La Janu
Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Published : 22 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

PENYEMBUHAN PENYAKIT MELALUI RUQYAH SYAR’IYYAH Sartika Sry Asriana; La Janu; Ahmat keke
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 4 No 2 (2020): Volume 4, Nomor 2, Juli - Desember 2020
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.188 KB) | DOI: 10.33772/kabanti.v4i2.955

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses penyembuhan penyakit pada pasien melalui ruqyah syar’iyyah dan untuk mengetahui alasan pasien memilih penyembuhan melalui ruqyah syar’iyyah di Kelurahan Watonea. Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling. Penelitian ini menggunakan teori etiologi penyakit personalistik (Foster & Anderson, 1996) didampingi dengan teori pengambilan keputusan (James A.F Stoner). Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif serta metode etnografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : pertama, dalam proses penyembuhan penyakit melalui ruqyah syar’iyyah terbagi atas 6 tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pembaringan, tahap dibacakan doa atau ayat, tahap pengIslaman atau penyembelihan jin, tahap duduk, dan yang terakhir tahap penyelesaian. Dan kedua, alasan yang didapatkan dari 9 pasien yaitu rata-rata mereka memilih ruqyah syar’iyyah disebabkan beberapa faktor yaitu, pertama, pasien capek dan putus asa dalam melakukan pengobatan medis. Kedua, tidak mau mengkonsumsi obat-obatan medis atau ramuan. Ketiga, capek dalam berobat ke alternatif lain atau berdukun. Dan keempat, memiliki pengalaman tidak mengenakkan.
NELAYAN RUMPON (ROMPO) DI DESA HOLIMOMBO JAYA KECAMATAN PASARWAJO KABUPATEN BUTON Darmin Darmin; Nasrudin Suyuti; La Janu
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 2 No 2 (2018): Volume 2 Nomor 2, Juli - Desember 2018
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (176.021 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan aktivitas nelayan rumpon di Desa Holimombo Jaya, Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton.. Penelitian ini menggunakan teori fungsional Bronislaw Malinowski bahwa segala aktivitas manusia itu sebenarnya untuk memuaskan sesuatu rangkaian kebutuhan naluri makhluk manusia yang berhubungan dengan kehidupannya. Metode etnografis adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik pengamatan terlibat (participant observation) dan wawancara mendalam (indepth interview), selanjutnya data-data dianalisis untuk dideskriptifkan sebagai laporan penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa aktifitas nelayan rumpun nelayan rumpun dilakukan sepanjang waktu, baik pada musim angin timur (musino cimburu) musim barat (musino bhara), baik siang hari maupun malam hari. Oleh karena itu, nelayan rumpon membutuhkan pengorbanan waktu, tenaga dan materi yang tidak sedikit. Pertama, menyiapkan bahan baku pembuatan rumpon; kedua, membuat rumpon; ketiga, menyiapkan perlengkapan berupa kapal (kapala), mesin (masina), bahan kabar (mina) dan jaring (jare); keempat, mengambil hasil tangkapan; kelima, distribusi hasil tangkapan dan keenam, alokasi hasil produksi.
PERALIHAN MATA PENCAHARIAN ORANG BAJO DARI NELAYAN MENJADI BURUH PABRIK Miftahul Janna; Akhmad Marhadi; La Janu
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 5 No 1 (2021): Volume 5 Nomor 1, Januari - Juni 2021
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.175 KB) | DOI: 10.33772/kabanti.v5i1.1098

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan peralihanmmata pencaharianmOrang Bajo dari nelayanmmenjadi buruh pabrik (Studi di Desa Bungingkela, Kecamatan Bungku Selatan, Kabipaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah). Teori yang digunakan adalah teori fenomenologi Alfred Schutz. Metode penelitian yang digunakan adalah metode etnografi berupa deskripsi mendalam, dan pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara terkait. Hasilnya menunjukkan bahwa penurunan pendapatan nelayan dipengaruhi oleh limbah pabrik serta tingginya penghasilan menjadi buruh pabrik dibandingkan dengan nelayan. selain itu peralihan mata pencaharian Orang Bajo dari nelayan menjadi buruh pabrik dipengaruhimolehmbeberapa faktor yaitumsebagai berikut; 1) faktor kurangnya lapangan pekerjaan, 2) faktor ekanomi, 3) faktor pendidikan, 4) faktor persaingan hidup, 5) faktor kesempatan kerja, dan 6) faktor upah kerja.
TARIAN SAJOMOANE Sarifudin Sarifudin; La Janu; Abdul Jalil
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 5 No 2 (2021): Volume 5 Nomor 2, Juli - Desember 2021
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.522 KB) | DOI: 10.33772/kabanti.v5i2.1278

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan makna simbolik dan nili-nilai yang terkandung didalam tarian sajomoane.Untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan teori interpretasi simbolik Clifford Geertz. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik penelitian lapangan (field work) dengan menggunakan dua (2) metode yaitu pengamatan (observation) dan wawancara mendalam (indeepth interview). Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan menggunakan metode etnografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tarian sajomoane adalah tarian “sakral” dan merupakan tarian perang olehnya itu tarian ini dimainkan oleh kaum laki-laki yang sehat bugar dan tubuhnya kuat dan kekar.Tarian ini merupakan penjemputan yaitu diperuntukan atau dipersembahkan untuk menjemput tamu-tamu terhormat atau tamu-tamu kerajaan. Adapun makna simbol yang terkandung dalam tarian sajomoane seperti gerakan persiapan pasukan sebagai gerakan awal dalam tarian bermakna menggambarkan keadaan dan kesiapan pasukan untuk melakukan pengintaian terhadap musuh. Selanjutnya gerakan pengintaian musuh oleh pasukan gerakan yang dilakukan yaitu penari masuki area atau lapangan dengan berlari-lari, dan mengancungkan parang keatas dan membentuk formasi barisan empat banjar yang diiringi oleh tabuhan gong bemakna menggambarkan pasukan yang telah melaksanakan pengintaian dan bersiap melaporkan hasil pengintaian tesebut kepada komandan atau pimpinan pasukan utama. Nilai dalam tarian sajomoane yaitu nilai estetika, nilai budaya, dan nilai pendidikan.
MEKANISME PENYELENGGARA PEMBANTU PENGHULU (P3) DALAM MENYELESAIKAN HAMBATAN PERNIKAHAN PADA MASYARAKAT DI DESA WUNGKA KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI Merlin Merlin; La Janu
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 6 No 1 (2022): Volume 6 Nomor 1, Juni 2022
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/kabanti.v6i1.1448

Abstract

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hambatan pernikahan yang diselesaikan melalui Penyelenggara Pembantu Penghulu (P3) dan juga untuk mengetahui mekanisme penyelesaian hambatan pernikahan melalui P3. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi (pengamatan), dan wawancara (interview). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hambatan yang sering terjadi dalam pernikahan di Desa Wungka Kecamatan Wangi-Wangi Selatan adalah hambatan ekonomi dan perjodohan. Adapun mekanisme penyelesain hambatan itu dengan cara potodenako (kawin lari). Kawin lari hanya bisa dilakukan di rumah imam atau Penyelenggara Pembantu Penghulu (P3) dengan tahapan menikah: Datang di kediaman P3, Musyawarah dan menentukan hari baik sesuai kepercayaan masyarakat Wakatobi, Ijab kabul. Meskipun potodenako (kawin lari) adalah bentuk penyimpangan namun masih banyak yang menyelesaikan masalahnya dengan kawin lari tersebut.
CADAR SEBAGAI PILIHAN DALAM BERAKAIAN PADA MAHASISWI FIB UHO Basri Hamisi; La Janu
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol. 6 No. 2 (2022): Volume 6 Nomor 2, Desember 2022
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to find out and describe the reasons why FIB UHO students use the veil and how to deal with negative stigma when in a public environment, how to choose the type of vehicle, and how to adapt in the learning process. The results showed that there were three main factors that became the main reason for female students to use the veil, namely the veil as an identity of goodness, the organizational doctrine adopted, and environmental factors. The ways in which veiled students overcome obstacles are divided into several points, including how to deal with negative stigma, how to choose the type of vehicle when traveling and how to adapt to the campus environment. Overcoming negative stigma is done by displaying good behavior, being patient, showing achievements, giving explanations and removing the veil while in the family environment in the village. The methods used in choosing the type of vehicle when traveling are renting an ojek with a female driver, asking family or relatives to take them, using public transportation (pete-pete) when there are female passengers and walking if this is not possible. Use public transportation. To adapt to the campus environment, the way to do it is to choose a front seat so that later when given the opportunity to speak, the voice of a veiled woman can be heard clearly.
BUDAYA LOKAL DALAM MEMBANGUN KETAHANAN EKONOMI MASYARAKAT DESA BONE LOLIBU KECAMATAN BONE KABUPATEN MUNA Hariani Hariani; La Janu
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol. 7 No. 1 (2023): Volume 7, Nomor 1, Juni 2023
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to explain the function of local culture in building the economic resilience of the people of Bone Lolibu Village, Bone District, Muna Regency. The research method used is a qualitative method. The results of this research. The development of social life in building the economic resilience of the people of Bone Lolibu Village has progressed along with the development of science and technology, so little by little, there has been a change in the form of the grass cleaning tools used. Local culture is all forms of wisdom based on good values ​​that are believed, applied, and maintained for quite a long time (from generation to generation) by a group of people from the Bone Libu Village community. The culture of gotong royong has become a tradition for the people of Bone Lolibu, every time they have community events they help one another without being called on by them to come voluntarily. In increasing the economic resilience of the people of Bone Lolibu Village, clearing land for farming such as corn, beans, cassava, and sweet potatoes which are still planted traditionally because the people do not have the knowledge or education so they do according to what is known so far.
KAWIA : RITUAL PERKAWINAN PADA ORANG CIA-CIA WABULA DI DESA WABULA KECAMATAN WABULA KABUPATEN BUTON Novianti Novianti; La Janu
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol. 7 No. 2 (2023): Volume. 7 Nomor 2. Desember 2023
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The marriage rituals of the cia-cia wabula people in wabula Village show that in the marriage customs of the Wabula people recognize 2 (two) forms of marriage, namely marriage ramai (kawia rame) and marriage lari (kawia popolaiaso). marriage ramai (kawia rame) is a marriage that occurs in accordance with the expectations of parents whose sequence follows the sequence of procedures and protocols that have been determined by official custom and are openly known to the public. The stages of implementation include the pisoloi stage (tracing the candidate), the kabheka-bheka stage (peeking, reviewing the prospective wife), the tauano pulu stage (binding words), losa (proposal and proposal), the bhawa ano tangabha stage (delivering the proposal), langgoa (the process of setting foot for the first time at the prospective wife's house), bhawa'ano singkaru (delivering the fiancé's ring), and the kawia stage (marriage ceremony) While a runaway marriage (kawia popolaiaso) is a marriage which in its implementation does not follow the rules of the applicable marriage customs. While kawi popolaiaso is carried out in stages: (a) the lovers are of the same mind to elope secretly; (b) the two of them arrive at the residence of the local priest or KUA.  
TARIAN SAJOMOANE Sarifudin Sarifudin; La Janu; Abdul Jalil
JURNAL KABANTI: Kerabat Antropologi Vol 5 No 2 (2021): Volume 5, Nomor 2, Desember 2021
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/kabanti.v5i2.1278

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan makna simbolik dan nili-nilai yang terkandung didalam tarian sajomoane.Untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan teori interpretasi simbolik Clifford Geertz. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik penelitian lapangan (field work) dengan menggunakan dua (2) metode yaitu pengamatan (observation) dan wawancara mendalam (indeepth interview). Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan menggunakan metode etnografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tarian sajomoane adalah tarian “sakral” dan merupakan tarian perang olehnya itu tarian ini dimainkan oleh kaum laki-laki yang sehat bugar dan tubuhnya kuat dan kekar.Tarian ini merupakan penjemputan yaitu diperuntukan atau dipersembahkan untuk menjemput tamu-tamu terhormat atau tamu-tamu kerajaan. Adapun makna simbol yang terkandung dalam tarian sajomoane seperti gerakan persiapan pasukan sebagai gerakan awal dalam tarian bermakna menggambarkan keadaan dan kesiapan pasukan untuk melakukan pengintaian terhadap musuh. Selanjutnya gerakan pengintaian musuh oleh pasukan gerakan yang dilakukan yaitu penari masuki area atau lapangan dengan berlari-lari, dan mengancungkan parang keatas dan membentuk formasi barisan empat banjar yang diiringi oleh tabuhan gong bemakna menggambarkan pasukan yang telah melaksanakan pengintaian dan bersiap melaporkan hasil pengintaian tesebut kepada komandan atau pimpinan pasukan utama. Nilai dalam tarian sajomoane yaitu nilai estetika, nilai budaya, dan nilai pendidikan.
MEKANISME PENYELENGGARA PEMBANTU PENGHULU (P3) DALAM MENYELESAIKAN HAMBATAN PERNIKAHAN PADA MASYARAKAT DI DESA WUNGKA KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI Merlin Merlin; La Janu
JURNAL KABANTI: Kerabat Antropologi Vol 6 No 1 (2022): Volume 6, Nomor 1, Juni 2022
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/kabanti.v6i1.1448

Abstract

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hambatan pernikahan yang diselesaikan melalui Penyelenggara Pembantu Penghulu (P3) dan juga untuk mengetahui mekanisme penyelesaian hambatan pernikahan melalui P3. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi (pengamatan), dan wawancara (interview). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hambatan yang sering terjadi dalam pernikahan di Desa Wungka Kecamatan Wangi-Wangi Selatan adalah hambatan ekonomi dan perjodohan. Adapun mekanisme penyelesain hambatan itu dengan cara potodenako (kawin lari). Kawin lari hanya bisa dilakukan di rumah imam atau Penyelenggara Pembantu Penghulu (P3) dengan tahapan menikah: Datang di kediaman P3, Musyawarah dan menentukan hari baik sesuai kepercayaan masyarakat Wakatobi, Ijab kabul. Meskipun potodenako (kawin lari) adalah bentuk penyimpangan namun masih banyak yang menyelesaikan masalahnya dengan kawin lari tersebut.