Desa Tompotanah merupakan wilayah pesisir yang memiliki banyak potensi. Namun, potensi yang dimiliki masih belum dikelola dengan baik oleh masyarakat, seperti belum adanya pengolahan ikan yang variatif dari masyarakat pulau Tanakeke utamanya di Desa Tompotanah yang dapat meningkatkan harga jual ikan dan meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan melalui pengolahan ikan, selain itu penebangan hutan mangrove secara terus menerus juga dilakukan untuk dijadikan kayu bakar atau arang yang membuat mangrove perlahan berkurang, kurangnya kesadaran anak-anak desa Tompotanah akan pentingnya sekolah, serta layanan kesehatan yang belum memadai. Berdasarkan permasalahan tersebut, terdapat beberapa potensi yang dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat di Desa Tompotanah. Dalam aspek ekonomi, hasil tangkapan ikan nelayan dan keberadaan rumput laut jenis Sargassum sp. yang melimpah dapat berpotensi meningkatkan perekonomian masyarakat dengan penciptaan nilai tambah dari potensi dasar (mentah) tersebut menjadi produk jadi yang lebih menguntungkan. Adapun sistem pemberdayaan yang diterapkan adalah menggunakan metode Asset Based Communities Development (ABCD). Metode ini sesuai dengan pertimbangan kondisi masyarakat Desa Tompotanah dimana model pemberdayaan ABCD menekankan pada pemanfaatan potensi atau aset yang dimiliki dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Aset yang dimaksud dalam metode ini, meliputi aset sumber daya manusia, aset sumber daya laut, aset fisik atau infrastruktur serta aset sosial formal informal, seperti kelompok nelayan dan kelompok PKK. Hasil yang diperoleh dalam program pemberdayaan ini, yakni: 1) Peningkatan pendapatan masyarakat nelayan desa Tompotanah melalui pengembangan produk wirausaha sambal juku; 2) Akses informasi beasiswa dan informasi pendidikan di perguruan tinggi yang tersedia dan dapat dijangkau dengan mudah; 3) Peningkatan pengetahuan literasi digital masyarakat desa Tompotanah; 4) Berkurangnya sampah plastik di lingkungan rumah masyarakat dengan adanya pengolahan sampah dengan metode ecobrick; dan 5) Kemudahan dalam memperoleh tanaman sayuran dengan adanya penanaman dengan metode hydroponic wick system.