Claim Missing Document
Check
Articles

PENGGUNAAN SUMBER KALSIUM DARI CANGKANG TIRAM, KEPITING DAN REMIS TERHADAP MOULTING DAN PERTUMBUHAN UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei Muliani Muliani; Saiful Adhar; Rachmawati Rusydi; Erlangga Erlangga; Prama Hartami; Munawwar Khalil; Dian Laili
Jurnal Riset Akuakultur Vol 16, No 3 (2021): (September, 2021)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (97.38 KB) | DOI: 10.15578/jra.16.3.2021.185-193

Abstract

Penggunaan sumber kalsium sintetik dengan ukuran partikel yang relatif besar di tambak diduga menyebabkan ketidaksempurnaan moulting pada budidaya udang vaname, Litopenaeus vannamei. Salah satu sumber yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan kalsium selama proses moulting adalah limbah cangkang dari biota perairan budidaya lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan sumber kalsium dari cangkang moluska yang berbeda terhadap performa moulting dan pertumbuhan udang vaname. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2021 bertempat di Laboratorium Hatchery dan Teknologi Budidaya Fakultas Pertanian, Universitas Malikussaleh. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) non-faktorial dengan empat perlakuan tiga ulangan, yakni: A (penambahan tepung cangkang tiram 75 mg/L), B (penambahan tepung cangkang kepiting 75 mg/L), C (penambahan tepung cangkang remis 75 mg/L), dan D (kontrol), masing-masing tiga ulangan. Tahapan-tahapan dalam membuat tepung yaitu pencucian, penjemuran, penumbukan, pengayakan, dan pembuatan nannokalsium (furnace). Parameter yang diamati selama penelitian antara lain: jumlah individu moulting, kecepatan moulting, laju pertumbuhan harian, dan kandungan kalsium cangkang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan A (penambahan tepung cangkang tiram 75 mg/L) menghasilkan jumlah individu moulting sebesar 77,50%; kecepatan moulting 2,00 hari; laju pertumbuhan harian 3,31%; dan tingkat sintasan 93,33%. Penelitian ini menghitung bahwa 1 ha tambak udang membutuhkan 6 kg tepung cangkang untuk mencukupi kebutuhan kalsium udang budidaya. Parameter kualitas air tambak yang diukur (suhu, pH, oksigen terlarut, salinitas, dan amonia) menunjukkan nilai optimal untuk pertumbuhan udang vaname. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kalsium dari cangkang tiram paling baik dalam meningkatkan proses moulting udang vaname dan merekomendasikan penggunaannya sebagai alternatif sumber kalsium untuk menggantikan kalsium dari batu gamping.The use of synthetic calcium sources with relatively large particle sizes in brackishwater ponds is suspected of causing moulting imperfection in cultured Pacific white shrimp, Litopenaeus vannamei. One of the sustainable sources to supply calcium needs during the moulting process is the shell waste from other farmed aquatic biota. This study aimed to evaluate the use of calcium sources from different mollusk shells on the moulting and growth performance of Pacific white shrimp. The research was conducted between August-September 2021 at the Hatchery and Cultivation Technology Laboratory, Faculty of Agriculture, Malikussaleh University. The study used a non-factorial completely randomized design (CRD) with four treatments, namely: the addition of A (75 mg/L oyster shell flour), B (75 mg/L crab shell flour), C (75 mg mussel shell flour), and D (control, 0 mg/L of shell flour) in the rearing media with three replications. The shell flour was transformed into nano-calcium via different production stages. The parameters observed during the study included: number of moulting individuals, moulting rate, daily growth rate, and shell calcium content. The results showed that the best treatment was in treatment A (addition of oyster shell flour 75 mg/L) resulted in the number of moulting individuals of 77.50%; moulting rate of 2.00 days; daily growth rate of 3.31%; and a survival rate of 93.33%. This study calculated that 1 ha of shrimp pond required 6 kg of shell flour to sufficiently supply the calcium demand of cultured shrimp. The measured ponds’ water quality parameters (temperature, pH, dissolved oxygen, salinity, and ammonia) showed optimal values for the growth of Pacific white shrimp. This study concludes that calcium from oyster shell has the best in improving the moulting process of Pacific white shrimp and recommends its use as an alternative source of calcium to replace calcium from limestone.
Tingkat densitas populasi maggot pada media tumbuh yang berbeda Srinanda Rizki; Prama Hartami; Erlangga Erlangga
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, Vol. 4: No. 1 (April, 2017)
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aa.v4i1.319

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis media tumbuh yang paling baik untuk meningkatkan densitas populasi maggot. Penelitian ini dilaksanakan pada 23 Desember - 22 Januari 2014, yang berlokasi di Laboratorium Hatchery dan Teknologi Budidaya Gor Cunda, Lhokseumawe. Menggunakan metode eksperimental dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan 5 perlakuan 3 kali ulangan untuk tiap perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media tumbuh yang berbeda dalam kultur maggot berpengaruh nyata dengan F hitung (4,79) dari F tabel 0,05 (3,32) . Dengan hasil perlakuan yang terbaik terdapat pada perlakuan E menggunakan kombinasi ke 4 media tumbuh dengan nilai rata-rata densitas populasi maggot 4,60 ekor/cm3, bobot 190 gram, dan panjang 1 cm. Sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan C menggunakan ampas kelapa yaitu 0,12 ekor/cm3, bobot 10 gram, dan panjang 0,91 cm. Saran perlu dilakukan penelitia lanjut untuk melihat jenis media tumbuh lain untuk menigkatkan densitas populasi maggot.This research aimed to known the growth media type that was best for increasing the density of the maggot population. This research was carried out on December 23rd to January 22nd, 2014, which is located in the Laboratory of Hatchery and Aquaculture Technology GOR Cunda, Lhokseumawe. Using experimental methods and Completely Randomize Design (CDR) non-factorial with 5 treatments and 3 replications. The results showed that the used of different growth media in the culture were F maggot count (4,79) F tabel0.05 (3.32). With the best treatment results in E with the average value of the density of population of maggot 4.60 ind/cm3, weights 190 grams, and a length of 1 cm. While the lowest was in treatment C using coconut fibers 0.12 ind/cm3, weighs 10 grams, and the length of 0.91 cm. Experimental needs to be done further suggestions to look at other types of growth media to increase the population density of the maggot.
Pengaruh lama waktu paparan medan listrik terhadap pertumbuhan benih ikan patin (Pangasius sp) Julianda Sahputra; Saiful Adhar; Erlangga Erlangga
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, Vol. 2: No. 1 (April, 2015)
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aa.v2i1.352

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu paparan medan listrik pada media air bersalinitas 3 ppt. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober hingga November 2014 di Laboratorium Hatchery dan Teknologi Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh Aceh Utara. Perlakuan yang diberikan yaitu: perlakuan A (Kontrol), B (1 menit), C (3 menit) dan D (5 menit). Pengambilan data dilakukan setiap 7 hari sekali. Rancangan yang digunakan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan 3 ulangan dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata jika terdapat perbedaan. Parameter yang diamati berupa pertambahan bobot, pertambahan panjang, kelangsungan hidup, dan efisiensi pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan patin yang diberi perlakuan 1 menit, 3 menit dan 5 menit mampu merespon medan listrik. Pemberian medan listrik 10 volt selama 3 menit menghasilkan nilai pertambahan bobot, pertambahan panjang, dan efisiensi pakan yang paling baik, yaitu masing-masing sebesar 0,65 gram/ekor, 0,29 cm/ekor, dan 91,09 %. Kelangsungan hidup ikan uji selama penelitian berkisar antara 83,33 % - 100 %, dimana yang terbaik diperoleh pada pemberian paparan listrik selama 3 menit. Selama penelitian ini suhu air yang diperoleh berkisar antara 26,60C sampai 29,30C, dan pH  berkisar antara 6,8 sampai 8,5. This study was aimed to know the expoture time effect of electric voltage in saline water 3 ppt. The study was carried out on October until November 2014 at Laboratorium of Hetchery, Major of Aquaculture Malikussaleh University. Several  treatments given in this study were A (Control), B (1 Minute), C (3 Minute), D (5 Minute). Data were sampled every 7 day. Reseach design used was completely ran domized design with four treadments and three replications, then it was continued by using LSD test. Parameters observed in this study were weight inerement, length inerement, survival rate, and feed efficiency. Result of this research showed that catfish which were given treadments of 1 minute, 3 minute, and 5 minute could respond electric voltage. Giving voltage 10 volt for 3 minute yielded the best values of weight and length increment and feed efficiency, such as 0,65 gr / fish of weight, 0,29 cm / fish of lenght, and survival rate 91,09 %. Water quality during experiment ranged temperature 26,60C – 29,30C and pH 6,8 – 8,5.
Pengaruh insektisida golongan organofosfat terhadap benih ikan nila gift (Oreochromis niloticus, Bleeker): analisis histologi hati dan insang Jamin Jamin; Erlangga Erlangga
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, Vol. 3: No. 2 (October, 2016)
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aa.v3i2.324

Abstract

Insektisida golongan organofosfat telah digunakan secara ekstensif dalam bidang pertanian untuk mengontrol hama dan meningkatkan hasil produksi pertanian guna memenuhi permintaan bahan pangan yang tinggi akibat pertumbuhan populasi penduduk yang cepat. Akan tetapi walaupun penggunaan pestisida golongan organofosfat secara nyata telah menigkatkan hasil produksi pertanian, penggunaannya yang tidak terkontrol dapat membahayakan berbagai organisme akuatik dan dapat mengakibatkan efek negatif jangka panjang terhadap lingkungan perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh berbagai konsentrasi golongan organofosfat (0,0002 ml/L, 0,0004 ml/L dan 0,0005 ml/L Parathion 25%) terhadap kelangsungan hidup dan histologi jaringan hati dan insang benih ikan nila GIFT (Oreochromis niloticus, Bleeker). Benih ikan nila yang telah terpapar dengan berbagai konsentrasi pestisida tersebut menunjukkan beberapa gejala klinis diantaranya: kesulitan respirasi, perubahan warna tubuh menjadi lebih hitam, warna mata dan insang terlihat pucat, kehilangan keseimbangan dan berenang tidak beraturan sebelum kematian. Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan semakin tinggi konsentrasi pestisida yang diberikan mengakibatkan semakin rendahnya kelangsungan hidup benih ikan nila. Kelangsungan hidup benih ikan nila yang dipapar dengan konsentrasi pestisida tertinggi (0,0005 ml/L) adalah 6,67%. Selama penelitian ini berlangsung, kelangsungan hidup benih ikan nila yang digunakan sebagai kontrol negatif adalah 100%. Pengamatan histologi jaringan hati dan insang memperlihatkan beberapa kerusakan jaringan akibat paparan Parathion, diantaranya: hemoragi, vakuola, degenerasi sel, telangiaktasis, dan hiperplasia dan kongesti jaringan insang. Penelitian membuktikan bahwa pestisida organofosfat khususnya Parathion 25% memiliki efek negatif terhadap kelangsungan hidup dan mengakibatkan perubahan histologi jaringan hati dan insang benih ikan nila GIFT.Insecticides such as organophosphates, have been used extensively in agriculture to control pest and improve crop yield to meet the high demand for food needed by the fast growing population. However, even though the use of organophosphate pesticides has been substantially increased agriculture crops, indiscriminate use of this chemical substance may cause harmful effects on aquatic organisms and may contribute long-term effects in aquatic environment. The purpose of this current study was to evaluate the effects of commercial organophosphate pesticide (Parathion 25%) on the survival and histopathological changes of GIFT (Genetically Improved Farmed Tilapia) Nile tilapia (Oreochromis niloticus, Bleeker) juveniles following exposure to varying concentrations of the toxicant (0.0002 ml/L, 0.0004 ml/L and 0.0005 ml/L, respectively). Following exposure to this pesticide, exposed fish were observed to exhibit some clinical signs including respiratory distress (such as gasping in air), darkened body color, opaque eyes and pale gills. Loss of balance and erratic swimming prior to death were also observed. As the concentration of pesticide increased, the survival rate of exposed fish reduced. This study found that at the highest concentration given (0.0005 ml/L) resulted in 6.67% survival of exposed fish. In the contrary, none of negative control fish were died during the period of this experiment. The histological observation of liver and gill tissues of exposed fish showed a deleterious effect of Parathion ranged from hemorrhage, vacuolization, cell degeneration, telangiectasia, hyperplasia and congestion of gills. This study provides more evidence that organophosphate pesticide, particularly Parathion 25%, has negative side effects on the survival and causes histological changes in liver and gills tissues of GIFT Nile tilapia juveniles.
Pengaruh warna wadah terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan badut (Amphiprion ocellaris) Zulfikar Zulfikar; Erlangga Erlangga; Zakiatul Fitri
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, Vol. 5: No. 2 (October, 2018)
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aa.v5i2.847

Abstract

AbstrakIkan badut merupakan ikan hias air laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2017 di Laboratorium Hatchery Pembenihan Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui warna wadah yang terbaik untuk percepatan pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan badut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap non faktorial (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan dengan wadah warna biru, hijau, merah, dan kuning. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah pertumbuhan panjang dan bobot ikan, kelangsungan hidup, dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan warna wadah biru memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap pertambahan panjang dan kelangsungan hidup ikan badut. Sedangkan pertambahan bobot berbeda nyata. Adapun angka pertambahan panjang, bobot, dan presentase SR terbaik terdapat pada perlakuan A (biru) yaitu 0,19 cm, 0,08 gram dengan presentase kelangsungan hidup 95% ikan badut. Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian sesuai dengan kehidupan ikan badut dengan kisaran Suhu 26-290C, Salinitas 30-34 ppt, pH 7-8, and DO 4-7 (mg/L).Kata kunci: ikan badut; kelangsungan hidup; pertumbuhan; warnaAbstractClown fish is a marine ornamental fish that has high economic value. This research was conducted in September 2017 at Hatchery Laboratory Aquaculture, Faculty of Agriculture, University of Malikussaleh. The purpose of this research to determine the color container for growth and survival rate of clown fish. The method used was Completely Randomized Design (CRD). With 4 treatments and 3 replications with blue, green, red, and yellow containers. The parameters observed in this research were length growth and weight of fish, survival, and water quality. The results showed that the use of blue container color was very significantly affect on the length and survival of clown fish. While weight gain significantly different. The rate of increase length, weight, and survival rate percentage best found in treatment A (blue) 0.19 cm, 0.08 grams with survival rate percentage 95%. Water quality parameters during the research were in accordance with clown fish life with temperature range 26-29 0C, Salinity 30-34 ppt, pH 7-8, and DO 4-7 (mg/L).Keywords: clown fish; survival rate; growth; color
Pengaruh dosis hormon rGH dan tiroksin dalam pakan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan koi (Cyprinus carpio, L) Sutiana Sutiana; Erlangga Erlangga; Zulfikar Zulfikar
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, Vol. 4: No. 2 (October, 2017)
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aa.v4i2.306

Abstract

Pertumbuhan yang relatif lama menjadi salah satu kendala dalam komoditas perdagangan khususnya ikan koi. Kebutuhan pakan yang sangat tinggi sangat menjadi masalah bagi para pembudidaya ikan koi. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan memberikan hormon tiroksin dan hormon rGH ke dalam makanannya agar dapat memberikan percepatan pertumbuhan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2016 yaitu di Laboratorium Hatchery dan Teknologi Budidaya Perairan Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian hormon tiroksin dan hormon rGH melalui metode oral dengan dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan koi (Cyprinus carpio L). Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) non-faktorial dengan empat perlakuan tiga kali ulangan. Hasil penelitian dengan pemberian hormon tiroksin dan hormon rGH dengan dosis yang berbeda tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bobot, panjang, kelangsungan hidup dan konversi pakan.  Perlakuan D dengan dosis   T4 25 mg/kg dan hormon rGH 2,5 mg/kg pakan menghasilkan nilai pertumbuhan bobot sebesar 0,60 gr dan panjang 0,54 cm. Nilai kelangsungan hidup pada setiap perlakuan dengan nilai sebesar 100%. Nilai konversi pakan terbaik pada perlakuan D sebesar 1,92. Nilai kisaran kualitas air selama penelitian yaitu suhu 27-28 oC, pH 7.0-7.9, DO 5.9-6.9 ppm dan amonia 0,0359 – 0,1946 ppm.Relatively slow growth becomes one of the obstacles in trading commodities, especially on koi fish. A high feed requirement becomes a problem for the koi fish farmers. One way that can be done to achieve that goal is by giving thyroxin hormone and rGH hormone into its feed in order to deliver a growth acceleration. This research was conducted in February - March 2016 in the Hatchery and Aquaculture Technology Laboratory at the department of Aquaculture, Agriculture Faculty, Malikussaleh University. This research aimed to determine the effect of thyroxin hormone and RGH hormone through oral methods with different doses on the growth and the survival of koi (Cyprinus carpio L). This research used experimental method using completely randomized design (CRD) non-factorial with four treatments of three replications. The results of the research showed that giving different doses of thyroxin hormone and rGH hormone had no significant effect on the growth in weight, length, survival and feed conversion. Treatment D that had a dose of 25 mg / kg T4 and rGH hormone of 2,5 mg / kg in the feed produce the growth in weight of 0.60 gr and length of 0.54 cm. The value of survival in each treatment is 100%. The best-feed conversion value in treatment D is 1.92. Value range of the water quality during the research is at the temperature of 27-28oC, pH of 7.0 - 7.9, DO of 5.9 - 6.9 ppm and ammonia ranges from 0.0359 to 0.1946 ppm. 
Pertumbuhan benih ikan gurami (Osphronemus gouramy) yang dipelihara pada media bersalinitas 3 ppt dengan paparan medan listrik yang berbeda Rahmatul Husna; Saiful Adhar; Erlangga Erlangga
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, Vol. 2: No. 1 (April, 2015)
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aa.v2i1.350

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan benih ikan gurami yang dipelihara pada media bersalinitas dengan paparan medan listrik yang berbeda. Penelitian dilaksanakan pada bulan September hingga Oktober 2014 di Laboratorium Hatchery dan Teknologi Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh Aceh Utara. Perlakuan yang diberikan yaitu: perlakuan A (Kontrol), B (7,5 Volt), C (10 Volt) dan D (12,5 Volt). Pengambilan data dilakukan setiap 7 hari sekali. Adapun rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan 3 ulangan dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata jika terdapat perbedaan. Parameter yang diamati adalah pertambahan bobot, pertambahan panjang, kelangsungan hidup dan efisiensi pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan gurami yang diberi perlakuan 7,5 volt, 10 volt dan 12,5 volt mampu merespon medan listrik. Pemberian medan listrik 10 volt menghasilkan nilai pertambahan bobot, pertambahan panjang dan efisiensi paling baik, yaitu masing-masing sebesar 0,31 gram, 0,20 cm, 90,61 %, sedangkan untuk kelangsungan hidup menunjukkan hasil yang terbaik pada perlakuan kontrol yaitu 90 %. Selama penelitian ini suhu bekisar antara 26,62-27,81 ᵒC, dan pH 7,40-6,62.This research aimed to know the growth of cultivated gouramy fingerling in saline media with different electric voltage treatments. The study was carried out on September until Oktober 2014 at laboratorium of hatchery, major of aquaculture Malikussaleh University. The given treatments were A (control), B (7,5 volt), C (10 volt), and D 12,5 volt). Data were sample every 7 days. The research design used was completely randomized design non factorial with 4 treatment and 3 replications then it was continued by LSD test. Some parameters taken during experiment were growth of weight and length, survival rate, feed efficiency. The result showed that gouramy fish given treatments of 7,5 volt, 10 volt, and 12,5 volt could respond the electric voltages. Electric voltage of 10 volt yielded the best of growth and feed efficiency, in which they were weight 0,31 gr, length 0,20 cm, and feed efficiency 90,61 %. White the best survival rate was obtained at control treatment which was 90 %. Water quality during experiment ranged temperature 26,62-27,81 0C and pH 7,40-6,62. 
Fortifikasi probiotik dalam pakan untuk meningkatkan pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus gouramy) Riri Ezraneti; Erlangga Erlangga; Erliza Marzuki
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, Vol. 5: No. 2 (October, 2018)
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aa.v5i2.812

Abstract

AbstrakIkan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan komoditas ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting tetapi mempunyai kendala dalam budidaya, salahsatunya pertumbuhannya lambat. Salah satu pemecahan masalahnya adalah dengan pemenfaatan probiotik pada pakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fortifikasi probiotik dalam pakan dan untuk mengetahui penggunaan jenis probiotik terbaik dalam pakan untuk meningkatkan pertumbuhan ikan gurami (O. gouramy). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen skala laboratorium dengan memberikan probiotik dalam pakan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Hasil penelitian dengan penyemprotan probiotik yang berbeda dengan dosis yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan bobot, pegaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang dan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap kelangsungan hidup dan konversi pakan. Perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan D dengan penyemprotan probiotik yang mengandung bakteri Saccharomyces cerevisiae, Lactobacillus acidophilus, Bacillus subtilis, Aspergilus oryzae, Rhodopseudomonas, Actinomycetes dan Nitrobacter per 100 gram pakan dengan laju pertambahan bobot 34,26 %, laju pertambahan panjang 30,95 %, kelangsungan hidup 76,67 % dan konversi pakan 5,35 g.Kata kunci: gurami; probiotik; pertumbuhanAbstractGouramy (Osphronemus gouramy) is a commodity of freshwater fish which is economically important, but it has many problems in their culture, for example is slow growth. One of problem solving is utilization of probiotics in feed. This research aims to know influence of probiotic fortification in feed and to determine the best kind of probiotic that used in feed to increase the growth of gouramy (O. gouramy). This research used laboratory experimental method with feeding probiotics in feed, used non-factorial complete randomized design (CRD) design with four treatments and three replications. Results of research with different probiotic with similar doses showed significant effect on weight, real influence on long and did not show significant effect on survival and feed conversion. The best treatment was found in D treatment with probiotic which contains Saccharomyces cerevisiae bacteria, Lactobacillus acidophilus, Bacillus subtilis, Aspergilus oryzae, Rhodopseudomonas, Actinomycetes and Nitrobacter per 100 gram of feed with weight rate 34,26%, long rate 30,95%, survival rate 76.67% and feed conversion 5.35 g.Keywords: gourami; probiotic; growth
Pengaruh ablasi mata terhadap kecepatan kematangan gonad kepiting bakau (Sylla serrata) betina Muhammad Robi; Erlangga Erlangga
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, Vol. 1: No. 1 (October, 2014)
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aa.v1i1.292

Abstract

Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan jenis golongan Crustaceae   yang mengandung protein hewani yang cukup tinggi dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Ablasi mata merupakan salah satu cara untuk menghilangkan hambatan perkembangan telur (gonad) pada kepiting bakau. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) non factorial dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Adapun perlakuan dalam penelitian ini adalah perlakuan A (ablasi satu pasang mata), perlakuan B (ablasi mata kiri), C (ablasi mata kanan), D (tanpa ablasi).   Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecepatan kematangan gonad tertinggi pada perlakuan C (ablasi mata kanan) yaitu pertumbuhan gonad mencapai 21,53% dan terendah terjadi  D (tanpa ablasi)  pertumbuhan gonad hanya 14,8%. Analisa statistik dengan uji F menunjukan bahwa ablasi mata berpengaruh terhadap kecepatan kematangan gonad kepiting bakau. Pertambahan bobot tertinggi  terdapat pada perlakuan C (ablasi mata kanan) yaitu sebesar 2,67 gr kemudian disusul oleh D (tanpa ablasi)  sebesar 1,89 gr  dan terakhir  pada B (ablasi mata kiri) dengan nilai rata-rata sebesar 0,77 gr. Tingkat kelangsungan hidup terbaik terdapat pada perlakuan D (tanpa ablasi)   yaitu 100%, perlakuan B (ablasi mata kiri) 77,77%, perlakuan C (ablasi mata kanan) 66,66% dan kelansungan hidup terendah terjadi pada perlakuan A (ablasi satu pasang mata) 0%. Rata-rata kualitas air selama penelitian adalah suhu 27 0C dan Ph 7,65.Mangrove crab (Scylla serrata) have been classifying in Crustaceae clas that containing high animal protein and high economic value. Ablation of the eye is an solution to eliminate the egg development (gonads) barriers in the mangrove crab. The research design used a completely randomized design (CRD) non- factorial with 4 treatments and 3 replications. Treatment in this study were the treatment of A (ablation of the pairs of eyes), treatment B (left eye ablation), treatment C (right eye ablation), D (without ablation). The results showed that the highest rate of gonadal maturation was in treatment C (right eye ablation) where gonadal development growth reached 21.53 %, whereas the lowest was in treatment D (without ablation) where gonadal development growth was only 14.8 %. Statistical analysis by F test showed that ablation of the eye was affected the mud crab gonadal maturity. The Weight gain was found highest in the treatment C (right eye ablation) that reached 2.67 g and followed by treatment D (without ablation) 1.89 grams and the last in the treatment B (left eye ablation) with was an average value 0.77 grams. The higest survival rate was found in treatment D (without ablation) 100 %, treatment B (left eye ablation) 77.77 %, treatment C (right eye ablation) 66.66 % and the lowest survival rate was occurred in treatment A (ablation of the pairs of eyes) 0 %. The avarge values of water quality during the study showed that the temperature was reched 27 0C and pH was 7, 65.
Penetasan telur penyu sisik (Eretmochelys imbricata) dengan kedalaman yang berbeda Erlangga Erlangga; Ayu Lestari; Zulfikar Zulfikar; Munawar Khalil; Riri Ezraneti
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal Acta Aquatica: Jurnal Ilmu Perairan, Vol. 8: No. 2 (August, 2021)
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aa.v8i2.4778

Abstract

This research was conducted from November 2018 until January 2019 which was held at the UPTD Conservation and Supervision of Marine Resources and Fisheries in West Sumatera, Pariaman City.  The aim of the research is to know hatchling hawksbill sea turtle eggs based on nest depth. The method used in this study is a nonfactorial randomized block design (RBD) consisting of 3 treatments and 3 replications. The treatments used were treatment A (with a depth of 30 cm incubation nest), treatment B (with a depth of incubation nest 40 cm), and Treatment C (with a depth of incubation nest 50 cm). The results of this study showed that hatching hawksbill eggs hatched very significantly, the best hatching percentage was in treatment A (30cm) with 78% hatching at 6:00 a.m. with hatching temperature range of 24-28oC, hatching pH of 6,6-6,8 and medium sized incubation sand with a size of 0.150 mm with a weight reaching 461 grams.Keywords: Hatching percentage, Hawksbill turtle, pH, Temperature
Co-Authors Ade Fitria Ade Fitria Adinda Aulia Putri Alfi Syahrin Alfi Syahrin Anggi Mayulina Daulay Anggi Mayulina Daulay Anggi Mayulina Daulay Ayu Andira Ayu Andira Ayu Gustina Ayu Lestari Azhari Mataniari Azizi Ramadhan Bahagia Bahagia Bengi Pratiwi Cut Meurah Nurul ‘Akla Dian Laili Dodi Fanhalen Siregar Dodi Fanhalen Siregar Erliza Marzuki Erniati, Erniati Eva Ayuzar Eva Ayuzar Eva Ayuzar Eva Ayuzar Eva Ayuzar Febrina Rolin Firli Ariski Fitri Al Faini Siregar Gara Hasonangan Ritonga Gara Hasonangan Ritonga Hamdi Romansah Hariyati Hariyati Hayatun Nufus Helmi Gusnita Hyessica Bernardeta Lubis I Iswadi Ibnu Amni Ida Marina Harahap Imamshadiqin Imamshadiqin Imamshadiqin, Imamshadiqin Imanullah Imanullah Intan Mutia Irmayunita Irmayunita Iswadi Ak Jamin Jamin Jihad Nasuha Julianda Sahputra Khaidir Khaidir Leni, Yusyam Likdanawati Lisna Lisna Mahdaliana Mahdaliana Mahdaliana, Mahdaliana Mainisa Mainisa Mainisa Mainisa Mainisa Meutia Handayani Muhammad Hatta Muhammad Robi Muliani Muliani Muliani Muliani Munawar Khalil Munawwar Khalil Munawwar Khalil, Munawwar Nazarul Syahputra Nuriana Dila Prama Hartami Prama Hartami Rachmawati Rusydi Rachmawati Rusydi Rachmawati Rusydi Rahmatul Husna Repki Prasetyo Rian Firdaus rini tri lestari sembiring Rini Tri Lestari Sembiring Riri Ezraneti Riri Ezraneti Riri Ezraneti Riri Ezraneti Riri Ezraneti Roza Yusfiandayani Saiful Adhar Salamah Salamah Salmarika, Salmarika Sapna Biby Sohibil Yamin Solly Aryza Sri Nanda Rizki Srinanda Rizki Sutiana Sutiana Syahrial Syahrial Syahrial Syahrial Syahrial Syahrial Syahrial Syahrial Syahrul Ramadansyah Syawaluddin Akbar Tambah Lambok Berutu Umaruddin Usman Urmila Zaitun Wilman Shobara Yudho Andika Yudho Andika Yudho Andika Yudho Andika Yudho Andika Yudho Andika Yukis Angga Prasetya yuli asbar Yuli Asbar Yusril Husaen Yusril Husaen Zakiatul Fitri