Philipus Nugroho Hari Wibowo
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Published : 22 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Konsep Teater Epik Brecht dalam Film Dogville Hari Wibowo, Philipus Nugroho
Journal of Urban Societys Arts Vol 12, No 2 (2012): Oktober 2012
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Film yang menggunakan panggung sebagai tempat kejadian (setting) masih jarangditemukan di Indonesia. Kalaupun ada film-film tersebut hanyalah mengisahkankehidupan orang-orang teater dengan segala aktivitas kesehariannya, ataumentransformasikan naskah-naskah panggung menjadi sebuah film. Film Dogvillekarya sineas Denmark, Lars von Trier, menggunakan konsep pemanggunganteater dalam penggarapan filmnya.Dalam film tersebut, setting sebuah kota hanyadihadirkan disebuah studio besar (panggung) dengan garis-garis kapur yangdianggap mewakili berbagai macam benda ataupun dinding yang memisahkan satutempat dengan tempat lainnya. Furnitur yang dihadirkan sangat minimalis, hanyabeberapa benda saja yang dihadirkan yang dianggap cukup mengidentifikasikantempat tersebut. Background yang dipakai hanya layar hitam dan putih untukmembedakan adegan malam dan adegan siang. Berdasarkan kesamaan strukturpembentuk yang terdapat dalam film (narasi) dan teater, yaitu tema, alur,penokohan, dan setting yang dipaparkan secara deskriptif, dapat dibuktikan bahwaKonsep Teater Epik Brecht yang selama ini diterapkan dalam panggung bisaditerapkan dalam film Dogville. Brecht’s Concept of EpicTheaterin Dogville Film. Films using the stage as the scene(setting) are still rare in Indonesia, even if there are only films that tell us about the lifeof the theatre (stage) with all activities of daily life, or transforming the manuscripts stage(theater) into a movie. LarsvonTrier, Dannish film maker, made Dogville – it uses theconcept of theatrical staging in the process of the film making. In the film, a city settingis just presented in a large studio (stage) with the chalk lines are considered to representa wide range of objects or wall that separate sone place to another one. Presenting veryminimalist furniture, only a few objects are presented and sufficient to identify the place.Background screens use only black and white to distinguish the scenes and the scenesduring the night. Based on the similarity of structure formation contained in the film(narrative) and the theatre, the themes, Alur, characterizations and settings are presenteddescriptively.Then it can be proved that the Brecht’s concept of epic theater which hasalready been applied lately on the stage can be applied in Dogville film.
Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer sebagai Dasar Penciptaan Skenario Philipus Nugroho Hari Wibowo
Rekam : Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi Vol 11, No 1 (2015): April 2015
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v11i1.1291

Abstract

Penciptaan ini mengadaptasi novel Gadis Pantai karya Pramoedya  Ananta Toer (Pram) menjadi skenario. Kepiawaian Pram dalam menulis novel tidak diragukan lagi. Banyak karya Pram yang menjadi best seller, dari tangannya lahir karya-karya yang hebat, berbagai penghargaan pernah ia dapatkan, hingga nominasi nobel.  Karya Pram sampai saat ini belum ada yang berhasil difilmkan,  mungkin masa lalu Pram yang dekat dengan Lekra yang membuat seperti ini. Ide menjadi hal yang paling penting dalam sebuah skenario (film), Ide mengadaptasi novel menjadi pilihan yang jitu. Mengingat banyak film yang memenangkan penghargaan merupakan film adaptasi dari novel-novel best seler.Gadis Pantai Pramoedya Ananta Toer’s Novel as a Basic Scenario Creation. The creation is adapting the novel Gadis Pantai by Pramoedya Ananta Toer into a scenario. There is no doubt about Pram expertise in writing novels, many works of Pram considered as best seller, many great works were born from his hands, he has received the various awards, moreover, he was nominated as a nobel nominee. To this moment, there is no such works of Pram which is successfully filmed,it is  probably because in his past time, Pram has been considered as a person who is “near” to LEKRA. An idea becomes the most important thing in making a screenplay (movie), The idea of adapting the novel becomes a workable option. As there have been many films that are also adaptated from the best seller novels.
Ande-Ande Lumut: Adaptasi Folklor ke Teater Epik Brecht Philipus Nugroho Hari Wibowo
Resital: Jurnal Seni Pertunjukan (Journal of Performing Arts) Vol 13, No 1 (2012): Juni 2012
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/resital.v13i1.502

Abstract

Karya ini mengadaptasi folklor “Ande-Ande Lumut” sebagai ide dasar penciptaannya. Folklor ini dituangkan dalam pementasan teater berjudul “Kemuning”. Folklor “Ande-Ande Lumut” merupakan turunan dari cerita Panji yang menceritakan pengembaraan Raden Panji mencari Putri Candrakirana. Cerita Panji tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi dikenal hingga Asia Tenggara dan Jepang. Perkembangan teori adaptasi begitu pesat, apapun kini bisa dijadikan obyek adaptasi, puisi, novel, drama panggung, lukisan, tarian, dan video games. “Kemuning” ini dikemas dengan konsep pemanggungan teater epik Brecht. Hal ini merupakan suatu upaya mencari bentuk baru (pembacaan) dalam cerita “Ande-Ande Lumut”. Teater Epik menolak salah satu unsur utama dari drama Aristotelesyang telah dikembangkan dengan metode Stanislavsky, yaitu harus adanya empati (rasa ikut mengalami) dalam sebuah pementasan. Menurut Brecht proses ini telah menyebabkan suatu akibat yang mestinya dihindari, karena mengakibatkan sikap pasif dalam diri penonton. Maka ia membuat teori tentang menghancurkan ilusi, cara interupsi, dan tetap mengontrol emosi. Brecht identik dengan tema-tema sosial dalam karyanya. khususnya tema yang mengangkat nasib orang kecil yang harus menderita karena kebijakan penguasa. Biasanya kisahnya seputar persoalan buruh dan majikan. Pementasan “Kemuning” ini mengangkat kehidupan para pelacur yang masih identik dengan hal-hal negatif. Padahal mereka dibutuhkan dalam masyarakat. Tapi kadang kala mereka menjadi kambing hitam yang harus selalu disalahkan. Secara tersirat pementasan ini bertujuan memperjuangkan kehidupan para pelacur. Penonton diajak melihat sudut pandang yang lain tentang kehidupan pelacur yang selama ini dianggap buruk oleh masyarakat. Menurut Brecht teater yang baik dan yang dituntut dalam jaman moderen adalah teateryang dapat menggugah aktifi tas berfi kir yang kritis pada diri penonton. Maka pentas ini diharapkan mendorong para penikmat seni untuk melahirkan penafsiran yang penuh dengan kesadaran terhadap lingkungan sosial dan bisamenimbulkan suatu gerakan atau perubahan pada masyarakat.Kata kunci: Folklor, Ande-Ande Lumut, Adaptasi, dan Teater Epik BrechtABSTRACTAnde-Ande Lumut: The Adaptation of Folklore to the Epic Theater of Brecht. This theatrical work is adaptedfrom a popular folklore entitled Ande-Ande Lumut that is as a basic idea of its work. This folklore is performed in theatricalperformance entitled Kemuning. Ande-Ande Lumut is a story derived from the story of Panji which tells us about PrincePanji’s journey to look for Princess Candrakirana. This story is not only popular in Indonesia but also in South East Asiaand Japan. The adaptation theory is developing well; everything can be used as an adaptation object, poems, novels, dramas, paintings, dances, and video games. Kemuning is performed by the performing concept of Brecht’s epic theater. However, this is an effort to fi nd out the new form of reading in Ande-Ande Lumut story. The epic theater against one of the main elements in Aristotle’s drama that has been developed by Stanislavsky’s method; there should be an empathy in every aspect of performance. According to Brecht, this process has caused an effect which should be avoided because it brings audience’s passive attitude. Therefore, he tried to make a theory of destroying the illusion, of interrupting method, and of controlling emotion. Brecht’s identical works focus on the social themes, especially on the themes that show the poor people who are suffering from the authority’s policy. The common problems between the master and its worker are refl ected on hisstory. The Kemuning performance has tried to show the prostitutes’ life that is closed to any negative things. In fact, they are still being needed by the society. Unfortunately, sometimes they become the source of scapegoats to any troubles and are always blamed to. Implicitly, this performance is aimed to fi ght for the prostitutes’ life. The audience is invited to see the other points of view about their life that are often regarded as negative by the people. Moreover, Brecht said that a good and demanded theater in this modern era is a theater that can arouse the audience’s critical thinking activities. Therefore, this performance is supposed to be able to motivate the arts lovers in producing a critical analysis to any social awareness and in creating a new movement to any signifi cant changes in society.Keywords: Folklore, Ande-Ande Lumut, Adaptation, and Brecht’ Epic Theater
PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN OLAH TUBUH BERBASIS SILAT PGB BANGAU PUTIH UNTUK PENGAYAAN MATA KULIAH OLAH TUBUH DI JURUSAN TEATER Philipus Nugroho Hari Wibowo; Joanes Catur Wibono
TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Vol 14, No 1 (2017): Juni 2017
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/tnl.v14i1.3302

Abstract

Abstrak: Tujuan umum penelitian ini adalah mengembangkan pelatihan olah tubuh berbasis silat untuk pengayaan mata kuliah olah tubuh di Jurusan Teater. Tujuan khusus penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan gerak-gerak silat Bangau Putih; (2) mengidentifikasi gerak-gerak silat Bangau Putih untuk penyusunan gerak-gerak olah tubuh; (3) menyusun pelatihan olah tubuh berdasarkan gerak silat Bangau Putih untuk mata kuliah olah tubuh di Jurusan Teater. Penelitian ini dirancang dengan pendekatan reseach and development. Penelitian ditindaklanjuti dengan pengembangan metode dan aplikasi metode dalam pelatihan dan pementasan. Penelitian ini bersifat multi years yang dirancang dalam dua tahap. Tahap pertama adalah  mendeskripsikan gerak silat Bangau Putih dan melakukan identifikasi gerak-gerak yang dapat dikembangkan menjadi gerak-gerak untuk olah tubuh. Tahap kedua merancang gerak-gerak olah tubuh berdasarkan gerak silat bangau putih dan mengaplikasikan pada mata kuliah olah tubuh. Aplikasi dilakukan untuk menguji kelayakan rancangan gerak yang telah disusun. Kata kunci: model pelatihan, silat, Bangau Putih, olah tubuh Abstract: The general objective of this research is to develop silat-based movement exercise for the enrichment of body movement courses at the Theater Department. The specific objectives of this study are: (1) to describe the movements of silat Bangau Putih ; (2) identify the movements of silat Bangau Putih for the preparation of body movements; (3) arrange movement exercise based on the motion of the Bangau Putih silat for movement exercise courses in the Theater Department. This research was designed for the course research and development. The research then followed up with the development of methods and application in training and staging. This research is a multi-year study designed in two stages: first, to explore the Bangau Putih silat movements and to identify the movements that can be developed for the body movement exercise course;  second, to design the body movements exercise based on the Bangau Putih silat for the body movement course. The application of the results of the study was carried out to test the feasibility of the body movement exercise designed. Key words: lecture course model, silat, Bangau Putih, body movement exercise
MISE EN SCÈNE FILM NYAI KARYA GARIN NUGROHO Surya Farid Sathotho; Philipus Nugroho Hari Wibowo; Nur Annisa Savini
TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Vol 17, No 2: September, 2020
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/tnl.v17i2.4444

Abstract

Nyai  (2016)  merupakan  sebuah  film  karya  Garin  Nugroho  yang  dibuat hanya  dengan  menggunakan  satu  kamera  dan  pengambilan  gambarnya  secara terus menerus tanpa henti (one take) untuk satu film secara penuh. Konsekuensi dari teknik tersebut menyebabkan Film Nyai tak ubahya seperti pementasan teater di atas panggung. Karya ini terinspirasi oleh beberapa karya sastra sekaligus. Untuk melakukan analisis terhadap Film Nyai, menggunakan konsep yang dikenal awal mulanya sebagai sebuah konsep pemanggungan di atas panggung  teater  dan  pada perkembangan  selanjutnya dikenal juga dalam dunia  sinematografi.  Pemahaman  mengenai  mise en scène  ini  sangat  penting untuk  pijakan  melakukan  analisis  terhadap  unsur-unsur  yang  ada  dalam  Film Nyai.Nyai merupakan film dengan idiom pertunjukan teater yang sangat kental. Blocking, Setting, Make Up benar-benar seperti pertunjukan teater di atas panggung. Sedangkan pergerakan, sudut pengambilan dan pemilihan lensa kamera dibuat semirip mungkin dengan pandangan manusia. Kata Kunci: mise en scène, film nyai, garin nugroho   Nyai (2016) is a film by Garin Nugroho which is made using only one camera and with long take technique for full film. As a consequence of this technique, Nyai is very as theater performance ona stage. This work is inspired by several literary works at once. To conduct an analysis of the Nyai, it uses a concept that was known in the beginning as a staging concept on the theater stage and later known in the world of cinematography. This understanding of mise en scène is very important for the basis of analyzing the elements in Nyai. Nyai is a film with a very strong theatrical idiom. Blocking, Setting, Make Up are really like theatre performances. Meanwhile, the movement, angle and selection of the camera lens are made as close as possible to human sight.Key words: mise en scène, nyai, garin nugroho  
KISAH PANJI PADA RELIEF CANDI SEBAGAI INSPIRASI PENCIPTAAN FILM philipus nugroho hari wibowo
TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Vol 15, No 1 (2018): 2018
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/tnl.v15i1.2783

Abstract

Abstrak: Penciptaan karya film ini terinspirasi relief Panji pada Candi Kendalisodo di Gunung Penanggungan, Jawa Timur. Panji merupakan cerita asli Indonesia yang digubah dalam berbagai versi sastra: kidung, lisan, juga relief pada candi. Dengan metode penciptaan Road Movie dan Theory of Adaptation Hutcheon, kisah Panji diadaptasi dari relief menjadi sekumpulan peristiwa berbentuk film perjalanan. Penciptaan ini menghasilkan sebuah film pendek berdurasi 15 menit dengan judul “Melacak yang Tersurat”. Kata Kunci : Cerita Panji, Relief, Kendalisodo, Film Perjalanan, Adaptasi Abstract: The creation process behind this movie is inspired by the Tale of Panji carved in Candi Kendalisodo's stone wall at Gunung Penanggungan, East Java. Panji is one of Indonesian original stories and has been told in various literary forms: hymn, oral story, and also carved into temple. With the Road Movie creation method and Hutcheon's Theory of Adaptation, the Tale of Panji is adapted from stone carvings to a sequence of events told in a road movie. This creation produces a short movie in 15 minutes duration titled “Melacak yang Tersurat” (Tracking the Facts). Key words : Tale of Panji, Stone Carving, Kendalisodo, Road Movie, Adaptation
PENCIPTAAN FILM PENDEK TERINPIRASI DARI KOTAK PERTANYAAN PELAJARAN KHAS DI SD EKSPERIMENTAL MANGUNAN Philipus Nugroho Hari Wibowo
TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Vol 16, No 2 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/tnl.v16i2.3208

Abstract

Abstrak: Makalah ini berisi proses kreatif membuat Film Pendek yang ceritanya terinspirasi oleh Kotak Pertanyaan konsep pembelajaran Khas di Sekolah Dasar Mangunan Eksperimental. Kotak Pertanyaan adalah salah satu konsep pendidikan (pembelajaran) yang disampaikan oleh Pastor YB Mangunwijaya. Kotak pertanyaan membiasakan anak-anak untuk menghasilkan pertanyaan setiap hari. Film ini menunjukkan bagaimana perlunya memberi anak-anak kebebasan untuk bertanya untuk mendukung kreativitas anak. Film ini memberikan pandangan lain tentang pendidikan yang baik dan efektif di Indonesia. Kata kunci: film pendek, kotak pertanyaan, Mangunwijaya, Sekolah Eksperimental  Mangunan Abstract: This paper contains the creative process of creating Short Films whose stories are inspired by the Question Box of a Typical learning concept in the Experimental Mangunan Primary School. The Question Box is one of the concepts of education (learning) presented by Father YB Mangunwijaya SJ. Question boxes familiarize children to produce questions every day. The film shows how the need to give children the freedom to ask questions to support children's creativity. This film provides another view regarding good and effective education in Indonesia. Key words: Short Movie, Question Box, YB Mangunwijaya, Mangunan Experimental Elementary School
THE IMAGINARY LACAN SEBAGAI INSPIRASI PENCIPTAAN SKENARIO FILM PENDEK SEKUEL KEDUA FILM KOPER GENDIS MENCARI JAWAB MENAKAR TANYA Philipus Nugroho Hari Wibowo; Surya Farid Sathotho
TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Vol 18, No 1: Maret, 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/tnl.v18i1.4446

Abstract

Sejauh ini teori psikologi (psikoanalisis) Lacan hanya digunakan sebagaipisau analisis, baik karya teks (sastra), pertunjukan, film maupun karya seni rupa. Berpijak dari hal tersebut, penulis menawarkan interprerstasi lain tentang aplikatif teori psikoanalisis Lacan sebagai dasar penciptaan skenario. Penelitian ini merupakan penelitian terapan berupa penciptaan skenario film pendek dengan pendekatan teori Lacan tentang the imaginary dan kelanjutan pada penciptaan film sebelumnya (sekuel kedua) dari Film Koper Gendis Mencari Jawab Menakar Tanya. Penciptaan skenario dengan pendekatan Lacan ini diharapkan menjadi alternatif baru pada ranah penciptaan skenario film.Kata kunci: The Imaginary, Lacan, skenario film, Koper GendisSo far, Lacan's psychological theory (psychoanalysis) has only beenused as a tool of analysis, whether it be text (literature), performances, films, orworks of art. The author used Lacan's psychoanalytic theory as the basis forscenario creation. This report is applied research in the form of short film scenario creation with Lacan's theory approach of the imaginary and the continuation of the previous film creation (as a second sequel) from Film Koper Gendis Mencari Jawab Menakar Tanya. This scenario creation is expected to be a new alternative in film scenario creation.Keywords: The Imaginary, Lacan, film scenario, Koper Gendis
Membaca unsur-unsur sinema neorealisme pada film Siti karya Edy Cahyono Philipus Nugroho Hari Wibowo
ProTVF Vol 6, No 1 (2022): March 2022
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/ptvf.v6i1.28064

Abstract

Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang mengkaji unsur-unsur neorealisme pada Film Siti karya Edi Cahyono. Kajian ini dilakukan karena film neorealisme masih banyak dibincangkan dan terbukti banyak menginspirasi sineas-sineas dunia dalam berkarya termasuk sineas–sineas Indonesia. Salah satunya adalah Edy Cahyono dengan film Siti karyanya. Film Siti sudah mendapatkan berbagai penghargaan di banyak Festival Film baik dalam dan luar negri. Film Siti di asumsikan memiliki kecenderungan atau terinspirasi dari gerakan Neorealisme Italia, meskipun tidak dipungkiri bahwa era Neorealisme Italia berpaut jauh dengan waktu pembuatan film Siti jika dilihat dari kesejarahan film Indonesia dan kesejarahan film Italia. Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis untuk mengkaji unsur-unsur neorealisme pada Film Siti karya Edi Cahyono adalah Metode Penelitian kualitatif deskriptif. Dengan melakukan kajian struktur naratif film yang berupa tema, alur, setting dan penokohan dan struktur sinematik pada Film Siti, akan didapatkan hasil analisis berupa unsur-unsur sinema neorealisme pada film Siti, sehingga akan dapat dibuktikan bahwa Film Siti Karya Edy Cahyono terinspirasi dari neorealisme Italia. Unsur- unsur neorealisme Italia terdiri dari cerita yang sederhana dan menghadirkan realitas sosial yang terjadi (tema sosial), pemain yang terlibat bukan merupakan aktor profesional (bintang), setting menggunakan lokasi yang sesungguhnya, menggunakan teknik dubbing dan kamera direction menggunakan konsep long take.
Lomban Jepara Sebagai Inspirasi Penciptaan Film Philipus Nugroho Hari Wibowo
Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi Vol 3, No 2: Juni 2020
Publisher : Prodi Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.222 KB) | DOI: 10.14710/endogami.3.2.173-181

Abstract

The creation of this film inspiring on the idea of the Lomban ceremony in Jepara Regency. Lomban is a buffalo head barrel ritual in the middle of the sea as an expression of gratitude. The creation of Andini’s Dream combines fiction film and Visual data from Lomban Research packed with a visual anthropological approach. The Lomban story is presented with the perspective of a woman named Andini, a sad buffalo owner who lost her buffalo because it was used for the Lomban ceremony.