islam is a religion with high education concerns and quite flexible towards condition and situation where the educational process takes place. Islamic educational institution is not only creating fundamental change in religious and social life, but also making Islam as an inclusive religion to social changes as long as the changes are not contradictory to Islamic faith. 
Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Madrasah Aliyah Alhakimiyah Padang Lawas: Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Madrasah Aliyah Alhakimiyah Padang Lawas Lina Mayasari Siregar
MATAAZIR: Jurnal Administrasi dan Manajemen Pendidikan Vol. 1 No. 1 (2020): Edisi Januari-Juni 2020
Publisher : STAIN Madina Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.538 KB) | DOI: 10.56874/jamp.v1i1.63

Abstract

Madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki peluang yang cukup besar untuk menjadi alternatif pilihan pendidikan masa depan bila mampu merespon dan kemudian secara internal mengembangkan sistem manajemen yang profesional. Sehingga menghasilkan output lembaga pendidikan yang memiliki pemahaman pengetahuan umum dan agama yang cukup serta memiliki nilai-nilai moral yang sesuai dengan Islam. Dalam hal ini, peneliti ingin membahas mengenai peran kepala madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah Alhakimiyah Padang Lawas, dengan sub fokus mencakup: (1) tipe kepemimpinan kepala madrasah, (2) peran kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di madrasah Aliyah Alhakimiyah Padang Lawas. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus dan penelitian lapangan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa menggunakan interactive analysis models meliputi pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Pengecekan keabsahan temuan dilakukan atas empat kriteria yaitu: (1) kepercayaan (kredibilitas). Dengan teknik perpanjangan waktu observasi, ketekunan/keajegan, triangulasi dengan menggunakan berbagai sumber, teori dan metode; (2) keteralihan (transferibilitas), (3) kebergantungan (dependebilitas), (4) kepastian (konfirmabilitas). Informan penelitian yaitu kepala madrasah, waka bagian kurikulum, dewan guru dan staf, dan siswi madrasah Aliyah Alhakimiyah Padang Lawas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tipe kepemimpinan kepala madrasah adalah kepemimpinan spiritual, dalam aspek pengambilan keputusan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu spiritual demokratis dan spiritual otoriter. (2) peran kepala madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah berperan sebagai manajer, supervisor, inovator, leader, integrator, educator, dan sebagai motivator.
Dinamika Pondok Pesantren Dalam Membina Keberagamaan Santri Kabupaten Padang Lawas Musaddad Harahap; Lina Mayasari Siregar
Jurnal Kajian Ilmu Pendidikan (JKIP) Vol. 1 No. 1 (2020): Jurnal Kajian Ilmu Pendidikan (JKIP)
Publisher : Lembaga Riset dan Inovasi Almatani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.94 KB) | DOI: 10.55583/jkip.v1i1.66

Abstract

Sejauh ini, sejarah mencatat bahwa pondok pesantren merupakan lembaga tertua di daerah Padang Lawas dibandingkan dengan lembaga-lembaga pendidikan formal lainnya. Semenjak zaman penjajahan disinyalir daerah ini sudah memiliki beberapa ulama sekaliber ulama-ulama yang lain di Nusantara dengan mendirikan pondok pesantren. Hanya saja karena jauh dari pusat pemerintahan, para ulama-ulama ini tidak begitu diekspos dalam sejarah Indonesia, padahal tidaklah kalah pentingnya peran mereka dalam membina keberagamaan dengan membangun lembaga pendidikan untuk anak-anak muslim di daerahnya. Lembaga pendidikan pondok pesantren tertua yang ada di kabupaten Padang Lawas sampai saat ini masih mampu berdiri kokoh dan tetap eksis membina anak-anak muslim walaupun perkembangannya tidak begitu melejit layaknya pondok pesantren Tebuireng, Gontor, Mustafawiyah dan sebagainya. Dengan pendekatan pustaka ditemukan bahwa seiring berkembangnya zaman, daerah Padang Lawas mengalami modernisasi yang ditandai dengan mekarnya daerah ini pada tahun 2007 dari Kabupaten Tapanuli Selatan. Pemekaran ini dilakukan atas amanah undang-undang otonomi daerah dan juga oleh sebuah kesadaran pounding father bahwa daerah Padang Lawas harus mampu bangkit dan mengejar ketertinggalannya dari daerah-daerah yang lain di Indonesia. Perajalanan waktu panjang kehidupan masyarakat Padang Lawas yang mayoritas muslim ini kemudian banyak melahirkan pesantren sebagai wahana untuk membina keberagamaan santri sebagai bentuk upaya melestarikan ajaran Nabi Muhammad SAW. Kata Kunci : Dinamika, Pondok Pesantren, Keberagamaan
Menyingkap Kurikulum Pendidikan Islam Berbasis Program Islam Wasathiyah Lina Mayasari Siregar; Musaddad Harahap; Irwan Saleh Dalimunthe
Al-Mutharahah: Jurnal Penelitian dan Kajian Sosial Keagamaan Vol 19 No 2 (2022): Jurnal Al-Mutharahah: Jurnal Penelitian dan Kajian Sosial Keagamaan
Publisher : LPPM STAI Diniyah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46781/al-mutharahah.v19i2.555

Abstract

Pada dasarnya kajian ini dilandasi oleh kegelisahan akademis terkait dengan diskursus program Islam washatiyah dan relevansinya dalam kurikulum pendidikan Islam. Untuk itu dipandang penting untuk mengurai bagaimana sebetulnya esensi dari kurikulum pendidikan Islam yang berbasis Islam wasathiyah tersebut. Bila ditelaah secara sederhana kurikulum itu sendiri disebut sebagai aktivitas pembelajaran yang didasarkan atas rencana-rencana matang dan tersusun secara progremik serta diimplementasikan dalam pengawasan satuan pendidikan, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Posisi kurikulum sangat vital dalam pendidikan. Dalam Islam mesikpun kurikulum pendidikan telah disusun dengan baik, tapi kalau hanya mementingkan hal-hal yang bersifat kognitif, tentu tidak akan sampai kepada tujuan hakiki pendidikan Islam sendiri. Untuk itu penting ada penyelarasan kurikulum dengan upaya menginternalisasikan nilai-nilai di dalamnya, salah satu nilai tersebut adalah nilai-niliai moderasi beragama (Islam wasathiyah). Adapun Islam washatiyah merupakan sebuah karakter yang diperoleh seorang muslim sebagai buah dari komitmennya terhadap ajaran agama Islam itu sendiri. Mengimplementasikan nilai-nilai program Islam wasathiyah dalam kurikulum atau pembelajaran bukan hanya formalitas saja, tetapi harus sampai kepada perilaku aktual. Perilaku aktual yang berbais Islam wasathiyah inilah kemudian yang mampu menciptakan stabilitas kehidupan antar sesama, walaupun terdapat perbedaan, tetapi persamaan tetap menjadi dasar yang paling utama. Di antara perilaku Islam wasathiyah itu adalah tawassuth (mengambil jalan tengah), tawazun (berkeseimbangan), i'tidal (lurus dan tegas), tasamuh (toleransi), musawah (Egaliter), dan syura (musyawarah).