Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Keadilan Humanis bagi Pembebasan Perempuan Indonesia: Suatu Pendekatan Feminis Mariska Lauterboom
PAX HUMANA Vol 3, No 1 (2016)
Publisher : Yayasan Bina Darma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.327 KB)

Abstract

Dengan menggunakan pendekatan feminis, maka dapat dilihat bahwa gambaran kekinian Indonesia ditandai dengan ketidakadilan, diskriminasi dan kekerasan berbasis gender yang dialami oleh kaum perempuan dari ruang yang paling domestik sampai pada ruang yang paling publik. Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa prinsip-prinsip dalam keadilan humanis yang dikembangkan oleh Susan Moller Okin dapat diterapkan untuk konteks ini. Baginya, untuk dapat beralih dari gender dan melindungi yang rapuh adalah sesuatu yang sangat esensial dalam masyarakat yang adil. Jadi keadilan humanis memperlakukan semua orang, baik perempuan maupun laki-laki dalam kepenuhan kemanusiannya. Keadilan ini secara khusus memperjuangkan kesejahteraan dan kemerdekaan perempuan dalam rangka aktualisasi diri di berbagai aspek kehidupan. Lebih dari itu, jika ada pembagian kerja atau peran dalam rumah tangga atau keluarga, maka hal tersebut harus dilakukan dengan sadar tanpa merugikan siapapun. Kemudian di dalam masyarakat, perlindungan khusus oleh negara harus dibangun dalam hukum dan kebijakan publik, sehingga ketika ada divisi kerja antara berbagai jenis kelamin, tidak akan berujung pada ketidakadilan atau diskriminasi. Semua prinsip ini tentunya relevan dengan konteks Indonesia. Oleh sebab itu, dengan menerapkan prinsip keadilan humanis ini, maka semoga perempuan Indonesia tidak lagi mengalami kerapuhan dan kekerasan apapun, baik dalam ranah domestik maupun publik. AbstractUsing a feminist perspective, it can be seen that the present picture of Indonesia is marked by gender-based injustices, discriminations and violences experienced by women from the most domestic sphere to the most public arena. Accordingly, this article aims to show that principles of humanist justice developed by Susan Moller Okin suits this context. To Okin, moving from gender and protecting the vulnerable are very essential in a just society. Thus, a humanist justice treats both women and men in full humanity. This justice specifically fights for the well-being and freedom of women in order to actualize themselves in every aspects of life. Moreover, if there is sharing of works or roles between husband and wife in a household, then it should be done deliberately. Thus within the society, special protections by the government must be built into public laws and policies, where if division of labor have been made between sexes, it will not result in discriminations or injustices. These principles are relevant to Indonesiancontext. Therefore, by applying principles of humanist justice, hopefully the Indonesian women will not experience any kind of vulnerability and violence anymore, in both domestic and public spheres.Keywords: Humanist, Indonesia, injustice, justice, okin, patriarchal, women
Learning From The Socio-Religious Integration In Solor Village Indonesia Irene Ludji; Mariska Lauterboom
Analisa: Journal of Social Science and Religion Vol 22, No 1 (2015): Analisa Journal of Social Science and Religion
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18784/analisa.v22i1.145

Abstract

The Indonesian nation with the motto “Bhineka Tunggal Ika” (Unity in Diversity) is a nation that believes in the beauty of pluralism as the primary model to build unity. Therefore, in building relationships that produce social integration, it should be characterized by acceptance and respect of pluralism and a willingness to learn from this pluralism. Unfortunately, the increasing number of conflicts results in the inability of society to tolerate differences, as seen in the nation’s self-identity becoming unstable. It is clear that the national identity needs to be reinforced through strategic steps that are systematic, clear-cut, and integrated, so that the national unity can be strongly united again. One of the ways to accomplish this is by learning from social integration that occurs in various locations in Indonesia. One such place is in Solor Village, Kupang.  In the midst of various conflicts that center on ethnic groups, race, religion, and class issues in Indonesia, the relationship between the indigenous people and newcomers in Solor Village offers an alternative for social integration that can occur in this “Unity in Diversity” nation. This is the focus of this research, which uses a descriptive-qualitative format to analyze social integration strategic issues between newcomers with different religious and cultural backgrounds from the native inhabitants of Solor Village. The research shows that Solor Village residents succeed in building a harmonious life because in facing multiculturalism, religious and cultural values play an important role.Harmonious life in Solor Village confirm that social integration that build on respect to pluralism is possible.
Dekolonialisasi Pendidikan Agama Kristen di Indonesia Mariska Lauterboom
Indonesian Journal of Theology Vol 7 No 1 (2019): Edisi Spesial Pendidikan Kristiani di Indonesia
Publisher : Asosiasi Teolog Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (407.647 KB) | DOI: 10.46567/ijt.v7i1.8

Abstract

This article explores the importance of decolonizing Christian religious education in Indonesia, especially in churches that were established during Dutch colonialism, by engaging in an expressly postcolonial and decolonial approach. After briefly tracing and criticizing the long history of Western colonialism concerning educational practice, this paper presents a variegated rationale connecting the content, relations, and methods within education in the present moment with those of the past—such that education today be seen as reflecting traces of the oppressive and colonizing education of yesteryear. The alternative to this is decolonization, by which a decolonial imagination attends that relational space of teaching-learning in order to transform and liberate Christian religious education in the postcolonial context of Indonesia. In this imagination, there is no body/mind dualism nor sacred/profane binary, and God is present to meet all as Liberator.
PENINGKATAN KETERAMPILAN PEDAGOGI GURU TK DAN SD MELALUI BIMBINGAN TEKNIS IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA DI SATUAN PENDIDIKAN DI WILAYAH SUMOGAWE Kurniawan, Mozes; Setyaningtyas, Eunice Widyati; Dwikurnaningsih, Yari; Radia, Elvira Hoesein; Septian Airlanda, Gamaliel; Wardani, Krisma Widi; Lauterboom, Mariska
Magistrorum et Scholarium: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 3 (2024)
Publisher : Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24246/jms.v4i32024p243-254

Abstract

Pengembangan kurikulum yang efektif melibatkan proses analisis, desain, implementasi, dan evaluasi yang sistematis. Untuk memenuhi pencapaian tujuan dan keberlanjutan pendidikan di satuan pendidikan, maka, kurikulum akan ditinjau dan diubah. TK Setyo Asih, TK Bethesda dan SD Negeri Sumogawe 01 mengungkapkan berbagai permasalahan dalam proses implementasi kurikulum baru. Dasar pemikiran tersebutlah yang menjadi latar belakang pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada Masyarakat yang diinisiasi oleh tim dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mengembangkan pola adaptasi kurikulum baru. Hasilnya sangatlah memuaskan, guru-guru terbantu dalam pemahaman: a) Paradigma Baru Pendidikan; b) Pembuatan Tujuan dan Asesmen Pembelajaran; c)Pembelajaran Berdiferensiasi; d) Penyusunan Modul Ajar; e) Profil Pelajar Pancasila; f) Perancangan dan Asesmen Project Pembelajaran; g) Integrasi Profil Pelajar Pancasila dengan Rancangan Projek Pembelajaran. Selain itu, bimbingan teknis ini menghasilkan kelengkapan perangkat pembelajaran berbasis Kurikulum Merdeka di SD Negeri Sumogawe 01.
Potensi Pendidikan Interreligius Meminimalkan Hate Speech di Media Sosial Nole, Otniel Aurelius; Lauterboom, Mariska
Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat Vol. 8 No. 1 (2024)
Publisher : LP2M UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/panangkaran.v8i1.3786

Abstract

Social media provides benefits for users to express language, but it can also be misused to express hatred, or what is called hate speech. It turns out that certain social media users also carry out hate speech regarding political campaigns in Indonesia. To prevent competitors from winning, certain supporters carry out strategies in the form of hate speech. Of course, hate speech is part of what disrupts the order of human life in the Indonesian context. Therefore, hate speech should be minimized based on the role of education, specifically interreligious education. This is religious education with an interreligious approach from collaborative efforts of religions that emphasize ethics. This research aims to analyze the potential of interreligious education in minimizing hate speech on social media. This research used a qualitative method by utilizing previous research and observing user’s behavior in social media content. We discovered that interreligious education has the potential as a collaborative approach in minimizing hate speech and maximizing love speech, as well as rethinking the function of social media. Essentially, interreligious education with its many settings, including in school and virtual space, supports the implementation of religious moderation. Social media users and religious communities are given the education to prioritize virtues and communicate in an informative, persuasive, and charitable way. [Media sosial memang menyediakan manfaat bagi para pengguna untuk mengekspresikan bahasa, tetapi juga bisa disalahgunakan dengan maksud mengujarkan kebencian atau yang disebut dengan hate speech. Ternyata, para pengguna media sosial tertentu turut melakukan hate speech terkait kampanye politik di Indonesia. Untuk mencegah pesaing dapat menang, pendukung tertentu melakukan strategi dalam bentuk hate speech. Tentu saja, hate speech merupakan bagian yang mengganggu tatanan kehidupan manusia dalam konteks Indonesia. Maka dari itu, hate speech seyogianya diminimalkan berdasarkan peran pendidikan, secara khusus pendidikan interreligius. Ini adalah pendidikan agama dengan pendekatan interreligius dari usaha kolaborasi  agama-agama yang menekankan etika. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi pendidikan interreligius dalam meminimalkan hate speech di media sosial. Penelitian ini memakai metode kualitatif dengan memanfaatkan penelitian terdahulu dan observasi terhadap perilaku pengguna dalam konten media sosial. Peneliti menemukan bahwa pendidikan interreligius memiliki potensi sebagai pendekatan kolaboratif yang berperan meminimalkan hate speech dan memaksimalkan love speech, serta memikirkan kembali fungsi media sosial. Secara esensial, pendidikan interreligius dengan setting yang bervariasi, seperti di sekolah dan dunia virtual, mendukung pelaksanaan moderasi beragama. Para pengguna media sosial dan umat beragama diberi edukasi untuk mengedepankan kebajikan dan berkomunikasi yang informatif, persuasif, dan karitatif.]
Analisis Fenomenologi Interpretatif tentang Motivasi menjadi Pendeta pada Penyandang Disabilitas Otniel, Nole Aurelius; Ranimpi, Yulius Yusak; Lauterboom, Mariska
Psikodimensia: Kajian Ilmiah Psikologi Vol 23, No 1: Juni 2024
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/psidim.v23i1.11691

Abstract

Setiap orang mempunyai motivasi yang unik, termasuk dalam diri seorang penyandang disabilitas fisik yang mempunyai motivasi menjadi pendeta. Umumnya, pendeta digambarkan sebagai sosok yang bekerja berdasarkan citra dan fungsi yang cekatan, sedangkan insan dengan disabilitas fisik tidak mempunyai karakteristik itu sepenuhnya. Adapun penelitian-penelitian yang berbicara tentang disabilitas dari sudut pandang psikologis dalam konteks Kristen sungguh jarang dilakukan di Indonesia. Untuk mengisi kesenjangan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pengalaman seorang partisipan penyandang disabilitas fisik yang memiliki motivasi menjadi pendeta di masa depan. Metode penelitian ini ialah kualitatif dengan studi kasus sebagai desainnya dan fenomenologi sebagai tipenya. Peneliti mengumpulkan data dengan wawancara semi-terstruktur dan menganalisisnya dengan pendekatan analisis fenomenologi interpretatif (AFI). Peneliti menunjukkan tiga kategori berupa tema, yakni pengalaman sebagai insan dengan disabilitas, makna mengenai Tuhan, dan motivasi menjadi pendeta. Pengalaman hidup partisipan mencerminkan aspek mental, sosial, dan spiritual. Dedikasi partisipan tampak pada tujuan untuk melayani Tuhan dengan menjadi pendeta di masa depan. Dia memahami bahwa keterbatasan fisik bukan penghalang dan menyadari bahwa dirinya sebagai pribadi yang berharga. Perilaku partisipan menggambarkan alasan mengenai otonomi, kompetensi, dan keterkaitan.
Model Konseling Rekonsiliasi Di Rifka Annisa: Studi Kasus Pelaku Dan Korban Kekerasan Seksual Sahentendi, Dianita; Tampake, Tony; Lauterboom, Mariska
Jurnal Bimbingan dan Konseling Pandohop Vol 5 No 1 (2025): Jurnal Bimbingan dan Konseling Pandohop
Publisher : Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37304/pandohop.v5i1.14908

Abstract

The high number of sexual violence against women is an important alarm for special attention from every element of society in preventing and handling the issue of sexual violence. So that sexual violence becomes one of the important issues that researchers will raise in this study. To break the chain of sexual violence, researchers believe that both perpetrators and victims must be involved in every existing process, for that reconciliation counseling is needed to bridge the process. This paper aims to describe and analyze how the reconciliation counseling model is carried out by Rifka Annisa for perpetrators and victims of sexual violence. The method used is qualitative research with a phenomenological approach, and interviews and documentation as methods in data collection. The results of this study found that reconciliation counseling was carried out for perpetrators and victims of violence including sexual violence who were married couples, this counseling was carried out based on the desire of both parties to repair their relationship in the hope that violence would not recur or based on reports received, in the process Rifka Annisa has the awareness that violence in any form including sexual violence can be stopped if the perpetrators and victims are both handled and committed to no longer experiencing sexual violence.
Representasi Folksong dan Memori Kinetik dalam Nyanyian Jemaat Gereja Protestan Maluku Mahoklory, Novian Hendrik; Lattu, Izak Y.M; Lauterboom, Mariska
ARUMBAE: Jurnal Ilmiah Teologi dan Studi Agama Vol 6, No 2 (2024)
Publisher : Program Pascasarjana UKIM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37429/arumbae.v6i2.1269

Abstract

This article aims to examine the Maluku Protestant Church (GPM) Congregation Songbook using the kinetic memory study to find the representation of folksong in implementing worship in Maluku.  The author uses descriptive qualitative methods with data collection techniques and interviews with key informants, including the GPM synod chairman and two songwriters from this congregational songbook, to obtain the desired results. Based on the results of the research, the author found that it is true that the GPM congregational songbook is the work of the Maluku people used in the worship life of the Maluku people, which is inseparable from the context of the social and cultural life of the Maluku people so that this congregational song can be referred to as the folksong of the Maluku people which is contextualized by theological and cultural understanding. The next finding also presents several song titles and lyrics that contain kinetic memory so that when sung with body movements, it will liven up the atmosphere of worship that is more vibrant and excite the congregation. 
KEDUKAAN DALAM KEPERCAYAAN JINGITIU DARI PERSPEKTIF PENDAMPINGAN KEINDONESIAAN DI SABU BARAT Yulius Ariyanto Kolo Wadu; Gunawan Yuli Agung Subrabowo; Mariska Lauterboom
Jurnal Basataka (JBT) Vol. 7 No. 2 (2024): Desember 2024
Publisher : Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Balikpapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36277/basataka.v7i2.486

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pemahaman tentang dampak kedukaan di Sabu Barat dari perspektif pendampingan keindonesiaan. Kedukaan yang menimpah masyarakat Sabu sering mengakibatkan dampak buruk. Karena itu perlu ada penanganan atau upaya untuk menolong mereka keluar dari hal-hal yang merugikan diri mereka sendiri. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi, pengumpulan data menggunakan teknik wawancara. Hasil temuan dalam penelitian ini menjelaskan bahwa, kedukaan yang dialami oleh masyarakat yang berduka memberi dampak yang serius. Dampak yang dialami dapat berakibat fatal bagi masyarakat seperti: terganggu sescara psikologis dan sikis yang brujung pada depresi. Penulis juga menemukan bahwa kesedihan mendalam yang dialami oleh masyarakat merupakan sebuah sekat untuk kehidupan yang berkelanjutan. Kemudian penulis menemukan bahwa Ritual yang digunakan dalam proses duka ini ternyata digunakan untuk mendampingi keluarga yang sedang mengalami kedukaan mendalam. Selain itu, nilai-nilai dalam ritual yang terkandung dalam keyakinan jingitiu dapat dijadikan sebagai penolong bagi masyarakat yang tengah berduka. Nilai yang ditemukan adalah, nilai agama, nilai altruistik, dan nilai kemanusiaan (gotong royong). Nilai-nilai yang terkandung dalam keyakinan Jingitua ini memberikan ruang bagi keluarga yang berduka untuk meminimalisir kesedihan yang mereka hadapi. Karena itu, penulis menggunakan teori Jacob Dan Engel “Pendampingan Keindonesiaan” untuk memperkuat temuan yang diteliti.
Peran Islam dalam Membangun Advokasi Anti Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia Susanti, Christin Amelia; Tampake, Tony; Lauterboom, Mariska
MOMENTUM : Jurnal Sosial dan Keagamaan Vol 14 No 1 (2025): MOMENTUM MEI 2025
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Sekolah Tinggi Islam Blambangan (STIB) Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58472/momentum.v14i1.189

Abstract

Violence against women is a global issue experienced by every country, including Indonesia. Aspects that are considered dominant and strong in society are needed in order to build equality, one of which is the religious aspect. In particular, Islam supports women. Through this article, we want to examine the role of Islam in efforts to build advocacy for women in Indonesia. This research uses a qualitative library research approach, by describing the reality of the Islamic religion to build advocacy for women in Indonesia. Collecting primary and secondary data through relevant literature based on the topic of the writing. The theory used to analyze is subaltern theory by Gayatri Chakravorty Spivak. The main argument is that the Islamic religion seeks to advocate anti-violence against women based on human values in Islam. The findings from this paper confirm that the Islamic religion highlights two factors that influence violence against women, namely cultural values and religious teachings.  The Islamic religion in the modern context and through the Islamic feminism movement seeks to advocate and oppose violence against women.