Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Analisis Penurunan Capaian Target Produksi Bijih Nikel Menggunakan Metode Fault Tree Analysis di PT Ifishdeco Provinsi Sulawesi Tenggara Anas, Aryanti Virtanti; Parissing, Yoshita P; Nur, Irzal; Sufriadin, Sufriadin; Purwanto, Purwanto; Thamrin, Meinarni; Prasetyono, Agus
Jurnal Penelitian Enjiniring Vol 24 No 1 (2020)
Publisher : Center of Techonolgy (COT), Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25042/jpe.052020.07

Abstract

Abstrak Proses produksi berarti menghasilkan suatu produk yang bernilai guna. Dalam suatu perusahaan pertambangan, produksi merupakan hal yang sangat penting, sehingga diperlukan perencanaan yang matang. Perusahaan menargetkan jumlah bahan galian yang akan diproduksi baik dalam jangka panjang, menengah maupun jangka pendek. Operasi produksi PT. Ifishdeco menggunakan bantuan alat gali muat excavator Komatsu PC 300 dimana terjadi penurunan produksi bijih nikel sebesar 19,94%. Target produksi sebesar 149.934 mt, namun capaian produksi hanya sebesar 116.603mt. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor utama dan nilai probabilitas penyebab turunnya capaian produksi. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis faktor utama penyebab penurunan capaian produksi adalah menggunakan Fault Tree Analysis (FTA). Persamaan logika top down dari Fault Tree Analysis disubstitusi ke dalam aljabar Boolean hingga diperoleh minimal cut set. Minimal cut set merupakan persamaan akhir yang merincikan top down. Top event penurunan capai target produksi memiliki empat top down, yaitu faktor pengisian, kesiapan fisik alat, efektivitas kerja, dan waktu edar alat gali muat. Berdasarkan nilai probabilitas basic event tertinggi yang bernilai 1, maka faktor utama penyebab penurunan capaian produksi adalah dari faktor umur pakai alat tua, penjadwalan perawatan tidak teratur, kualitas alat buruk, dan proses selective mining. Abstract Analysis of Decrease in Nickel Ore Production Targets Using the Fault Tree Analysis Method in PT Ifishdeco, Southeast Sulawesi Province. Production process meant produce product with beneficial value. At the mining company, production was very important, so it needed to be well-planned. Company was making target amount of digging material to be produced in long term, middle term, and short term. Production operation at PT Ifishdeco utilized digger loader equipment namely excavator Komatsu PC 300. There was decreasing in nickel ore production of 19,94%. Production target was 149,934 mt, but the company was only able to meet 116,603 mt. Objective of this study was to know main factor and probability value which caused the low production performance. One of methods to be used to analyze the main factor was Fault Tree Analysis (FTA). Top down logical equations of Fault Tree Analysis was substituted into Boolean algebra to get minimal cut set. Minimal cut set was a formula of the top down and used to calculate probability. Top event of the decreasing of the production target had four top downs which were filling factor, mechanical availability, effectivity of use, and cycle time of digger loader. Based on the highest probability of basic event which value was equal to 1, the main factor caused the decreasing of productivity were lifetime of equipment, unscheduled of maintenance, low quality of equipment, and selective mining. Kata Kunci: Excavator, Work Effectivity, Boolean, Cut Set, Probability
Analisis Perbandingan Kadar Bijih Nikel Laterit Antara Data Bor dan Produksi Penambangan: Implikasinya Terhadap Pengolahan Bijih Pada Blok X, PT. Vale Indonesia, Tbk. Sorowako Faiz, Mifta Achmad; Sufriadin, Sufriadin; Widodo, Sri
Jurnal Penelitian Enjiniring Vol 24 No 1 (2020)
Publisher : Center of Techonolgy (COT), Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25042/jpe.052020.13

Abstract

Nikel laterit merupakan endapan bijih nikel yang terbentuk dari proses pelapukan batuan ultramafik. Sekitar 72% sumber daya nikel dunia berasal dari endapan nikel laterit dan sekitar 15,8% endapan nikel laterit terdapat di Indonesia. Penelitian ini dilakukan di Blok X, PT Vale Indonesia yang terletak di Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar bijih nikel laterit antara data bor dan data produksi penambangan, korelasi Ni dengan unsur Mg, Si, Co dan Fe serta implikasinya terhadap pengolahan bijih. Bijih nikel laterit pada data bor memiliki kadar rata-rata Ni sebesar 1,88%, Fe sebesar 21,84%, Co sebesar 0,09%, SiO2 sebesar 29,89%, MgO sebesar 18,32% dan rasio S/M sebesar 1,63. Selanjutnya bijih nikel laterit pada data produksi memiliki kadar rata-rata Ni sebesar 1,76%, Fe sebesar 18,59%, Co sebesar 0,07%, SiO2 sebesar 33.96%, MgO sebesar 21,66% dan rasio S/M sebesar 1,57. Perbedaan tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor seperti penyebaran bijih yang tidak merata, dilusi bijih, dan operasional penambangan. Korelasi unsur nikel dengan silika menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar +0,3411, dengan magnesia sebesar +0,411, dengan unsur besi sebesar -0,4284 dan dengan kobalt sebesar -0,0271. Hasil perbandingan antara data produksi penambangan dan data spesifikasi umpan pabrik peleburan menunjukkan bahwa secara umum bijih hasil penambangan selama tahun 2019 telah memenuhi spesifikasi. Hal ini ditunjukkan oleh data sekitar 66% (8 dari 12 bulan) menunjukkan kadar Fe dan S/M yang memenuh syarat. Selanjutnya produk penambangan pada blok X ini di-blending hingga memenuhi spesifikasi umpan yang diminta oleh pabrik pengolahan.
Studi Ekstraksi Tembaga Dari Bijih Oksida Dengan Menggunakan Larutan Asam Sitrat Sufriadin, Sufriadin; Mukhlis, Mukhilis; Hatta, Asta Arjunoarwan
Geosapta Vol 9, No 2 (2023): JULI 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jg.v9i2.15056

Abstract

Bijih tembaga oksida merupakan bijih tembaga sekunder dengan kadar tembaga yang relatif lebih rendah namun memiliki cadangan yang besar dibandingkan dengan bijih sulfida. Pelindian tembaga dari bijih oksida menggunakan asam organik yaitu asam sitrat merupakan pendekatan baru karena pada umumnya pelindian menggunakan asam anorganik yang memiliki efek negatif terhadap lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi mineral dan kadar tembaga sampel bijih oksida serta menganalisis pengaruh waktu serta konsentrasi asam sitrat. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode mikroskopi optis dan X-Ray Diffraction (XRD) untuk analisis mineralogi, serta metode Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) untuk menentukan kadar tembaga. Percobaan pelindian tembaga dari bijih oksida dilakukan pada tekanan atmosfer. Hasil analisis mikroskopi dan XRD menunjukkan bahwa mineral yang terdapat pada sampel bijih tembaga oksida terdiri dari kalkopirit, kovelit, malasit, pseudomalasit, dan langit sebagai mineral pembawa logam Cu. Kuarsa, kaolinit, kamosit, maghemit, goetit, dan hematit juga dijumpai pada sampel sebagai mineral pengotor. Berdasarkan hasil percobaan pelindian terhadap bijih tembaga dengan asam sitrat menunjukkan bahwa recovery tertinggi yaitu 19,07% yang dicapai pada variabel konsentrasi 0,5 M. Sementara itu, pada pelindian dengan variabel waktu diperoleh recovery tertinggi sebesar 22,88% selama pelindian 4 jam.
Analisis Perbandingan Kadar Bijih Laterit Antara East Block Dan West Block PT Vale Indonesia Tbk Lestari, Ananda Nur; Sufriadin, Sufriadin
Mining Science And Technology Journal Vol 2 No 3 (2023): Mining Science and Technology Journal
Publisher : Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54297/minetech-journal.v2i3.508

Abstract

Penelitian ini dilakukan pada dua blok penambangan PT Vale Indonesia Tbk dengan kadar bijih laterit yang berbeda. Perbedaan kadar pada kedua blok penambangan tersebut menyebabkan sejumlah tantangan pada proses pengolahan bijih nikel sehingga perlu dilakukan proses blending untuk mencapai spesifikasi pabrik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan kadar bijih laterit, hubungan unsur/senyawa pada bijih laterit, faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan kadar bijih laterit serta implikasi kadar bijih laterit terhadap pengolahan bijih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar rata-rata Ni, Fe, SiO2 dan rasio S/M lebih tinggi pada West Block. Sebaliknya MgO memiliki kadar rata-rata yang lebih tinggi pada East Block. Hubungan unsur Ni dengan Fe dan hubungan Ni dengan rasio S/M pada West Block menunjukkan nilai r yang lebih tinggi dibandingkan dengan East Block. Perbedaan tersebut diakibatkan karena garnierit banyak ditemukan pada West Block sehingga mengakibatkan tingginya kadar nikel. Kadar besi lebih tinggi pada West Block disebabkan jenis bijih pada blok ini kaya akan goethite. Pada West Block terdapat banyak mineral talk yang menyebabkan kadar SiO2 pada bijih menjadi tinggi. Sedangkan pada East Block menunjukkan kadar MgO yang lebih tinggi karena blok ini didominasi oleh mineral serpentin. Kadar Fe dan rasio S/M pada East Block dan West Block tidak sesuai dengan spesifikasi pabrik peleburan karena kadar bijih pada East Block terlalu rendah sedangkan kadar bijih pada West Block terlalu tinggi. Oleh karena itu, perlu dilakukan proses blending untuk menghasilkan kadar yang sesuai dengan spesifikasi pabrik peleburan.
Efek Pemanasan Terhadap Tingkat Pelindian Nikel Dan Kobalt Dari Bijih Limonit Pulau Kabaena Menggunakan Asam Sulfat Saputra, Ridwan; Sufriadin, Sufriadin
Mining Science And Technology Journal Vol 3 No 3 (2024): Mining Science and Technology Journal
Publisher : Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54297/minetech-journal.v3i3.672

Abstract

Pemanfaatan bijih limonit sangat mendesak untuk dilakukan karena ketersediaan bijih berkadar tinggi yang semakin berkurang. Bijih limonit lebih cocok diolah secara hidrometalurgi, seperti pelindian pada tekanan atmosfer. Proses pemanasan bijih dapat meningkatkan porositas mineral, sehingga logam lebih mudah diekstraksi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek pemanasan terhadap tingkat pelindian nikel dan kobalt dari bijih limonit menggunakan asam sulfat. Pemangangan bijih dilakukan pada suhu antara100°C hingga 600°C dengan interval 100oC, kemudian dilakukan pelindian menggunakan asam sulfat dengan konsentrasi 2 M, suhu pelindian 80°C, persen padatan 10%, dan kecepatan pengadukan 400 rpm selama 1 jam. Karakterisasi sampel menggunakan analisis mikroskopis, X-Ray Diffraction, X-Ray Fluorescence, dan Atomic Absorption Spectrophotometry. Hasil analisis mineralogi menunjukkan bahwa sampel tersusun dari quartz (SiO2), talc (Mg3Si4O12(OH)2), goethite (FeOOH), lizardite (Mg3Si4O9(OH)4), montmorillonite (CaAl2Si4O12), dan gibbsite (Al(OH)3). Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa sampel mengandung SiO2 (42,17%), Ni (1,67%), Co (0,06%), Fe (18,84%), MgO (4,48%), dan Al2O3 (3,83%). Setelah pemanggangan bijih dengan suhu 500oC beberapa mineral bertransformasi menjadi fasa mineral lain, yaitu goethite menjadi hematite-proto dan talc menjadi spinel. Masing-masing tingkat pelindian nikel dan kobalt maksimum terjadi pada suhu pemanggangan 600oC dan 500oC sebesar 54,07% dan 15,90%. Oleh karena itu, pemanasan bijih memiliki pengaruh terhadap tingkat pelindian nikel dan kobalt karena dapat mengubah struktur utama mineral yang tidak berharga dan kristal goethite menjadi hematite, sehingga interaksi lebih cepat antara larutan pelindian dengan logam nikel dan kobalt selama proses pelindian. Kata kunci: Nikel, Kobalt, Pemanggangan Bijih, Hidrometalugi, Asam Sulfat
Karakterisasi Bijih Emas Dari Daerah Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara Kabangnga, Chrisadna Marchia; Sufriadin, Sufriadin
Mining Science And Technology Journal Vol 4 No 1 (2025): Mining Science and Technology Journal
Publisher : Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54297/minetech-journal.v4i1.885

Abstract

Karakterisasi merupakan langkah awal dalam proses penentuan teknologi pengolahan bijih emas. Proses karakterisasi bijih emas melibatkan identifikasi sifat fisik, kimia, dan mineraloginya. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis karakteristik mineralogi dan kimia bijih emas dan merekomendasikan implikasi pengolahan bijih emas di Daerah Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara. Analisis mineralogi dan kimia sampel bijih emas dilakukan dengan melakukan analisis mineragrafi, SEM, XRD, AAS, dan XRF. Analisis mineragrafi dan SEM menunjukkan emas pada sampel berukuran <10 μm dan tersebar (disseminated). Hasil analisis XRD ditemukan pada sampel terkandung mineral-mineral, seperti kuarsa, pirit, kalsit, kaolinit dan kabasit. Hasil analisis AAS menunjukkan kadar Au tertinggi terdapat pada sampel yang berukuran paling halus yaitu 200 mesh dengan kadar 10,48 ppm. Hasil analisis AAS menunjukkan semakin halus ukuran butir, maka semakin tinggi kadar emas. Hal ini dikarenakan mineral emas terliberasi dari mineral pengotornya. Hasil analisis XRF diperoleh unsur-unsur seperti Ni, Fe, Co dan senyawa yaitu Fe2O3, SiO2, MgO, Al2O3, CaO, MnO, TiO2 dan Cr2O3. Hasil XRF menunjukkan bahwa beberapa unsur dan senyawa semakin halus ukuran butir, maka semakin meningkat kandungannya seperti Ni, Fe, Co, Fe2O3, MgO, TiO2. Berdasarkan hasil penelitian, kandungan SiO2 sangat tinggi, membuktikan bahwa sampel tersebut merupakan bijih aktif (vein) dimana emas berasosiasi dengan emas kuarsa. Berdasarkan karakteristik mineralogi dan kimia sampel bijih tersebut, maka teknik pengolahan bijih emas yang direkomendasikan untuk diimplementasikan adalah pemisahan bijih emas menggunakan metode gravitasi dan metode flotasi. Metode gravitasi direkomendasikan karena emas memiliki densitas yang lebih tinggi dibandingkan mineral pengotornya. Berdasarkan hasil karakterisasi, emas tersebut tergolong emas bijih sulfida dan mengandung pirit. Pirit umumnya berasosiasi dengan emas. Pemisahan menggunakan metode flotasi digunakan pada bijih sulfida. Terimakasih kepada Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Kepada kedua orang tua penulis, teman-teman dan seluruh sivitas akademik Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin.