Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

LAPORAN KASUS : ERUPSI OBAT AKIBAT KARBAMAZEPIN Kangnata, Velika Elaine; Yudhitiara, Novia
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 3 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i3.36518

Abstract

Adverse Drug Eruption (ADR) didefinisikan sebagai reaksi yang membahayakan atau tidak diingikan terhadap dosis terapeutik suatu obat. ADR membagi menjadi 2 reaksi, yaitu reaksi tipe A disebut juga reaksi augmented “tergantung dosis”, dan dapat diprediksi berdasarkan farmakologi obat, dan reaksi tipe B, disebut juga reaksi bizzare, tidak dapat diprediksi dari farmakologi.(Coleman & Pontefract, 2016; Nguyen et al., 2020) Prevalensi Cutaneuous Adverse Drug Reactions (CADR) terjadi pada 8% pasien yang dirawat inap. Di bagian dermatologi, CADR mewakili 2% konsultasi dan sekitar 5% pasien rawat inap di bidang dermatologi.(Nguyen et al., 2020) Penatalaksanaan utama adalah menghentikaan obat yang menjadi penyebab atau yang sedang dikonsumsi, dan diberikan terapi kortikosteroid sistemik.(Nguyen et al., 2020) Ilustrasi kasus seorang perempuan berinisial An. NT berusia 16 tahun dengan keluhan sejak 1 minggu ini timbul ruam kemerahan yang disertai gatal dan panas di seluruh tubuh. Awalnya, sekitar 1 minggu yang lalu, pasien sempat mengalami kejang. Pasien mendapatkan pengobatan obat epilepsi (carbamazepine dan depakote). Setelah minum obat epilepsi tersebut, pasien mengeluhkan muncul ruam kemerahan disertai gatal dan panas diseluruh tubuh sehingga pasien di rujuk ke Poliklinik Kulit dan Kelamin. Kesimpulan pada kasus ini adalah erupsi obat merupakan kasus yang dapat mengancam nyawa apabila tidak ditatalaksana dengan baik. Tatalaksana yang utama erupsi obat adalah menghentikan obat yang menjadi penyebab.
Kegiatan Pengabdian Masyarakat Mengenai Penapisan Penyakit Kardiovaskular dengan Pemeriksaan Kadar Kolesterol dan HDL Sejak Dini pada Masyarakat Kelurahan Grogol Yudhitiara, Novia; Santoso, Alexander Halim; Gunaidi, Farell Christian; Riadi, Seravin Janet; Kasvana, Kasvana
Jurnal Pengabdian Bidang Kesehatan Vol. 3 No. 2 (2025): Jurnal Pengabdian Bidang Kesehatan
Publisher : PPNI UNIMMAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57214/jpbidkes.v3i2.196

Abstract

Dyslipidemia is one of the most common metabolic disorders among the productive-age population and plays a major role in increasing the risk of cardiovascular diseases, including coronary heart disease and stroke. This condition often remains asymptomatic in its early stages, making regular monitoring of cholesterol and HDL levels a critical step in the early detection of atherosclerosis risk. Community-based screening programs revealed that 42.25% of participants had elevated total cholesterol levels, while 26.76% had very low HDL levels and 43.66% had low HDL levels. These findings highlight the urgency of early detection of dyslipidemia to prevent long-term complications that may impair individual quality of life. Through timely interventions involving nutritional education, dietary modifications, and increased physical activity, blood lipid levels can be effectively managed to prevent the progression of cardiometabolic disease and support long-term heart health.
Pemeriksaan Kelembaban Kulit dan Edukasi Gaya Hidup: Kunci Pencegahan Kulit Kering pada Dewasa Awal Yudhitiara, Novia; Santoso, Alexander Halim; Gunaidi, Farell Christian; Anthony, Louis; Johan, Richver Framanto
Science and Technology: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 3 (2025): September
Publisher : CV. Science Tech Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69930/scitec.v2i3.471

Abstract

Kulit yang sehat bergantung pada keseimbangan kadar air dan minyak untuk menjaga fungsi pelindungnya. Penurunan hidrasi dapat menyebabkan kulit kering (xerosis), meningkatkan risiko inflamasi, dan memicu gangguan dermatologis. Ketidakseimbangan ini juga mempercepat proses penuaan kulit dan menurunkan kualitas hidup. Oleh karena itu, deteksi dini kadar hidrasi kulit serta edukasi gaya hidup sehat sangat penting untuk mencegah kulit kering pada populasi dewasa. Metode yang digunakan adalah pendekatan PDCA (Plan-Do-Check-Action), meliputi perencanaan kegiatan skrining, pelaksanaan pengukuran kadar air dan minyak kulit, evaluasi hasil, serta pemberian edukasi perawatan kulit bagi peserta dengan hasil abnormal. Kegiatan ini diikuti oleh 71 peserta yang dilakukan di Sekolah St. Yoseph, Jakarta. Hasil menunjukkan bahwa terdapat 4 orang (5.63%) memiliki kadar minyak dibawah normal dan 8 orang (8.46%) memiliki kadar air dibawah normal yang mengindikasikan bahwa peserta memiliki kulit yang kering. Oleh karena itu, penting dalam pemeliharaan hidrasi seperti asupan air yang cukup, penggunaan pelembap, dan pola hidup sehat. Deteksi dini hidrasi kulit serta edukasi efektif dalam pencegahan kulit kering dan peningkatan kualitas hidup.
PENDEKATAN DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN CRUSTED SCABIES PADA PASIEN IMUNOSUPRESI Maulida, Nida; Yudhitiara, Novia; Darmawan, Hari
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.48367

Abstract

Menurut perkiraan WHO, skabies mempengaruhi lebih dari 200 juta individu diseluruh dunia pada satu waktu. Meskipun skabies dapat dicegah dan diobati, penyakit ini mempengaruhi lebih dari 130 juta orang di seluruh dunia pada suatu waktu, yang menyebabkan lebih dari 1,5 juta tahun hidup dengan disabilitas di seluruh dunia. Indonesia memiliki beban skabies tertinggi di antara 195 negara yang diinvestigasi, dengan Disability Adjusted Life Year (DALYs) yang distandarisasi berdasarkan usia sebesar 153,86 per 100.000 penduduk. Crusted scabies merupakan bentuk skabies yang berat dan sangat menular. Penyakit ini terutama menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, diabetes melitus menjadi faktor predisposisi yang signifikan. Namun penyakit ini seringkali menyerupai kondisi dermatologis lain seperti psoriasis, yang menyebabkan keterlambatan diagnosis dan pengobatan yang tidak tepat. Kami melaporkan sebuah kasus crusted scabies dengan infeksi sekunder pada wanita 48 tahun yang memiliki riwayat diabetes mellitus tidak terkontrol. Pasien mengeluhkan terdapat banyak bintik kemerahan dan bercak kehitaman pada seluruh tubuh kecuali area wajah sejak 2 bulan lalu yang memberat 3 minggu terakhir hingga disertai sisik tebal berwarna putih kekuningan. Status gizi pasien termasuk gemuk tingkat berat berdasarkan klasifikasi Kemenkes RI. Pasien dirawat secara holistik bersama dengan spesialis penyakit dalam untuk mengontrol kondisi hiperglikemik yang dialami.
Peran Lemak Subkutan dalam Menunjang Kelembapan dan Hidrasi Kulit pada Dewasa: Studi Potong Lintang di Komunitas Gereja AT: The Role of Subcutaneous Fat in Supporting Skin Moisture and Hydration in Adults: A Cross-Sectional Study in the AT Church Community Yudhitiara, Novia; Gunaidi, Farell Christian; Setiawan, Fiona Valencia
Jurnal Keperawatan Bunda Delima Vol 7 No 2 (2025): EDISI AGUSTUS
Publisher : Akademi Keperawatan Bunda Delima Bandar Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59030/jkbd.v7i2.186

Abstract

Latar Belakang: Hidrasi kulit mencerminkan keseimbangan antara kadar air dan minyak pada permukaan epidermis, yang dipengaruhi oleh faktor sistemik termasuk komposisi tubuh. Peran lemak subkutan sebagai determinan fisiologis fungsi barier kutan masih belum dievaluasi secara menyeluruh pada populasi dewasa sehat.Metode: Penelitian observasional potong lintang dilakukan pada 66 partisipan dewasa dari komunitas Gereja AT. Pemeriksaan komposisi tubuh dilakukan menggunakan bioimpedansi segmental (OMRON HBF-375), sementara parameter kulit (kadar minyak, kadar air, dan hidrasi) diukur melalui skin analyzer. Hubungan antarvariabel dianalisis menggunakan korelasi Spearman dan korelasi parsial setelah kontrol usia. Hasil: Lemak subkutan menunjukkan korelasi positif yang signifikan terhadap seluruh parameter kulit: minyak (r = 0.342; p = 0.005), air (r = 0.317; p = 0.010), dan hidrasi (r = 0.315; p = 0.010). Sebaliknya, massa otot rangka, khususnya ekstremitas atas, berkorelasi negatif terhadap ketiga parameter tersebut (r berkisar antara -0.254 hingga -0.333; p < 0.05). Korelasi tetap signifikan setelah kontrol usia dilakukan. Kesimpulan: Lemak subkutan berperan penting dalam mempertahankan integritas kulit melalui dukungannya terhadap kadar minyak, kadar air, dan hidrasi. Komposisi tubuh berpotensi menjadi indikator non-invasif untuk mengevaluasi status kulit pada populasi dewasa, khususnya di lingkungan tropis.
Korelasi Kadar Gula Darah Sewaktu dengan Kadar Air dan Sebum Kulit di Rukun Warga (RW) 008 Kelurahan Cipondoh Yudhitiara, Novia; Tan, Sukmawati Tansil; Yogie, Giovanno Sebastian; Wijaya, Dean Ascha; Satyanegara, William Gilbert; Nathaniel, Fernando; Kurniawan, Joshua; Moniaga, Catharina Sagita; Firmansyah, Yohanes; Santoso, Alexander Halim; Mandalika, Astin; Soebrata, Linginda
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 11 (2023): Volume 3 Nomor 11 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v3i11.11607

Abstract

ABSTRACT Skin hydration is influenced by various factors. Blood glucose levels are also known to affect the protective function of the skin. This cross-sectional study aims to investigate the profile of skin hydration status and its correlation with blood glucose levels among subjects at RW 08 Cipondoh. Skin hydration status measurements were done using an Over The Counter (OTC) skin analyzer. Blood glucose levels were measured using Point of Care Testing (POCT) Out of 101 respondents, the average age was 51.38 years with 75.2% of the respondents were female. The mean blood glucose was 122.71 mg/dL. The mean oil and water hydration were 22.99% and 42.96%, respectively. The data showed a negative correlation between blood glucose and water hydration, with a correlation coefficient power of 0.319 significantly, and between blood glucose and oil hydration, with 0.236 significantly. This study concludes that higher blood glucose levels was associated with worse skin hydration status.  Keywords : Blood glucose, Hydration Status ABSTRAK Kelembaban kulit dipengaruhi oleh banyak faktor. Kadar gula darah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi fungsi kelembaban kulit. Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status hidrasi kulit dan korelasinya dengan kadar gula darah pada komunitas yang tinggal di RW 08 Cipondoh. Pengukuran status hidrasi kulit menggunakan alat Over The Counter (OTC) skin analyzer. Kadar gula darah diukur menggunakan Point of Care Testing (POCT). Dari 101 responden, rata-rata usia subjek penelitian adalah 51,38 tahun dengan 75,2% responden adalah perempuan. Rerata gula darah sewaktu (GDS) sebesar 122,71 mg/dL. Rerata hidrasi sebum dan air, masing-masing sebesar 22,99% dan 42,96%. Hasil uji statistik menunjukan hasil korelasi negatif antara GDS dengan hidrasi air sebesar 0,319 secara signifikan dan hidrasi sebum sebesar 0,236 secara signifikan. Penelitian ini menyatakan bahwa semakin tinggi kadar gula darah, maka semakin menurun status hidrasi kulit seseorang. Kata Kunci: Kadar Gula Darah, Kadar Hidrasi