Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Kesesuaian Informasi Kontraindikasi Obat Gastrointestinal Untuk Pasien Geriatri Pada Berbagai Sumber Informasi Tersier Wirasuta, I Made Agus Gelgel; Danuswari, Anak Agung Febi; Larasanty, Luh Putu Febriyana
Acta Pharmaceutica Indonesia Vol 39, No 3 & 4 (2014)
Publisher : School of Pharmacy Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.195 KB)

Abstract

Penggunaan obat gastrointestinal meningkat seiring penurunan fungsi sistem gastrointestinal pada populasi geriatri. Informasi kontraindikasi merupakan salah satu informasi keamanan yang diperlukan bagi pasien geriatri. Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), Informasi Spesialite Obat (ISO), British National Formulary (BNF), dan Drug Information Handbook (DIH) merupakan sumber informasi tersier yang memuat informasi keamanan penggunaan obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian informasi kontraindikasi obat gastrointestinal untuk populasi geriatri pada sumber informasi tersier dengan Beers List sebagai pustaka acuan.Penelitian dilakukan dengan studi kepustakaan pada informasi kontraindikasi penggunaan obat gastrointestinal untuk pasien geriatri pada sumber literatur tersier. Sampel obat gastrointestinal diperoleh dari pendataan pada buku Farmakologi Dasar dan Klinik, diperoleh 20 jenis obat yang informasi keamanan tercantum pada keempat sumber informasi tersier yang digunakan. Informasi kontraindikasi 20 obat tersebut didata pada masing-masing sumber informasi tersier, kemudian dikonfirmasi silang dengan informasi pada Beers List, sehingga diperoleh persentase kesesuaian informasi kontraindikasi pada masing-masing sumber informasi tersier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 20 jenis obat gastrointestinal yang digunakan dalam penelitian tidak dikontraindikasikan untuk populasi geriatri. Informasi pada Beers List juga menyatakan bahwa penggunaan obat tersebut tidak dikontraindikasikan pada populasi geriatri, sehingga informasi kontraindikasi penggunaan obat gastrointestinal pada keempat sumber informasi tersier sesuai dengan informasi yang tercantum pada Beers List.Kata kunci: geriatri, informasi keamanan, obat gastrointestinal.AbstractUses of gastrointestinal drugs was increased as the decline in the function of the gastrointestinal system in the geriatric population. Contraindication information is one of the safety information that is required for geriatric patients. Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), Informasi Spesialite Obat (ISO), the British National Formulary (BNF), and the Drug Information Handbook (DIH) is a tertiary drug information source that includes information of safety drug use. This study aims is to determine the suitability of the information gastrointestinal drug contraindications to the geriatric population in various tertiary resources with Beers List as its reference library.This research are literature study on the use of contraindicated information of gastrointestinal drugs for geriatric patients at tertiary literature sources. Gastrointestinal drug samples listed from Basic and Clinical Pharmacology book, obtained 20 types of generic drug that safety information contained in the all of tertiary resources are used in this study. Contraindications information of those drug in each tertiary resources, then cross confirmed with the information on Beers List, in order to obtain the percentage of suitability of contraindicated information in each tertiary resources.The results showed that 20 type of gastrointestinal drugs used in this study were not contraindicated in geriatric population. Information on the Beers List also states that the use of the drug is not contraindicated in the geriatric population. It is concluded that the contraindicated information of gastrointestinal drug use in geriatric population in IONI, ISO, DIH and BNF is in accordance with the information listed on the Beers List.Keywords: geriatric, gastrointestinal drug, safety information
Pengaruh Pelayanan Kefarmasian Residensial terhadap Ketaatan dan Luaran Klinis Pasien Hipertensi Larasanty, Luh P. F; Meilinayanti, Ni Made L.; Susanti, Ni Made P.; Wirasuta, I Made A.G.
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 4, No 3 (2015)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (71.176 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2015.4.3.162

Abstract

Pada era jaminan kesehatan nasional, salah satu target pelayanan kefarmasian residensial adalah pasien hipertensi yang masuk ke dalam kategori kelompok pasien rujuk balik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelayanan kefarmasian residensial yang dilakukan apoteker terhadap ketaatan dan luaran klinis pasien hipertensi tanpa penyakit penyerta yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kotamadya Denpasar Bali. Desain penelitian ini adalah eksperimental dengan one group pre-post test design. Sebanyak 13 pasien yang memenuhi kriteria inklusi diberikan pelayanan kefarmasian residensial selama 16 kali kunjungan dalam kurun waktu tiga bulan. Skor hasil pengukuran dianalisis menggunakan regresi linier dan Uji Wilcoxon. Pelayanan kefarmasian residensial mampumeningkatkan ketaatan pasien dalam penggunaan obat, pengaturan diet, dan aktivitas fisik dari tingkat baik menjadi tingkat ketaatan tinggi (p=0,001) serta dapat meningkatkan ketaatan pasien terhadap pembatasan konsumsi alkohol dan rokok dari tingkat baik menjadi sangat baik. Pelaksanaan pelayanan kefarmasian dapat memberikan pengaruh dalam perbaikan luaran klinis pasien berupa penurunan tekanan darah sistolik (p=0,000). Pelayanan kefarmasian residensial memiliki pengaruh terhadap peningkatan ketaatan pasien terhadap penggunaan obat, pelaksanaan diet, pelaksanaan aktivitas fisik, serta terhadap pembatasan rokok dan konsumsi alkohol sehingga dapat memperbaiki luaran klinis pasien hipertensi.Kata kunci: Hipertensi, ketaatan pasien, pelayanan kefarmasian residensial, tekanan darahImpact of Pharmaceutical Home Care on Compliances and Clinical Outcomes of Hypertensive PatientsIn the Indonesian health universal coverage system the hypertensive patients that grouped into the refer back patient treatment category, is one target of pharmaceutical home care. The aim of this study was to carried out the impact of pharmaceutical home care on patient compliances and clinical outcomes ofhypertension without compeling indication out-patient on Wangaya General Hospital in the municipality of Denpasar Bali. Design research is an experimental study with one group pre-post test design. The thirteen patients who met the inclusion criteria will be given pharmaceutical home care services for 16 visits over three months period. The complianced levels were scored and statistical analyzed using linear regression and wilcoxon test. The pharmaceutical home care visit could increase the patients adherence to antihypertensive drug administration, increasing diet compliance, and adherence of physical exercise from good adherence to excellent adherence (p value=0,001), Pharmaceutical home care visit could increase patient compliance to restrictions of smoking and alcohol consumption from good adherence to very good adherence. The decreasing of the patient’s systolic blood pressure correlated to the pharmacist home visit (p value=0,000). The pharmaceutical home care has influenced on health behavior of hypertensive patients and the patients concordance to take their medication and introduced better clinical outcome.Keywords: Blood pressure, hypertension, patient compliances, pharmaceutical home care
Penilaian Pelayanan Kefarmasian Program Rujuk Balik Jaminan Kesehatan Nasional di Kotamadya Denpasar Bersadarkan Sudut Pandang Pasien Wirasuta, I Made Agus Gelgel; Wistari, Ni Made Ayu; Kosasih, Diah Ayu Nirmala; Cahyadi, Maria Fiani; Sari, Ni Putu Latsartika; Sudarni, Ni Made Rai; Sarasmita, Made Ary; Larasanty, Luh Putu Febryana
JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X Vol 8, No 1 (2016)
Publisher : Indonesian Research Gateway

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT: The aim of this study was to evaluate the implementation of pharmaceutical care in pharmacies from patient’s point of view. The questioner assessment based on expectations, perceptions and level of satisfaction of patients. The questions were grouped into universal pharmaceutical care aspect, infrastructure and medicine management, drug auditing practice and dispensary waiting time, dispensing practice, drug information and drug counseling, and drug monitoring. The patients have a very high expectation of the pharmaceutical care in aspects of universal pharmaceutical care, infrastructure and medicine management, drug auditing practice and dispensary waiting time, and dispensing practice. The patients expressed a high expectation of drug information and counseling care, and a medium expectation in the drug monitoring. The patients have very high perception only at universal pharmaceutical care along with the infrastructure and medicine management aspects, while the drug auditing practice and dispensary waiting time along with dispensing practice aspects have medium perception. The drug information and counseling care along with drug monitoring aspects have poor perception. The comprehensive assessment showed that patient satisfaction levels were low on pharmaceutical care on community practice. The high expectation of patients to pharmaceutical care was a challenge to pharmacist to improve their role in better patient care. Keywords: pharmaceutical care, pharmacy, patient expectation, perception, satisfaction ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk menilai implementasi pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek dari sudut pandang pasien. Penilaian didasarkan pada aspek harapan, persepsi dan tingkat kepuasan pasien terhadap praktek kefarmasian menggunakan kuisioner tertutup dengan penilaian berdasarkan skala Likert. Kuisioner disusun berdasarkan standar pelayanan kefarmasian di apotek tahun 2014. Pernyataan dalam kuisioner dikelompokkan ke dalam 6 aspek yaitu aspek layanan umum, sarana prasarana dan pengelolaan perbekalan Kefarmasian, pengkajian resep dan waktu tunggu, dispensing, layanan Pusat informasi obat (PIO) dan konseling, serta monitoring. Secara umum pasien memiliki harapan yang sangat tinggi pada aspek layanan umum, sarana prasarana dan perbekalan kefarmasian, pengkajian resep dan waktu tunggu, serta pada aspek dispensing, harapan pelayanan yang tinggi pada aspek layanan pusat informasi obat (PIO) dan konseling, serta harapan yang sedang pada aspek monitoring. Namun demikian, pasien memiliki persepsi yang tinggi hanya pada aspek layanan umum serta sarana prasarana dan perbekalan kefarmasian, sedangkan pada pelayanan pengkajian resep dan waktu tunggu serta dispensing memiliki tingkat persepsi sedang, serta persepsi yang sangat rendah pada pelayanan PIO dan konseling serta monitoring. Secara menyeluruh pasien memberikan tingkat kepuasan yang rendah pada pelayanan kefarmasian. Tingginya harapan pasien pada pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan standar menunjukkan tuntutan dan peluang bagi apoteker khususnya dalam peningkatan praktek asuhan kefarmasian di apotek. Kata kunci: JKN, pasien rujuk balik, asuhan kefarmasian, apotek, persepsi, kepuasan .  
Penilaian Pelayanan Kefarmasian Program Rujuk Balik Jaminan Kesehatan Nasional di Kotamadya Denpasar Bersadarkan Sudut Pandang Pasien Wirasuta, I Made Agus Gelgel; Wistari, Ni Made Ayu; Kosasih, Diah Ayu Nirmala; Cahyadi, Maria Fiani; Sari, Ni Putu Latsartika; Sudarni, Ni Made Rai; Sarasmita, Made Ary; Larasanty, Luh Putu Febryana
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 8, No 1 (2016)
Publisher : Jurnal Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.043 KB) | DOI: 10.35617/jfi.v8i1.290

Abstract

ABSTRACT: The aim of this study was to evaluate the implementation of pharmaceutical care in pharmacies from patientâ??s point of view. The questioner assessment based on expectations, perceptions and level of satisfaction of patients. The questions were grouped into universal pharmaceutical care aspect, infrastructure and medicine management, drug auditing practice and dispensary waiting time, dispensing practice, drug information and drug counseling, and drug monitoring. The patients have a very high expectation of the pharmaceutical care in aspects of universal pharmaceutical care, infrastructure and medicine management, drug auditing practice and dispensary waiting time, and dispensing practice. The patients expressed a high expectation of drug information and counseling care, and a medium expectation in the drug monitoring. The patients have very high perception only at universal pharmaceutical care along with the infrastructure and medicine management aspects, while the drug auditing practice and dispensary waiting time along with dispensing practice aspects have medium perception. The drug information and counseling care along with drug monitoring aspects have poor perception. The comprehensive assessment showed that patient satisfaction levels were low on pharmaceutical care on community practice. The high expectation of patients to pharmaceutical care was a challenge to pharmacist to improve their role in better patient care. Keywords: pharmaceutical care, pharmacy, patient expectation, perception, satisfaction ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk menilai implementasi pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek dari sudut pandang pasien. Penilaian didasarkan pada aspek harapan, persepsi dan tingkat kepuasan pasien terhadap praktek kefarmasian menggunakan kuisioner tertutup dengan penilaian berdasarkan skala Likert. Kuisioner disusun berdasarkan standar pelayanan kefarmasian di apotek tahun 2014. Pernyataan dalam kuisioner dikelompokkan ke dalam 6 aspek yaitu aspek layanan umum, sarana prasarana dan pengelolaan perbekalan Kefarmasian, pengkajian resep dan waktu tunggu, dispensing, layanan Pusat informasi obat (PIO) dan konseling, serta monitoring. Secara umum pasien memiliki harapan yang sangat tinggi pada aspek layanan umum, sarana prasarana dan perbekalan kefarmasian, pengkajian resep dan waktu tunggu, serta pada aspek dispensing, harapan pelayanan yang tinggi pada aspek layanan pusat informasi obat (PIO) dan konseling, serta harapan yang sedang pada aspek monitoring. Namun demikian, pasien memiliki persepsi yang tinggi hanya pada aspek layanan umum serta sarana prasarana dan perbekalan kefarmasian, sedangkan pada pelayanan pengkajian resep dan waktu tunggu serta dispensing memiliki tingkat persepsi sedang, serta persepsi yang sangat rendah pada pelayanan PIO dan konseling serta monitoring. Secara menyeluruh pasien memberikan tingkat kepuasan yang rendah pada pelayanan kefarmasian. Tingginya harapan pasien pada pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan standar menunjukkan tuntutan dan peluang bagi apoteker khususnya dalam peningkatan praktek asuhan kefarmasian di apotek. Kata kunci: JKN, pasien rujuk balik, asuhan kefarmasian, apotek, persepsi, kepuasan .  
Penilaian Pelayanan Kefarmasian Program Rujuk Balik Jaminan Kesehatan Nasional di Kotamadya Denpasar Bersadarkan Sudut Pandang Pasien Wirasuta, I Made Agus Gelgel; Wistari, Ni Made Ayu; Kosasih, Diah Ayu Nirmala; Cahyadi, Maria Fiani; Sari, Ni Putu Latsartika; Sudarni, Ni Made Rai; Sarasmita, Made Ary; Larasanty, Luh Putu Febryana
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 8, No 1 (2016)
Publisher : Jurnal Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.043 KB) | DOI: 10.35617/jfi.v8i1.290

Abstract

ABSTRACT: The aim of this study was to evaluate the implementation of pharmaceutical care in pharmacies from patientâ??s point of view. The questioner assessment based on expectations, perceptions and level of satisfaction of patients. The questions were grouped into universal pharmaceutical care aspect, infrastructure and medicine management, drug auditing practice and dispensary waiting time, dispensing practice, drug information and drug counseling, and drug monitoring. The patients have a very high expectation of the pharmaceutical care in aspects of universal pharmaceutical care, infrastructure and medicine management, drug auditing practice and dispensary waiting time, and dispensing practice. The patients expressed a high expectation of drug information and counseling care, and a medium expectation in the drug monitoring. The patients have very high perception only at universal pharmaceutical care along with the infrastructure and medicine management aspects, while the drug auditing practice and dispensary waiting time along with dispensing practice aspects have medium perception. The drug information and counseling care along with drug monitoring aspects have poor perception. The comprehensive assessment showed that patient satisfaction levels were low on pharmaceutical care on community practice. The high expectation of patients to pharmaceutical care was a challenge to pharmacist to improve their role in better patient care. Keywords: pharmaceutical care, pharmacy, patient expectation, perception, satisfaction ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk menilai implementasi pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek dari sudut pandang pasien. Penilaian didasarkan pada aspek harapan, persepsi dan tingkat kepuasan pasien terhadap praktek kefarmasian menggunakan kuisioner tertutup dengan penilaian berdasarkan skala Likert. Kuisioner disusun berdasarkan standar pelayanan kefarmasian di apotek tahun 2014. Pernyataan dalam kuisioner dikelompokkan ke dalam 6 aspek yaitu aspek layanan umum, sarana prasarana dan pengelolaan perbekalan Kefarmasian, pengkajian resep dan waktu tunggu, dispensing, layanan Pusat informasi obat (PIO) dan konseling, serta monitoring. Secara umum pasien memiliki harapan yang sangat tinggi pada aspek layanan umum, sarana prasarana dan perbekalan kefarmasian, pengkajian resep dan waktu tunggu, serta pada aspek dispensing, harapan pelayanan yang tinggi pada aspek layanan pusat informasi obat (PIO) dan konseling, serta harapan yang sedang pada aspek monitoring. Namun demikian, pasien memiliki persepsi yang tinggi hanya pada aspek layanan umum serta sarana prasarana dan perbekalan kefarmasian, sedangkan pada pelayanan pengkajian resep dan waktu tunggu serta dispensing memiliki tingkat persepsi sedang, serta persepsi yang sangat rendah pada pelayanan PIO dan konseling serta monitoring. Secara menyeluruh pasien memberikan tingkat kepuasan yang rendah pada pelayanan kefarmasian. Tingginya harapan pasien pada pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan standar menunjukkan tuntutan dan peluang bagi apoteker khususnya dalam peningkatan praktek asuhan kefarmasian di apotek. Kata kunci: JKN, pasien rujuk balik, asuhan kefarmasian, apotek, persepsi, kepuasan .  
EFEK PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETES TERHADAP LUARAN TERAPI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI ULKUS KAKI DIABETIK DI RSUP SANGLAH DENPASAR Samba, N. M. R. A. M; Sukarmini, N. N. F.; Lestari, N. K. S.; Sarasmita, M. A.; Larasanty, Luh Putu Febriana
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 5 No 2 (2019): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v5i2.434

Abstract

Ulkus Kaki Diabetik (UKD) merupakan salah satu komplikasi dari Diabetes Melitus (DM), dimana penderita DM memiliki risiko 15% terjadinya UKD selama hidupnya. Risiko UKD akibat DM dapat dikurangi dengan melakukan penatalaksanaan terapi DM yang tepat, salah satunya dengan menggunakan obat antidiabetes baik dengan Obat Hipoglikemi Oral (OHO), Insulin ataupun kombinasi keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis obat antidiabetes yang digunakan oleh pasien DM tipe 2 dengan UKD serta mengetahui bagaimana luaran terapi dari penggunaan obat. antidiabetes tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif observasional. Data yang digunakan adalah data rekam medis pasien DM tipe 2 dengan UKD antara bulan Januari hingga Desember 2018 yang diperoleh dari Instalasi Rekam Medis RSUP Sanglah Denpasar. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan statistik (Paired T-Test). Hasil penelitian diperoleh 43 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Seluruh pasien menerima terapi kombinasi insulin, yang terdiri dari kombinasi insulin Glargine + Aspart (n=32) dan Glargine + Glulisine (n=11). Penggunaan kombinasi Glargine + Aspart dan Glargine + Glulisine keduanya mampu memberikan penurunan yang signifikan pada kadar glukosa darah puasa dan kadar glukosa darah 2 jam post prandial dengan penurunan rata-rata dan nilai signifikansi berturut-turut yaitu 85,00±77,718 mg/dL (p=0,000); 85,656±70,276 mg/dL (p=0,000); 92,545±66,656 mg/dL (p=0,001) dan 86,818±59,189 mg/dL (p=0,001).
Pengaruh Pelayanan Kefarmasian Residensial terhadap Ketaatan dan Luaran Klinis Pasien Hipertensi Luh P. F Larasanty; Ni Made L. Meilinayanti; Ni Made P. Susanti; I Made A.G. Wirasuta
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 4, No 3 (2015)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.214 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2015.4.3.162

Abstract

Pada era jaminan kesehatan nasional, salah satu target pelayanan kefarmasian residensial adalah pasien hipertensi yang masuk ke dalam kategori kelompok pasien rujuk balik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelayanan kefarmasian residensial yang dilakukan apoteker terhadap ketaatan dan luaran klinis pasien hipertensi tanpa penyakit penyerta yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kotamadya Denpasar Bali. Desain penelitian ini adalah eksperimental dengan one group pre-post test design. Sebanyak 13 pasien yang memenuhi kriteria inklusi diberikan pelayanan kefarmasian residensial selama 16 kali kunjungan dalam kurun waktu tiga bulan. Skor hasil pengukuran dianalisis menggunakan regresi linier dan Uji Wilcoxon. Pelayanan kefarmasian residensial mampumeningkatkan ketaatan pasien dalam penggunaan obat, pengaturan diet, dan aktivitas fisik dari tingkat baik menjadi tingkat ketaatan tinggi (p=0,001) serta dapat meningkatkan ketaatan pasien terhadap pembatasan konsumsi alkohol dan rokok dari tingkat baik menjadi sangat baik. Pelaksanaan pelayanan kefarmasian dapat memberikan pengaruh dalam perbaikan luaran klinis pasien berupa penurunan tekanan darah sistolik (p=0,000). Pelayanan kefarmasian residensial memiliki pengaruh terhadap peningkatan ketaatan pasien terhadap penggunaan obat, pelaksanaan diet, pelaksanaan aktivitas fisik, serta terhadap pembatasan rokok dan konsumsi alkohol sehingga dapat memperbaiki luaran klinis pasien hipertensi.Kata kunci: Hipertensi, ketaatan pasien, pelayanan kefarmasian residensial, tekanan darahImpact of Pharmaceutical Home Care on Compliances and Clinical Outcomes of Hypertensive PatientsIn the Indonesian health universal coverage system the hypertensive patients that grouped into the refer back patient treatment category, is one target of pharmaceutical home care. The aim of this study was to carried out the impact of pharmaceutical home care on patient compliances and clinical outcomes ofhypertension without compeling indication out-patient on Wangaya General Hospital in the municipality of Denpasar Bali. Design research is an experimental study with one group pre-post test design. The thirteen patients who met the inclusion criteria will be given pharmaceutical home care services for 16 visits over three months period. The complianced levels were scored and statistical analyzed using linear regression and wilcoxon test. The pharmaceutical home care visit could increase the patients adherence to antihypertensive drug administration, increasing diet compliance, and adherence of physical exercise from good adherence to excellent adherence (p value=0,001), Pharmaceutical home care visit could increase patient compliance to restrictions of smoking and alcohol consumption from good adherence to very good adherence. The decreasing of the patient’s systolic blood pressure correlated to the pharmacist home visit (p value=0,000). The pharmaceutical home care has influenced on health behavior of hypertensive patients and the patients concordance to take their medication and introduced better clinical outcome.Keywords: Blood pressure, hypertension, patient compliances, pharmaceutical home care
Identifikasi Kandungan Kimia Ekstrak Terpurifikasi Herba Sambiloto Warditiani N.K.; Larasanty L.P.F.; Widjaja I.N.K; Juniari N.P.M.; Nugroho A.E.; Pramono S.
Jurnal Farmasi Udayana Vol. 3, No. 1, Tahun 2014
Publisher : Departement of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Natural Science, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.906 KB)

Abstract

Herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Ness)  merupakan salah satu tanaman yang banyak digunakan dalam pengobatan tradisional untuk berbagai penyakit. Herba sambiloto telah dilaporkan  memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi, antibakteri, antipiretik, antioksidan, hepatoprotektor,dan  antidiabetes. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui  kandungan kimia yang terdapat dalam ekstrak terpurifikasi herba sambiloto. Ekstrak terpurifikasi dibuat dengan  mengekstraksi serbuk herba sambiloto dengan metode maserasi menggunakan etanol 90%. Kemudian dilakukan purifikasi bertahap menggunakan pelarut  n-hexan, etil asetat dan air. Identifikasi kandungan kimia yang dilakukan terhadap ekstrak terpurifikasi untuk medeteksi golongan kandungan kimia minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, saponin, steroid dan terpenoid. Hasil uji menunjukan bahwa ekstrak terpurifikasi herba sambiloto mengandung senyawa golongan terpenoid dan flavonoid.
Penetapan Kadar Andrografolid dalam Ekstrak Terpurifikasi Herba Sambiloto dengan KLT-Spektrofotodensitometri Warditiani, N. K; Larasanty, L. P. F; Siahaan, T. F.
Jurnal Farmasi Udayana Vol. 3, No. 2, Tahun 2014
Publisher : Departement of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Natural Science, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (110.353 KB)

Abstract

Herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Ness) memiliki kandungan utama yaitu andrografolid yang mempunyai banyak aktivitas farmakologi seperti dapat menurunkan kadar gula darah, trigliserida dan LDL, sebagai antiinflamasi, antioksidan, antidiabetes, dan antiaterosklerosis. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui  kadar andrografolid yang terdapat dalam ekstrak terpurifikasi herba sambiloto. Ekstrak terpurifikasi dibuat dengan  mengekstraksi serbuk herba sambiloto dengan metode maserasi dan dilakukan purifikasi bertahap menggunakan pelarut  n-hexan, etil asetat dan air. Pada proses penetapan kadar, standar andrografolid dan sampel ekstrak terpurifikasi herba sambiloto ditotolkan pada plat KLT Silika Gel GF254 kemudian dieluasikan dengan menggunakan fase gerak berupa campuran kloroform : metanol (9:1). Pengukuran kadar dilakukan dengan densitometer. Hasil menunjukkan bahwa panjang gelombang serapan maksimum larutan baku standar andrografolid dan ekstrak terpurifikasi sambiloto adalah sama yaitu 230 nm. Kadar andrografolid dalam ekstrak terpurifikasi herba sambiloto mengandung 29,81%  b/b  andrografolid dengan SD 0,021.
KAJIAN KELENGKAPAN INFORMASI MENGENAI INDIKASI DAN DOSIS OBAT ANTIHIPERTENSI TUNGGAL YANG DIGUNAKAN SECARA PERORAL PADA BERBAGAI SUMBER LITERATUR TERSIER Sugiarto, R. P.; Larasanty, L. P. F.; Swastini, D. A.
Jurnal Farmasi Udayana Vol. 2, No. 4, Tahun 2013
Publisher : Departement of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Natural Science, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.878 KB)

Abstract

Sumber informasi obat tersier dapat digunakan sebagai acuan dalam pemilihan maupun pencarian informasi obat guna mendukung pengobatan yang rasional pada pasien. Sumber informasi obat yang baik harus menyediakan sumber informasi yang lengkap, diantaranya adalah informasi indikasi dan dosis obat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai tingkat kelengkapan indikasi dan kesesuaian dosis pada sumber informasi tersier. Penelitian dilaksanakan dengan metode studi pustaka melalui pengumpulan informasi indikasi dan dosis obat pada sumber informasi tersier ISO, MIMS, dan IONI serta Drug Information Handbook sebagai acuanya. Nilai dari kelengkapan indikasi menggunakan sistem skoring. Interval 1 s/d 2 adalah klasifikasi rendah, > 2 s/d 3 adalah klasifikasi sedang, dan > 3 s/d 4 adalah klasifikasi tinggi. Kesesuaian dosis dihitung dengan presentase yang menunjukkan kesesuaian dosis literatur rujukan terhadap literatur acuan. Hasil analisis nilai kelengkapan indikasi untuk ketiga sumber informasi tersier ISO, MIMS, dan IONI berturut-turut sebesar 2,629; 2,854; dan 2,920 yang termasuk kedalam klasifikasi sedang. Sedangkan hasil analisis kesesuaian dosis mulai dari yang presentase kesesuaianya paling tinggi adalah IONI sebesar 74,67%; kemudian MIMS sebesar 72,50%; dan terakhir ISO sebesar 58,23%.