Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

TINJAUAN SISTEM DRAINASE DI KELURAHAN KARAME KECAMATAN SINGKIL Runtuwarow, Tigri Cicilia; Binilang, Alex; Halim, Fuad; Wuisan, Eveline M.
JURNAL SIPIL STATIK Vol 1, No 7 (2013): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kelurahan Karame Kecamatan Singkil merupakan salah satu lokasi rawan banjir dan genangan di kota Manado Sulawesi Utara, sehingga perlu adanya penanganan terhadap masalah-masalah pada sistem drainase yang ada.Melalui penelitian ini dilakukan observasi lapangan untuk mengetahui penyebab terjadinya banjir dan genangan serta penanganannya, kemudian dilakukan analisis hidrologi untuk mendapatkan debit rencana (Qrcn) serta analisis hidrolika untuk mendapatkan debit kapasitas, jika hasil analisis Qrcn≥Qkaps untuk suatu ruas saluran maka diterapkan alternatif penanganan yakni perubahan jalur sistem drainase, serta penyesuaian dimensi saluran untuk ruas saluran tersebut.Berdasarkan hasil analisis dari 167 ruas saluran dan 50 gorong-gorong, terdapat 101 ruas saluran dan 32 gorong-gorong yang dipertahankan dan 66 ruas saluran 18 gorong-gorong harus disesuaikan untuk memenuhi kondisi syarat Qrcn≤Qkaps, penanganan ini berimplikasi pada perubahan arah pengaliran, pengadaan inceptor drain, penutupan 2 outlet lama, penambahan 1outlet baru dan 1outlet rekomendasi. Untuk mempertahankan kondisi rencana tersebut perlu adanya pemeliharaan sistem drainase secara berkelanjutan.Kata kunci : Masalah Genangan, Qkapasitas, Qrencana, Sistem Drainase
ANALISIS KAPASITAS SUNGAI MAKALU KABUPATEN MINAHASA TENGGARA TERHADAP DEBIT BANJIR KALA ULANG TERTENTU Siwi, Atika Chatrina; Halim, Fuad; Binilang, Alex
JURNAL SIPIL STATIK Vol 6, No 4 (2018): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Permasalahan banjir yang terjadi pada suatu daerah aliran sungai pada umumnya menyebabkan kerusakan ekosistem dan bisa merugikan penduduk yang tinggal didekat sungai. Di desa Makalu pernah terjadi banjir pada tahun 2011 karena meluapnya air di sungai Makalu. Dengan terjadinya peristiwa tersebut, dirasakan perlu adanya analisa debit banjir dan tinggi muka air yang merupakan informasi penting, yang bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk pencegahan atau penanggulangan banjir di daerah aliran sungai Makalu.  Dalam menganalisis debit banjir dan tinggi muka air digunakan Metode Hidrograf Satuan Sintetik : Snyder dan Gamma I, dengan kala ulang 5 tahun, 10 tahun, 20 tahun, 50 tahun, 75 tahun dan 100 tahun. Untuk pengambilan data fisik dilakukan pengukuran di 10 titik tinjauan sepanjang 200 m dengan jarak tiap titik 20 m. Untuk data curah hujan harian maksimum diperoleh dari 2 stasiun, yaitu stasiun Noongan dan stasiun Ratahan dengan durasi pengamatan 10 tahun dan menggunakan peta 1:50.000.Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode HSS Snyder dan Gamma I, diperoleh debit dan tinggi muka air terbesar pada HSS Gamma I yaitu dengan Q100 = 204,131 m3/det, dan y100 = 1,853 m, yang apabila dibandingkan dengan kapasitas daya tampung sungai Makalu Y = 2,75 m, dapat disimpulkan bahwa hingga kala ulang 100 tahun, sungai tersebut belum terjadi banjir atau luapan air. Penampang sungai disepanjang titik tinjauan dengan tinggi rata-rata 2,75 mampu menampung debit maksimum Q = 529,263 m3/det. Kata kunci : Debit banjir, tinggi muka air, Hidrograf Satuan Sintetik, kapasitas sungai
PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DESA LOBONG, DESA MUNTOI, DAN DESA INUAI KECAMATAN PASSI BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Mokoginta, Fachruddin; Halim, Fuad; Kawet, Lingkan; Jasin, Muhammad I.
JURNAL SIPIL STATIK Vol 2, No 4 (2014): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Desa Lobong, Desa Muntoi, dan Desa Inuai terletak di Barat Kecamatan Passi, Kabupaten Bolaang Mongondow. Desa Lobong memiliki masalah mengenai air bersih dikarenakan air tanah ditempat tersebut mengandung belerang sehingga air tidak memenuhi kualitas untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Desa Muntoi memiliki pasokan air bersih dengan sistem sederhana yang buat oleh Pemerintah namun pelayanan air bersih tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan. Jumlah penduduk dihitung menggunakan analisa regresi aritmatika, analisa regresi geometrik, dan analisa regresi eksponensial. Kemudian dihitung kebutuhan air bersih yaitu kebutuhan domestik sebesar 90 l/jiwa/hari, kebutuhan non-domestik sebesar 5% dari kebutuhan domestik dan kebutuhan untuk menanggulangi kebocoran sebesar 15% dari kebutuhan domestik dan non-domestik. Dilakukan pengukuran debit menggunakan Volumetric Method. Total kebutuhan air untuk desa Lobong, desa Muntoi, dan desa Inuai sampai tahun 2030 masing-masing sebesar 3 l/det, 2.68 l/det, dan 0.98 l/det. Dari hasil studi diperoleh mata air Inuai dengan debit total 13 l/det berpotensi untuk dimanfaatkan. Perencanaan sistem penyediaan air bersih terdiri dari 1 unit bronkaptering, 1 unit BPT, 3 unit reservoar dan jaringan perpipaan.   Kata kunci: Passi Barat, Sistem Penyediaan, Kebutuhan Air
ANALISIS POTENSI SUMBER DAYA AIR SUNGAI DEME UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DI DESA DEME 1 KECAMATAN SUMALATA GORONTALO UTARA Kalapati, Firmansyah; Kawet, Lingkan; Mananoma, Tiny; Halim, Fuad
JURNAL SIPIL STATIK Vol 2, No 3 (2014): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Desa Deme 1 yang terletak di Kabupaten Gorontalo Utara Kecamatan Sumalata, belum memiliki jaringan listrik yang memadai. Adanya Sungai Deme yang terletak di desa Deme 1, memungkinkan dimanfaatkannya sungai sebagai potensi sumber daya air untuk menghasilkan energi listrik. Oleh sebab itu diperlukan studi untuk mengetahui keandalan debit sungai sehingga ketersediaan kapasitas daya dan jenis pembangkit listrik dapat diketahui. Metode yang digunakan untuk menghitung debit adalah metode Mock, Nreca dan Sacramento sebagai metode pembanding. Data yang digunakan adalah data curah hujan daerah tahun 2003 - 2012, data evapotranspirasi tahun 2003 – 2012, dan peta DAS Sungai Deme. Dari data hasil perhitungan debit diambil debit andalan (Q 80%) yang kemudian disajikan dalam bentuk grafik flow duration curve. Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan daya terbangkit. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Sungai Deme memiliki potensi untuk dujadikan sebagai pembangkit listrik. Berdasarkan perhitungan diperoleh Debit andalan Q80% menggunakan metode Mock 0,25 m3/detik, metode Nreca 0,22m3/detik, metode Sacramento 0,23 m3/detik. Dan dari debit andalan metode Mock,daya yang dihasilkan sebesar 58,80 kW, dari debit andalan metode Nreca daya yang dihasilkan sebesar 51,74 kW, dan dari debit andalan metode Sacramento daya yang dihasilkan sebesar 54,10 KW. Dari hasil perhitungan daya tersebut, jenis pembangkit listrik diklasifikasikan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Kata kunci: Debit andalan, Metode Mock, Nreca, dan Sacramento, PLTMH.
ANALISIS ANGKUTAN SEDIMEN DI BAGIAN TIKUNGAN SUNGAI TALAWAAN BAJO KABUPATEN MINAHASA UTARA Kapoh, Sharon Beatrix; Halim, Fuad; Hendratta, Liany A.
JURNAL SIPIL STATIK Vol 7, No 7 (2019): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sungai Talawaan Bajo terletak di Kabupaten Minahasa Utara yang bermuara di Pantai Talawaan Bajo. Pada saat ini terjadi proses sedimentasi di sungai tersebut yang diakibatkan oleh banyaknya sedimen yang terbawa oleh aliran. Proses sedimentasi ini dapat mengakibatkan terjadinya perubahan ketinggian dasar sungai yang tentunya dapat mengurangi kapasitas tampungan sungai tersebut dan lama kelamaan akan mengakibatkan terjadinya banjir yang dapat merugikan masyarakat yang tinggal di sekitar sungai. Oleh karena itu untuk menanggulangi masalah tersebut, diperlukan analisis mengenai besarnya angkutan sedimen di daerah ini.Pada penelitian ini dilakukan pengukuran langsung di sungai untuk mendapatkan data morfologi sungai dan sampel sedimen pada dasar sungai. Sampel sedimen kemudian diperiksa di laboratorium untuk mendapatkan ukuran diameter butiran (, , )  dan berat jenis sedimen. Dalam analisis juga digunakan nilai hasil analisis debit banjir. Data- data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan rumus empiris yaitu Van Rijn dan Einstein.Dari hasil perhitungan angkutan sedimen dasar di bagian tikungan sungai menunjukkan bahwa nilai angkutan sedimen dasar di bagian tikungan luar lebih besar dibandingkan dengan nilai angkutan sedimen dasar di bagian tikungan dalam dan tengah sungai. Kata kunci: Sedimen dasar, Sedimentasi, Tikungan Sungai, Sungai Talawaan Bajo.
ANALISIS BENTUK DASAR (BEDFORM) SALURAN TERBUKA AKIBAT VARIASI DEBIT DALAM KONDISI SEIMBANG (KAJIAN LABORATORIUM) Halim, Fuad
JURNAL ILMIAH MEDIA ENGINEERING Vol 3, No 1 (2013): JURNAL ILMIAH MEDIA ENGINEERING
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Flume berupa alat laboratorium angkutan sedimen S8 MkII dengan dasar pasir digunakan sebagai kajian fisik di mana bentuk dasar (bedforms) saluran terbuka diamati. Pengamatan dilakukan akibat variasi debit aliran seragam untuk mendapatkan bentuk dasar (bedforms) saluran terbuka setelah kondisi keseimbangan (equilibrium) dicapai. Pengukuran aliran dilakukan dengan menggunakan micro currentmeter, sedangkan diameter butiran pasir ditentukan dengan menggunakan analisa saringan (Sieve Analysis) dan sebagai pengontrol karakteristik pengaliran digunakan Bilangan Froude. Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa bentuk dasar (bedforms) saluran terbuka dipengaruhi oleh besarnya Bilangan Froude dan diameter pasir. Hasil pengamatan berdasarkan rumus empiris Simon dan Richardson berdasarkan fungsi diameter jatuh median dan daya aliran τ0U memperlihatkan bedforms pada daerah dunes. Hasil pengamatan berdasarkan rumus empiris Athaullah yang merupakan hubungan antara Bilangan Froude dan kekasaran relatif (R/d) memperlihatkan Bilangan Froude < 1 atau aliran subkritis, bedformsnya adalah jatuh pada daerah aliran rejim bawah (lower regime). Hasil pengamatan berdasarkan rumus empiris Van Rijn yang merupakan hubungan antara parameter partikel nirdimensi (d•) dengan parameter transport-stage (T) memperlihatkan bedforms adalah dunes. Debit yang berbeda-beda dapat mempengaruhi bedforns karena keseimbangan bedforms tergantung pada kemampuan debit tertentu untuk menggerus serta ketahanan material terhadap energi yang ditimbulkan. Kata kunci : flume, bedforms, equilibrium, dunes, lower regimes
PENGARUH HUBUNGAN TATA GUNA LAHAN DENGAN DEBIT BANJIR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI MALALAYANG Halim, Fuad
JURNAL ILMIAH MEDIA ENGINEERING Vol 4, No 1 (2014): JURNAL ILMIAH MEDIA ENGINEERING
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Debit pada Daerah Aliran Sungai Malalayang mengalami peningkatan dari tahun 2003 hingga tahun 2009. Di sisi lain Tata guna lahan di sekitar DAS Malalayang juga mengalami perubahan akibat pertumbuhan penduduk yang pesat dan perkembangan daerah perkotaan serta perkembanganekonomi. Sebab itu perlu dilakukan kajian terhadap hubungan tata guna lahan dengan peningkatan debit yang terjadi pada DAS Malalayang. DAS Malalayang memiliki luas Catchment sebesar 46,33 km2 dan panjang sungai 15,6 km. Elevasi tertinggi di bagian hulu dari sungai ini adalah 1172 m di atas permukaan laut, dan kemiringan sungai Malalayang ini adalah 0,065. Data-data yang diperlukan berupa data curah hujan, peta tata guna lahan dan data tata guna lahan dan data topografi. Intensitas hujan jam-jaman, diperoleh dari data curah hujan harian maksimum tahunan stasiun Tinoor yang ditransformasikan menggunakan rumus Mononobe. Sedangkan untuk menghitung debit banjir rencana digunakan metode Rasional.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, tata guna lahan pada DAS Malalayang mengalami perubahan dari tahun 2002 hingga tahun 2009. Luas lahan permukiman meningkat dari 1,4855 km2 menjadi 20,4450 km2, sedangkan luas lahan hutan dan perkebunan mengalami penurunan yaitu dari 7,7674 km2 menjadi 4,9220 km2 untuk luas lahan hutan dan dari 37,0782 km2 menjadi 20,9717 km2 untuk lahan perkebunan. Perubahan tata guna lahan ini mengakibatkan nilai koefisien pengaliran (C) menjadi semakin besar sehingga debit yang di hasilkan menjadi semakin besar pula. Namun pada tahun 2002 ke tahun 2003 terjadi penurunan debit banjir untuk periode ulang 5 tahun akibatintensitas hujan yang menurun pada tahun 2002 ke tahun 2003 untuk periode ulang 5 tahun. Hal ini menunjukan bahwa selain nilai koefisien pengaliran (C), nilai intensitas hujan juga berpengaruh terhadap hasil perhitungan debit banjir.Dari hasil analisis korelasi dengan menggunakan persamaan regresi berganda (multiple regression) didapat nilai koefisien korelasi sebesar 0,02445. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan tata guna lahan yang terjadi di sekitar DAS Malalayang mempengaruhi debit banjir pada DAS Malalayang.Kata Kunci : Tata Guna Lahan, debit banjir, koefisien korelasi, DAS Malalayang
APLIKASI METODE KONSEP REGIME PADA PERENCANAAN SUDETAN DI SUNGAI SARIO Halim, Fuad
JURNAL ILMIAH MEDIA ENGINEERING Vol 1, No 1 (2011): JURNAL ILMIAH MEDIA ENGINEERING
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Konsep Regim Sungai adalah salah satu metode yang diperkenalkan untuk mendimensi saluran stabil agar tidak terjadi penggerusan dan pengendapan yang berlebihan akibat adanya variasi debit yang cukup lama. Metode yang digunakan adalah metode Lacey, Blench, dan Konsep EnergiMinimum.Sungai Sario merupakan salah satu objek yang akan dilakukan perencanaan Sudetan. Hal ini dilakukan karena pada tempat-tempat tertentu di alur sungai tersebut sering terjadi luapan air, gerusan lokal (local scoring) serta tergerusnya tanggul, terutama pada daerah yang bermeander cukup tajam. Daerah yang akan dilakukan perencanaan Sudetan yaitu pada jarak 811 m - 1335 m. Secara topografi sungai tersebut terletak pada ketinggian 240 m diatas permukaan laut dan memiliki panjang sekitar 15.274,52 m. Dalam perencanaan sudetan ada tiga metode yang digunakan yaitu metode Lacey, metode Blench dan metode Konsep Energi Minimum. Ketiga metode diatas sering juga disebut sebagai Metode Regime.Hasil analisa yang diperoleh dari ketiga metode Regim dengan debit aliran (Q) sebesar 30,50 m3/det yaitu untuk metode Lacey didapatkan Lebar atas (B) = 14,746 m, lebar bawah (b) = 11,802 m, kedalaman aliran (D) = 1,472 m dan kemiringan saluran (S) = 3,86 x 10-4. Untuk metode Blench didapatkan Lebar atas (B) =15,876 m, lebar bawah (b) = 12,894 m, kedalaman aliran (D) = 1,491m dan kemiringan saluran (S) = 5,64 x 10-4. Sedangkan untuk metode konsep Energi Minimum didapatkan lebar atas (B) = 14 m, lebar bawah (b) = 12,20 m, kedalaman aliran (D) = 0,8981 m dan kemiringan saluran (S) = 2,771 x 10-3.Dari hasil perencanaan ketiga metode diatas maka untuk dimensi Sudetan yang digunakan adalah dimensi Sudetan berdasarkan hasil perencanaan Konsep Energi Minimum.Kata Kunci : Sudetan, Sungai Sario, Metode Regime
PENGARUH DEBIT TERHADAP POLA GERUSAN DI SEKITAR ABUTMEN JEMBATAN (UJI LABORATORIUM DENGAN SKALA MODEL JEMBATAN MEGAWATI) Halim, Fuad
JURNAL ILMIAH MEDIA ENGINEERING Vol 4, No 1 (2014): JURNAL ILMIAH MEDIA ENGINEERING
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abutmen merupakan salah satu bangunan yang ada di sungai yang dapat merubah pola aliran, sehingga secara umum dapat menyebabkan terjadinya gerusan lokal. Penelitian pola gerusan di sekitar abutmen jembatan ini menggunakan skala model yaitu keadaan di lapangan dibawa ke laboratorium dengan perbandingan skala dan ukuran yang lebih kecil dengan pengaruh variasi debit dan dilakukan di laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bangunan Abutmen pada jembatan megawati. Sebagai kajian fisik digunakan flume dengan panjang 4m, tinggi 0.30m, lebar 0.40m dengan kondisi aliran seragam dan dimensi abutmen yang digunakan yaitu panjang 10cm, lebar 1,1cm dan tinggi30cm. Penelitian menggunakan 2 variasi debit aliran masing–masing Q1 = 1,434 ltr/det dengan kedalaman aliran 0,064m, Q2 = 0,7032 ltr/det dengan kedalaman aliran 0,04912m. Material yang digunakan berupa pasir yang sesuai dengan model prototipe dengan nilai d50 = 2,4mm. Model diuji selama 180 menit untuk setiap kali running.Hasil penelitian menunjukan gerusan maksimum terjadi pada sisi samping bagian depan abutmen sebelah kanan hulu. Untuk Kondisi di lapangan sesuai dengan Q2 (0,7032 ltr/det) dengan kedalaman yang didapat 30cm. Debit berpengaruh terhadap kedalaman gerusan, semakin bertambah kecil debit maka gerusan yang terjadi semakin kecil. Pola gerusan yang terjadi di semua abutmen dengan berbagai variasi debit relatif sama meskipun dengan lebar dan kedalaman gerusan yang berbeda.Kata kunci: skala model, abutmen, debit, gerusan
PERENCANAAN HIDROLIS EMBUNG DESA ONGKAW KECAMATAN SINONSAYANG MINAHASA SELATAN SULAWESI UTARA Mongilala, Bella Gloria; Halim, Fuad; Binilang, Alex
JURNAL SIPIL STATIK Vol 7, No 1 (2019): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Permasalahan kekurangan air diwilayah kabupaten Minahasa Selatan Kecamatan Sinonsayang khususnya di Desa Ongkaw terjadi pada musim kemarau ainya sangat berkurang. Kondisi ini membuat masyarakat mengalami kesulitan mendapatkan air. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan suatu upaya penanggulan antara lain dengan cara pembuatan embung. Analisis perencanaan embung tersebut didasari pada perhitungan hidrologi. Untuk debit aliran masuk dihitung dengan menggunakan metode mock. Volume tampungan didapat dengan membandingkan volume tampungan yang diperlukan (Va), volume yang tersedia selama musim hujan (Vh), daya tampung topografi (Vp) dan debit banjir. Untuk debit banjir diambil debit maksimum dari hasil perhitungan dengan metode mock. Dari hasil perhitungan diperoleh debit aliran masuk embung rata-rata berdasarkan metode mock probabilitas 80% yaitu 166320 m³/bulan dan besarnya volume tampungan yang dibutuhkan adalah 3610833 m³. Debit banjir diambil dari perhitungan metode mock dengan nilai maksimum yaitu 1166400 m³/bulan. Berdasarkan hasil perhitungan secara teknis maka diperoleh dimensi embung (184 x131 x 7,5)m dan volume 361560 m³. Kata kunci: Desa Ongkaw, Hidrologi, Embung, Metode Mock