Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI MENURUT PSIKOLOGI ISLAMI Hidayat, Bahril; Putra, Ary Antony; Harahap, Musaddad
Generasi Emas Vol 1 No 1 (2018): Generasi Emas: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Publisher : UIR PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The relationship among early childhood education is related to the Islamic Education and Islamic Psychology perspective. Discussion of this article forms of theoretical review and expected to generate scientific reference to formulate explanation and development of science about Islamic Early Childhood Education according to Islamic Psychology. Islamic Education into early childhood as students, not only based on the principles of western Educational Psychology and Psychology of Learning (Psychology Learning and Teaching) from the Western scientist theory, but must be based on Islamic values and concept too. By applying the concept, the internalization of Islamic Education into the psychophysiological of early childhood will be achieved. According to the integration of principles of science and Islam through 5 Strategic Development of Islamic Education for Early Childhood Based on Islamic Psychology Principles, namely, 1) awakening learners' self-awareness about Islam, 2) involves the educational environment in to the learning activities, 3) understanding the child's age development by the method of playing, 4) using techniques that appeal to early childhood, 5) directing the child to develop their unique potential.
Esensi Peserta Didik dalam Perspektif Pendidikan Islam Harahap, Musaddad
Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah Vol 1 No 2 (2016): Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (512.345 KB) | DOI: 10.25299/althariqah.2016.vol1(2).625

Abstract

Peserta didik adalah manusia seutuhnya yang berusaha untuk mengasah potensi supaya lebih potensial dengan bantuan pendidik atau orang dewasa. Sementara itu, secara terminologi peserta didik berarti anak didik atau individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran. Sebagai individu yang tengah mengalami fase perkembangan, tentu peserta didik tersebut masih banyak memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan untuk menuju kesempurnaan. Setiap peserta didik memiliki eksistensi atau kehadiran dalam sebuah lingkungan, seperti halnya sekolah, keluarga, pesantren bahkan dalam lingkungan masyarakat. Dalam proses ini peserta didik akan banyak sekali menerima bantuan yang mungkin tidak disadarinya. Adapun esensi manusia itu adalah sebagai makhluk ciptaan Allah bukanlah makhluk yang ada dan bereksitensi dengan sendirinya, dan di dalam diri manusia itu terdapat beberapa unsur yaitu unsur al-jism dan al-ruh atau fisik dan psikis. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa esensi peserta didik tidak akan bisa untuk diketahui jika mereka tidak mengetahui hakikat atau esensi dari manusia itu sendiri. Kemampuan untuk itu tentu tidak hanya bisa berdiri sendiri tapi haruslah ada bantuan dari orang dewasa, atau bahasa yang lebih teknis pendidikan. Dengan pendidikan inilah peserta didik ditempa, baik terhadap jasmani mapun rohaninya agar semuanya bisa aktif untuk membesarkan dan mengagungkan Allah semata-mata.
Konsep Pendidikan Islam Dalam Membentuk Manusia Paripurna Harahap, Musaddad; Siregar, Lina Mayasari
Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah Vol 2 No 2 (2017): Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (603.068 KB) | DOI: 10.25299/althariqah.2017.vol2(2).1040

Abstract

Dalam tataran teologis, Islam meyakini sesuatu yang berada di luar diri Allah SWT dinamakan alam. Alam yang membentuk sebagai wujud merupakan pancaran dari Wujud Hakiki yang tidak pernah berkurang dan bertambah. Bila Wujud Hakiki berubah dan bertambah secara teoritis pastilah dikatakan bukan Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan merupakan sang pencipta Agung yang tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya. Tuhan yang memiliki sifat af’al dengan kehendakNya terciptalah makhluk. Makhluk ini dalam Islam sifatnya tidak qodim tapi baharu. Disinilah letak perbedaan dasar antara Tuhan sebagi pencipta dengan alam yang bersifat baharu. Dengan sifat baharunya alam ini pada akhirnya mau tidak mau haruslah diposisikan sebagai wujud yang berpotensi mengalami perubahan. Salah satu alam itu adalah manusia, karenanya manusia juga terbuka luas potensinya untuk berubah. Topik semacam ini menjadi penting karena dengan memahami konsep itulah usaha pendidikan dalam mentransformasi ilmu dan nilai akan lebih memungkinkan untuk berhasil.
Refleksi Dinamika Kebebasan Akademis dalam Pendidikan Islam Harahap, Musaddad
Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah Vol 1 No 1 (2016): Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (609.032 KB) | DOI: 10.25299/althariqah.2016.vol1(1).621

Abstract

Kebebasan akademis didefinisikan sebagai tiadanya pengekangan, hukuman, dan intimidasi berkenaan dengan pengkajian, penelitian, pengujian lisan, dan pandangan terhadap pengetahuan. Istilah bebas itu merupakan aktivitas yang dilakukan secara sadar yang disertai dengan rasa tunduk dan patuh kepada ruhani dengan cara mematuhi undang-undang serta hukum akhlaqiah yang telah ditetapkan oleh agama. Sedangkan akademis diartikan dengan sesuatu yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, bersifat ilmiah dan juga pendidikan. Walaupun demikian, kebebasan dari sudut pandang ini berarti adanya posisi aman bagi setiap orang untuk melakukan aktivitas kehidupan tanpa dibebani oleh rasa khawatir oleh tekanan dari pihak-pihak tertentu. Pendefinisian kebebasan akdemis dapat dipahami bahwa para ilmuwan dengan segala keahliannya membutuhkan suasana yang kondusif tanpa ada intervensi dari pihak-pihak tertentu sehingga akan memungkinkan para ilmuwan dapat mencari, menggali, berinovasi dan mengembangkan ilmu pendidikan islam, karena pada hakikatnya ilmu itu tidak lepas dari sumber Ilmu itu sendiri yaitu Allah SWT. Dengan kebebasan akademis dalam arti positif telah terbukti mampu melahirkan para ulama atau ilmuwan muslim. Ini adalah bukti nyata bahwa ajaran Islam telah mampu mendongkrak dan memotivasi penganutnya untuk dapat semaksimal mungkin mendayagunakan potensi kemanusiannya secara mandiri dan aman dari tekanan.
Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi terhadap Stres Guru di SMA Negeri 1 Kampar Kiri Hilir Harahap, Musaddad; Putra, Ary Antony
Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah Vol 2 No 1 (2017): Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.081 KB) | DOI: 10.25299/althariqah.2017.vol2(1).896

Abstract

Profesi guru merupakan pekerjaan yang sangat mulia karena merupakan wujud pengabdian diri untuk mengembangkan fitrah yang diberikan Allah SWT kepada manusia yaitu dengan memberikan pendidikan, pengajaran, bimbingan yang baik sehingga peserta didik menjadi insan kamil. Untuk itu guru perlu dihargai dan salah satunya dengan memberikan kesejahteraan yang layak bagi kehidupan mereka. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh tingkat sosial ekonomi dan stres pada guru, apakah ada pengaruh tingkat sosial ekonomi terhadap stres pada guru di dan seberapa besar pengaruh tingkat sosial ekonomi dengan stres pada guru di SMAN 1 Kampar Kiri Hilir. Metode yang digunakan adalah kuantitaf untuk mengungkap data pengaruh antara variabel tingkat sosial ekonomi dengan stres guru. Setelah dilakukan penelitian maka dapat ditemukan Tingkat sosial ekonomi guru di SMAN 1 Kampar Kiri Hilir tergolong pada tingkat menengah kebawah. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa rxy>rt, dimana rxy pada taraf signifikan 5%=0,374 dan pada taraf signifikansi 1%=0,478. Jadi, rxy>rt 5%=0,374>0,478, karena rxy lebih besar dari rt, maka hipotesa alternative (Ha) yang menyatakan adanya korelasi atau pengaruh positif yang signifikan antara tingkat sosial ekonomi dengan stres pada guru diterima, sementara Ho ditolak, maksudnya semangkin tinggi tingkat sosial ekonomi guru, maka akan semakin rendah tingkat stres pada guru.
Refleksi Dinamika Kebebasan Akademis dalam Pendidikan Islam Musaddad Harahap
Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah Vol. 1 No. 1 (2016): Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (609.032 KB) | DOI: 10.25299/althariqah.2016.vol1(1).621

Abstract

Kebebasan akademis didefinisikan sebagai tiadanya pengekangan, hukuman, dan intimidasi berkenaan dengan pengkajian, penelitian, pengujian lisan, dan pandangan terhadap pengetahuan. Istilah bebas itu merupakan aktivitas yang dilakukan secara sadar yang disertai dengan rasa tunduk dan patuh kepada ruhani dengan cara mematuhi undang-undang serta hukum akhlaqiah yang telah ditetapkan oleh agama. Sedangkan akademis diartikan dengan sesuatu yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, bersifat ilmiah dan juga pendidikan. Walaupun demikian, kebebasan dari sudut pandang ini berarti adanya posisi aman bagi setiap orang untuk melakukan aktivitas kehidupan tanpa dibebani oleh rasa khawatir oleh tekanan dari pihak-pihak tertentu. Pendefinisian kebebasan akdemis dapat dipahami bahwa para ilmuwan dengan segala keahliannya membutuhkan suasana yang kondusif tanpa ada intervensi dari pihak-pihak tertentu sehingga akan memungkinkan para ilmuwan dapat mencari, menggali, berinovasi dan mengembangkan ilmu pendidikan islam, karena pada hakikatnya ilmu itu tidak lepas dari sumber Ilmu itu sendiri yaitu Allah SWT. Dengan kebebasan akademis dalam arti positif telah terbukti mampu melahirkan para ulama atau ilmuwan muslim. Ini adalah bukti nyata bahwa ajaran Islam telah mampu mendongkrak dan memotivasi penganutnya untuk dapat semaksimal mungkin mendayagunakan potensi kemanusiannya secara mandiri dan aman dari tekanan.
Esensi Peserta Didik dalam Perspektif Pendidikan Islam Musaddad Harahap
Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah Vol. 1 No. 2 (2016): Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (512.345 KB) | DOI: 10.25299/althariqah.2016.vol1(2).625

Abstract

Peserta didik adalah manusia seutuhnya yang berusaha untuk mengasah potensi supaya lebih potensial dengan bantuan pendidik atau orang dewasa. Sementara itu, secara terminologi peserta didik berarti anak didik atau individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran. Sebagai individu yang tengah mengalami fase perkembangan, tentu peserta didik tersebut masih banyak memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan untuk menuju kesempurnaan. Setiap peserta didik memiliki eksistensi atau kehadiran dalam sebuah lingkungan, seperti halnya sekolah, keluarga, pesantren bahkan dalam lingkungan masyarakat. Dalam proses ini peserta didik akan banyak sekali menerima bantuan yang mungkin tidak disadarinya. Adapun esensi manusia itu adalah sebagai makhluk ciptaan Allah bukanlah makhluk yang ada dan bereksitensi dengan sendirinya, dan di dalam diri manusia itu terdapat beberapa unsur yaitu unsur al-jism dan al-ruh atau fisik dan psikis. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa esensi peserta didik tidak akan bisa untuk diketahui jika mereka tidak mengetahui hakikat atau esensi dari manusia itu sendiri. Kemampuan untuk itu tentu tidak hanya bisa berdiri sendiri tapi haruslah ada bantuan dari orang dewasa, atau bahasa yang lebih teknis pendidikan. Dengan pendidikan inilah peserta didik ditempa, baik terhadap jasmani mapun rohaninya agar semuanya bisa aktif untuk membesarkan dan mengagungkan Allah semata-mata.
Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi terhadap Stres Guru di SMA Negeri 1 Kampar Kiri Hilir Musaddad Harahap; Ary Antony Putra
Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah Vol. 2 No. 1 (2017): Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.081 KB) | DOI: 10.25299/althariqah.2017.vol2(1).896

Abstract

Profesi guru merupakan pekerjaan yang sangat mulia karena merupakan wujud pengabdian diri untuk mengembangkan fitrah yang diberikan Allah SWT kepada manusia yaitu dengan memberikan pendidikan, pengajaran, bimbingan yang baik sehingga peserta didik menjadi insan kamil. Untuk itu guru perlu dihargai dan salah satunya dengan memberikan kesejahteraan yang layak bagi kehidupan mereka. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh tingkat sosial ekonomi dan stres pada guru, apakah ada pengaruh tingkat sosial ekonomi terhadap stres pada guru di dan seberapa besar pengaruh tingkat sosial ekonomi dengan stres pada guru di SMAN 1 Kampar Kiri Hilir. Metode yang digunakan adalah kuantitaf untuk mengungkap data pengaruh antara variabel tingkat sosial ekonomi dengan stres guru. Setelah dilakukan penelitian maka dapat ditemukan Tingkat sosial ekonomi guru di SMAN 1 Kampar Kiri Hilir tergolong pada tingkat menengah kebawah. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa rxy>rt, dimana rxy pada taraf signifikan 5%=0,374 dan pada taraf signifikansi 1%=0,478. Jadi, rxy>rt 5%=0,374>0,478, karena rxy lebih besar dari rt, maka hipotesa alternative (Ha) yang menyatakan adanya korelasi atau pengaruh positif yang signifikan antara tingkat sosial ekonomi dengan stres pada guru diterima, sementara Ho ditolak, maksudnya semangkin tinggi tingkat sosial ekonomi guru, maka akan semakin rendah tingkat stres pada guru.
Konsep Pendidikan Islam Dalam Membentuk Manusia Paripurna Musaddad Harahap; Lina Mayasari Siregar
Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah Vol. 2 No. 2 (2017): Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (603.068 KB) | DOI: 10.25299/althariqah.2017.vol2(2).1040

Abstract

Dalam tataran teologis, Islam meyakini sesuatu yang berada di luar diri Allah SWT dinamakan alam. Alam yang membentuk sebagai wujud merupakan pancaran dari Wujud Hakiki yang tidak pernah berkurang dan bertambah. Bila Wujud Hakiki berubah dan bertambah secara teoritis pastilah dikatakan bukan Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan merupakan sang pencipta Agung yang tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya. Tuhan yang memiliki sifat af’al dengan kehendakNya terciptalah makhluk. Makhluk ini dalam Islam sifatnya tidak qodim tapi baharu. Disinilah letak perbedaan dasar antara Tuhan sebagi pencipta dengan alam yang bersifat baharu. Dengan sifat baharunya alam ini pada akhirnya mau tidak mau haruslah diposisikan sebagai wujud yang berpotensi mengalami perubahan. Salah satu alam itu adalah manusia, karenanya manusia juga terbuka luas potensinya untuk berubah. Topik semacam ini menjadi penting karena dengan memahami konsep itulah usaha pendidikan dalam mentransformasi ilmu dan nilai akan lebih memungkinkan untuk berhasil.
Tarbiyah Ukhwah Islamiyah Dalam Tradisi Kearifan Lokal Marsialap Ari Rossa Hadana Harahap; Musaddad Harahap; Lina Mayasari Siregar
Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah Vol. 5 No. 2 (2020): Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).5980

Abstract

Indonesia beberapa tahun belakangan ini disibukkan oleh diskusi intoleransi, anti kebhinekaan, dan anti NKRI. Fenomena ini sebetulnya sangat bertentangan dengan kultur masyarakat Indonesia pada umumnya. Tulisan ini ingin melihat bagaimana hakikat kearifan lokal marsialapan ari masyarakat Tapanuli, Mandailing, Angkola dan sekitarnya dalam menanamkan ukhwah. Dengan pendekatan studi pustaka, maka ditemukan bahwa tradisi kearifan lokal marsialap ari mengandung nilai-nilai tarbiyah yang sangat luhur untuk mewujudkan ukhwah dalam kehidupan sosial. Tradisi marsialap ari dilakukan dalam tiga aspek kehidupan masyarakat, yaitu; dalam bidang Paiaskon (pertanian, sawah, kebun, dan lainnya), acara Siriaon (pesta maupun syukuran), dan Siluluton (kabar duka). Prinsipnya tradisi marsialap ari merupakan simbol kekuatan untuk menjaga eksistensi masyarakat agar tetap bisa hidup rukun dan memudahkan satu sama lain. Dalam konteks abad 21 ini tradisi marsialap ari perlu untuk dilestarikan dan tetap diwariskan kepada generasi muda agar rasa persaudaraan, kebersamaan, dan toleransi antar sesama tetap terjaga.