Diaz Restu Darmawan, Diaz Restu
Program Studi Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura

Published : 30 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

PAKAIAN KW: GAYA BUSANA BRAND MINDED DI KOTA PONTIANAK Susiana Susiana; Diaz Restu Darmawan; Efriani Efriani
Jurnal Sosiologi Nusantara Vol 8, No 1 (2022)
Publisher : Jurusan Sosiologi FISIP UNIB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jsn.8.1.%p

Abstract

Tulisan ini dilatarbelakangi oleh fenomena banyaknya toko pakaian di pinggiran Pontianak. Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengkaji perilaku konsumtif para penggemar barang bermerek, dengan membidik produk bermerek palsu. Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi langsung dan wawancara dengan para penjual dan pembeli yang kami temui di toko-toko pakaian tersebut. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa produk palsu yang dikenal dengan barang KW sudah tidak asing lagi bagi penjual maupun pembeli. Mereka secara sadar melakukan penjualan dan pembelian untuk menciptakan gaya hidup yang tidak dapat dipenuhi oleh produk asli, terutama karena kendala ekonomi. Produk KW ini memiliki tingkatan dengan standar harga jual yang berbeda, KW Premium, KW Super dan KW 2, bahkan sudah dijual secara online. Ditemukan juga bahwa tidak ada rasa takut melanggar hukum, karena mereka merasa bahwa setiap orang yang datang berbelanja, mereka melakukannya secara sadar, tahu dan ingin. Penyusunan tulisan ini melalui metode penelitian kualitatif. Dengan melakukan observasi lapangan secara langsung peneliti dapat menjelaskan fenomena tingginya konsumsi pakaian KW melalui perspektif teori nilai tanda Baudrillad’.Kata Kunci : Brand Minded, Gaya Busana, Hiper Realitivitas, Pakaian KW,                     Toko Pakaian
Pangaroh - Ketua Adat: The Dynamics of Local Leadership of the Dayak Salako Community in Cultural Perspective Pabali Musa; Diaz Restu Darmawan; Rossa Fitriana; Debora Agustina; Egi Pratama Rizqi
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan Vol 16 No 2 (2021): Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Sunan Giri (INSURI) Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37680/adabiya.v16i2.1096

Abstract

The phenomenon of the development of the local leadership system in the Dayak Salako community in Nyarumkop village, Singkawang, West Kalimantan, cannot be separated from the current era development; of which the existing leadership system in the community requires dynamic aspects to make the traditional leadership system able to adjust its functions and role in the society that continues to develop. This article will analyze and explain how local leadership forms when community groups Dayak Salako still live as a Bantang community until now, which has become a village community that already has its formal and bureaucratic government leadership. Through a qualitative method with an ethnographic approach, key informants from the customary chief and other stakeholders within the community, it turns out that the leadership of the Dayak Salako customary chief has undergone several changes following the form of life of the community. Even though the global modern development impacts the community's way of life, the importance and influence of customary chief are pertinent.
Tolak Bala Pandemi Virus Corona pada Masyarakat Melayu di Desa Rawak Kabupaten Sekadau Kalimatan Barat Karmila Karmila; Diaz Restu Darmawan; Efriani Efriani
Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Budaya Vol 7 No 4 (2021): Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Budaya (November)
Publisher : Ideas Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32884/ideas.v7i4.517

Abstract

The tradition of Tolak Bala from the Malay community in Rawak Village, Sekadau Hulu District, Sekadau Regency is still often carried out even though they are already predominantly Muslim. The Tolak Bala tradition is a religious syncretism, where in the ritual can be found elements of Islam, as well as animist beliefs and dynamism. This study aims to determine and describe the function of the Tolak Bala ritual in relation to the Corona virus pandemic. The method used in this study is a qualitative method and data collection techniques using observation and interviews. The findings of this study have shown that the Tolak Bala ritual has changed in meaning because knowledge and mindsets about religion in the people of Rawak Village have become more advanced. They began to believe that the Tolak Bala ritual process carried out in ancient times was contrary to religious law or Islamic law. In the past, the ritual process of Tolak Bala ritual carried out with animistic worship, while nowadays it is carried out by praying to Allah SWT. Tradisi tolak bala masyarakat Melayu di Desa Rawak Kecamatan Sekadau Hulu Kabupaten Sekadau masih sering dilakukan meskipun mereka sudah mayoritas beragama Islam. Tradisi tolak bala ini merupakan sinkretisme agama yang dalam ritual tersebut dapat ditemukan unsur-unsur Islam, serta kepercayaan animisme dan dinamisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta mendeskripsikan fungsi dari ritual tolak bala dalam hubunganya dengan pandemi virus corona. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif serta teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Temuan penelitian ini telah menunjukkan bahwa ritual tolak bala mengalami perubahan makna karena pengetahuan dan pola pikir tentang agama pada masyarakat di Desa Rawak sudah semakin maju. Mereka mulai meyakini bahwa proses ritual yang dilakukan pada zaman dahulu itu bertentangan dengan hukum agama atau syariat Islam. Pada zaman dulu proses ritual tolak bala dilakukan dengan pemujaan secara animism, sedangkan zaman sekarang dilakukan dengan proses berdoa kepada Allah Swt.
Pengobatan Tradisional Senggugut pada Masyarakat Desa Padu Banjar di Kalimantan Barat Anti Angraini; Dahniar Th. Musa; Diaz Restu Darmawan
Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Budaya Vol 7 No 4 (2021): Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Budaya (November)
Publisher : Ideas Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32884/ideas.v7i4.516

Abstract

Senggugut is a disease experienced by women, especially the people Padu Banjar, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara. It takes traditional medicine methods in curing Senggugut disease. The formulation of the problem in this paper seeks to examine how the process of traditional treatment for sore throat pain in women is carried out by traditional birth attendants in Padu Banjar Village. The purpose of this study to describe the process of traditional treatment of Senggugut disease and describe the media for healing Senggugut suffered by women. Qualitative research methods become a method of collecting data so that an analysis is formed on traditional senggugut medicine, which is then analyzed through motivation theory to find factors that people prefer traditional medicine methods. Penyakit senggugut merupakan penyakit yang dialami oleh kaum perempuan, khususnya masyarakat Padu Banjar, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara. Dibutuhkan metode pengobatan tradisional dalam penyembuhan penyakit senggugut. Masalah pada penelitian ini berusaha mengkaji proses pengobatan tradisional penyakit senggugut pada kaum perempuan yang dilakukan oleh dukun beranak di Desa Padu Banjar. Tujuan dari penelitian ini mendeskripsikan proses pengobatan tradisional penyakit senggugut dan mendeskripsikan media penyembuhan penyakit senggugut yang diderita oleh kaum perempuan. Metode penelitian kualitatif menjadi metode dalam pengumpulan data sehingga terbentuk analisa pada pengobatan tradisional senggugut. Selanjutnya dianalisis melalui teori motivasi untuk mencari faktor masyarakat lebih memilih metode pengobatan tradisional.
Tampir sebagai Ritual Peralihan dalam Upacara Kematian pada Suku Dayak Taman Kapuas di Kalimantan Barat Oktaviana Supriani Ririn; Diaz Restu Darmawan; Efriani Efriani
Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Budaya Vol 7 No 4 (2021): Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Budaya (November)
Publisher : Ideas Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32884/ideas.v7i4.503

Abstract

Various ways are done to show love, and last tribute to the person who has died. Tampir is one of the many death customs in ethnic groups in the archipelago. Tampir is a traditional death ceremony for the Taman Kapuas Dayak ethnic, which is carried out by inviting relatives and friends to attend to pay respects to their deceased members. This study focuses on the tampir ceremony as a rites of passage in the life cycle of the Dayak Taman Kapuas ethnic in Sayut Village, West Kalimantan. Data and information were collected by in-depth interviews and observations. The results of this study indicate that the tampir custom is carried out through a long procession, starting from giving invitations to relatives and friends, slaughtering cows, simple meals, eating together, surrounding the bodies with dances, funerals, and family gatherings. Berbagai cara dilakukan untuk menunjukkan rasa cinta dan penghormatan kepada orang yang telah meninggal. Tampir merupakan satu dari sekian banyak adat kematian pada suku bangsa di nusantara. Tampir adalah upacara adat kematian pada etnis Dayak Taman Kapuas yang dilakukan dengan mengundang kerabat dan sahabat untuk hadir memberikan penghormatan kepada anggota mereka yang telah meniggal. Penelitian ini berfokus pada upacara tampir sebagai ritual peralihan dalam daur hidup etnis Dayak Taman Kapuas di Desa Sayut, Kalimantan Barat. Data dan informasi dikumpulkan dengan wawancara secara mendalam dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adat tampir dilakukan melalui prosesi yang panjang, dimulai dari memberikan undangan kepada kerabat dan sahabat, melakukan pemotongan sapi, jamuan sederhana, makan bersama, mengelilingi jenasah dengan tarian, pemakaman, dan kumpul keluarga.
Etnomedisin Dayak Salako Di Kabupaten Sambas Donatianus BSE Praptantya; Agus Yuliono; Diaz Restu Darmawan
Proyeksi: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 24, No 2 (2019): PROYEKSI, Jurnal Ilmu Ilmu Sosial dan Humaniora
Publisher : FISIP Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.74 KB) | DOI: 10.26418/proyeksi.v24i2.2459

Abstract

Beragam penjelasan atas kondisi kesehatan tentu juga terdapat beragam tindakan untuk pengobatan. Langkah pengobatan tidak hanya terbatas pada usaha-usaha yang berbasiskan penjelasan medis ilmiah. Namun, juga ada usaha pengobatan yang melibatkan langkah-langkah yang berbasiskan budaya masyarakat setempat bahkan melibatkan hal-hal yang mengandung unsur spiritual. Penelitian ini merupakan salah satu usaha untuk menarasikan pengobatan tradisional pada Dayak Salako. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Pengobatan tradisional Dayak Salako ada melalui ritual pengobatan, melalui tanaman obat, rebusan dan tajok, serta perpaduan antara ramuan, mantra, air tawar, semburan dan conteng. Bagi orang Dayak Salako, definisi sakit adalah ketika munculnya keluhan-keluhan yang tidak nyaman dalam diri seseorang. Biasanya muncul gejala merasa lemah, badan letih, malas beraktivitas, pucat dan tidak memiliki semangat.  Sedangkan sehat adalah ketika masih bisa berkebun. Daun Juang memiliki peran penting dalam budaya Dayak Salako. Daun juang merupakan perantara dalam pengobatan tradisional Dayak Salako. Perubahan ekologis, sosial ekonomi, dan pengetahuan menjadi faktor yang mendorong perubahan masyarakat dalam merespon kondisi sehat dan sakit pada masyarakat Dayak Salako. Masyarakat Dayak Dayak Salako akan kembali lagi meminta bantuan para Hattra saat pengobatan modern tidak bisa memenuhi rasa kenyamanan orang suku Dayak untuk memenuhi kebutuhan mereka, yaitu kesehatan. 
Beauty Care Kebutuhan Kultural Perempuan Metropolitan Denisa Ivada; Diaz Restu Darmawan; Nadia Novianti
Humanis Vol 26 No 3 (2022)
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.494 KB) | DOI: 10.24843/JH.2022.v26.i03.p02

Abstract

This paper discusses the cultural phenomenon of urban women in the modern era that gives rise to a lifestyle in an effort to maintain health. The lives of women in urban areas have a need to take care of skin health. One way to treat it is to buy beauty care products or skincare. The behavior that appears with a variety of beauty and skincare products makes it a cultural necessity. The emergence of dependence on beauty clinics and various beauty products cannot be separated from the identity of women in urban areas. This paper is based on the results of a qualitative research method with a phenomenological approach. Based on key informants the knowledge and needs of skin health are influenced by the media and popular culture. The need for skin health through skincare products affects the beauty standards of modern women in urban areas.
Akseptasi modernitas beragama Orang Dayak di Kampung Nyarumkop Donatianus BSE Praptantya; Diaz Restu Darmawan; Jagad Aditya Dewantara; Efriani Efriani; Agus Yuliono
Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 6 No. 2 (2022): Oktober
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/satwika.v6i2.22165

Abstract

Kampung Nyarumkop sebagai pusat persekolahan misi Gereja Katolik, telah merepresentasikan modernitas dalam kehidupan orang Dayak. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aspek akseptasi, bentuk, dan pola akseptasi orang dayak terhadap agama mondial. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi budaya dengan prosedur etnografis. Selama 6 bulan kami melakukan observasi, wawancara mendalam, dan studi literatur, terhadap fenomena akseptasi agama mondial yakni Agama Katolik di tengah orang Dayak. Penelitian ini mengungkap akseptasi terhadap Agama Katolik oleh orang Dayak, terjadi karena terdapatnya domain psikologi, domain sosial dan domain budaya yang memiliki aspek keterbukaan terhadap hal-hal baru di luar diri mereka. Keterbukaan tiga domain ini mendorong orang Dayak di Kampung pada modernitas yang tampak dalam gejala global village dan Detradisionalisasi.   Nyarumkop village as the center of the Catholic Church's mission schooling has represented modernity in the life of the Dayak people. Thus, this study aimed to describe the aspects of the acceptance, form, and pattern of acceptance of the Dayak people towards the mondial religion. This research has used a cultural anthropological approach with ethnographic procedures. For six months we have conducted observations, in-depth interviews, and literature studies, on the phenomenon of acceptance of the mondial religion, namely Catholicism among the Dayak people. This research has revealed that the acceptance of Catholicism by the Dayak people occurs because of the psychological domain, social domain and cultural domain which have an aspect of openness to new things outside of themselves. The openness of these three domains has pushed the Dayak people in Kampung to modernity which can be seen in the symptoms of global village and detraditionalization.
EKSISTENSI KETUA ADAT DAYAK DESA PADA KOMUNITAS RUMAH BETANG Annisa Dwi Lestari; Dhea Frastika; Mita; Diaz Restu Darmawan
Jurnal Adat dan Budaya Indonesia Vol. 5 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jabi.v5i1.53999

Abstract

The Dayak Desa community in Betang House Ensaid Panjang Village, until now still maintains the existence of customs in the midst of their lives. This paper aims to reveal the existence of Ketua Adat in the midst of the current modernization period. The method used in this paper uses a qualitative method with data collection techniques by direct observation. The narratives in this paper are based on the results of in-depth interviews with informants formed in the data and information documentation. The focus of researchers in conducting mini research is on the existence of traditional leaders as seen from the seven elements of culture. The results showed that the Dayak Desa community living in Betang's house in Ensaid Panjang Village still maintained the function and existence of informal leaders. The election of the Ketua Adat Dayak Desa is based on community beliefs based on the charisma, authority and authority of the chosen figure. In addition to the figure of the traditional leader who is obeyed, the Dayak Desa community in Betang House in Ensaid Panjang Village really appreciates the house they use as a reference and guideline for customs in all their lives.
Kerentanan Buruh Perempuan dalam Menjalankan Fungsi Keluarga Natalia A.I. Barage; Rupita Rupita; Syarifah Ema Rahmaniah; Diaz Restu Darmawan
Jurnal Community Vol 9, No 1 (2023)
Publisher : Prodi Sosiologi FISIP Universitas Teuku Umar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35308/jcpds.v9i1.5963

Abstract

This paper examines the social vulnerability that occurs to female workers at PT. Sintang Argo Mandiri in Sintang district. Through descriptive qualitative methods, this paper is able to describe how the forms of social vulnerability that occur in women workers and find out the causes of social vulnerability based on the results of interviews with women workers in oil palm companies. One of the key informants in this paper is the village head of Lengkenat. The results of the study found several forms of vulnerability that occurred in women workers such as marginalization. The form of vulnerability is in the form of lack of health insurance for female workers, double workload, and illegal levies between fellow employees. In addition, it was also found that the factors causing social vulnerability include internal factors such as age, low education level, and individual willingness to work. While external factors are women who experience economic difficulties, large number of family dependents, low husband's income, and wages from the company sector concerned.