Remaja merupakan kelompok usia yang rentan terhadap tekanan psikologis, termasuk stres, yang kerap memicu perilaku berisiko seperti merokok. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara tingkat stres dan perilaku merokok pada remaja. Desain penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan cross-sectional. Sebanyak 106 responden dilibatkan, dengan mayoritas berjenis kelamin laki-laki (52,9%) dan berusia 14–15 tahun (52,9%). Instrumen yang digunakan adalah Perceived Stress Scale (PSS) untuk mengukur tingkat stres, serta kuesioner lima butir untuk menilai perilaku merokok. Hasil menunjukkan sebagian besar remaja mengalami tingkat stres rendah (46,2%) dan tidak merokok (51%). Uji korelasi memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat stres dan perilaku merokok (p = 0,031). Hasil penelitian ini menguatkan teori bahwa stres dapat menjadi faktor pemicu perilaku merokok pada remaja, khususnya karena keterbatasan keterampilan koping adaptif. Oleh karena itu, intervensi preventif melalui pendidikan manajemen stres dan penguatan dukungan psikososial sangat penting untuk menekan prevalensi merokok pada kelompok usia ini.