Social media provides benefits for users to express language, but it can also be misused to express hatred, or what is called hate speech. It turns out that certain social media users also carry out hate speech regarding political campaigns in Indonesia. To prevent competitors from winning, certain supporters carry out strategies in the form of hate speech. Of course, hate speech is part of what disrupts the order of human life in the Indonesian context. Therefore, hate speech should be minimized based on the role of education, specifically interreligious education. This is religious education with an interreligious approach from collaborative efforts of religions that emphasize ethics. This research aims to analyze the potential of interreligious education in minimizing hate speech on social media. This research used a qualitative method by utilizing previous research and observing user’s behavior in social media content. We discovered that interreligious education has the potential as a collaborative approach in minimizing hate speech and maximizing love speech, as well as rethinking the function of social media. Essentially, interreligious education with its many settings, including in school and virtual space, supports the implementation of religious moderation. Social media users and religious communities are given the education to prioritize virtues and communicate in an informative, persuasive, and charitable way. [Media sosial memang menyediakan manfaat bagi para pengguna untuk mengekspresikan bahasa, tetapi juga bisa disalahgunakan dengan maksud mengujarkan kebencian atau yang disebut dengan hate speech. Ternyata, para pengguna media sosial tertentu turut melakukan hate speech terkait kampanye politik di Indonesia. Untuk mencegah pesaing dapat menang, pendukung tertentu melakukan strategi dalam bentuk hate speech. Tentu saja, hate speech merupakan bagian yang mengganggu tatanan kehidupan manusia dalam konteks Indonesia. Maka dari itu, hate speech seyogianya diminimalkan berdasarkan peran pendidikan, secara khusus pendidikan interreligius. Ini adalah pendidikan agama dengan pendekatan interreligius dari usaha kolaborasi agama-agama yang menekankan etika. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi pendidikan interreligius dalam meminimalkan hate speech di media sosial. Penelitian ini memakai metode kualitatif dengan memanfaatkan penelitian terdahulu dan observasi terhadap perilaku pengguna dalam konten media sosial. Peneliti menemukan bahwa pendidikan interreligius memiliki potensi sebagai pendekatan kolaboratif yang berperan meminimalkan hate speech dan memaksimalkan love speech, serta memikirkan kembali fungsi media sosial. Secara esensial, pendidikan interreligius dengan setting yang bervariasi, seperti di sekolah dan dunia virtual, mendukung pelaksanaan moderasi beragama. Para pengguna media sosial dan umat beragama diberi edukasi untuk mengedepankan kebajikan dan berkomunikasi yang informatif, persuasif, dan karitatif.]