Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

RANCANG BANGUN ALAT DISTILASI PEMURNIAN BIOETANOL GRADE TEKNIS BERSKALA UKM : KAJIAN KINERJA ALAT TENTANG DERAJAD PEMURNIANNYA Hargono, Hargono; Samodra, Nugraha Bayu; Firdausi, Nadia Zahrotul; Nugraheni, Agnes Kinanthi; Zakaria, Lazuardy R.
TEKNIK Volume 34, Nomor 3, Tahun 2013
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (383.096 KB) | DOI: 10.14710/teknik.v34i3.6491

Abstract

The technical grade bioethanol can be manufactured by using distillation process at small and medium enterprises. In this research, bioethanol was made from fermentation of  rubber cassava starch (Manihot glaziovii) and gadung starch (Dioscorea hispida). From this fermentation process, 3-8% crude ethanol was produced. To achieve the objective 2-stage distillation units were designed to purify the crude ethanol product. Bioethanol produced from 1st and 2nd distillation units were of 35 and 94% purity respectively corresponding to the technical specifications desired. The design of 2-stage distillation units has been completed, included the shape and dimensions of the units, i.e. the main condenser, cylindrical in shaped, dimensions of diameter was 32cm and height was 45cm, cylindrical in shape  feeder tank/boiler, small scale volume of 5L, which can be scaled up to 65L. At 2nd distillation column, the diameter was 9cm and length was 121cm. The column was isolated using ori type bamboo filled with glasswool as isolator. The columns were filled with ceramic or glass type packing inside. The columns were equipped with thermometer to measure the temperature of ethanol-water vapor. Key words: crude bioethanol, design of 2-stage distillation, technical grade bioethanol
Pembuatan Bioetanol dari Pati Umbi Uwi (Discorea alata) melalui Proses Fermentasi dan Distilasi Hargono, Hargono
METANA Vol 16, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/metana.v16i2.34136

Abstract

Bioetanol adalah nama lain etanol yang dapat dibuat dari  bahan baku biomasa. Tanaman Uwi (Discorea alata) mudah tumbuh di lereng-lereng gunung, hutan sebagai tanaman liar, namun tanaman ini ada yang sengaja ditanam orang. Tanaman Uwi mengandung karbohidrat cukup tinggi (32,64%) sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan  bioetanol. Pada penelitian ini umbi Uwi  terlebih dulu dibuat pati agar  memudahkan terjadinya proses hidrolisis dan fermentasi. Proses pembuatan pati Uwi adalah dengan mengekstrak bubur  (hasil parutan)  Uwi menggunakan air. Proses  hidrolisis dan fermentasi dilakukan secara serentak atau Simultaneous Saccharification and Fermentation (SSF). Konsentrasi pati  Uwi 200 g/L, konsentrasi enzim (Stargen TM 002) 1,5% (w/w), konsentrasi yeast 1,10% (w/w) dan  pada suhu 30°C. Hasil proses SSF adalah konsentrasi bioetanol kadar rendah, sehingga agar kemurnian bioetanol meningkat perlu dilakukan distilasi. Proses distilasi menggunakan distilasi 2 tahap, terdiri dari 2 kolom, meliputi kolom 1 tanpa bahan isian dilengkapi pipa pendingin yang berbentuk spiral, sedangkan kolom 2 berisi bahan isian yaitu packing. Proses distilasi 2  tahap masing-masing  ini dioperasikan pada suhu 78°C. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh waktu SSF terhadap konsentrasi bioetanol dan  mempelajari waktu distilasi tahap 1 dan 2 terhadap konsentrasi bioetanol.  Proses SSF dilakukan selama 90 jam. Hasil terbaik proses SSF dicapai selama 72 jam yang menghasilkan konsentrasi bioetanol 12,30%. Proses distilasi 1 dan 2 dilakukan masing-masing selama 105 menit. Hasil terbaik dari distilasi tahap 1 dan tahap 2dicapai selama waktu masing-masing 90 menit, yaitu konsentrasi bioetanol  27,93% dan 85,30%. Perancangan alat distilasi 2 tahap ini layak digunakan sebagai alat pemunian bioetanol  hasil SSF.
Pemanfaatan Umbi Suweg (Amorphophallus sp) sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol melalui Proses Fermentasi dan Distilasi Hargono H.; Adimas Wahyu Santoso; Gleys Kasih Deborah
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia "Kejuangan" 2016: Prosiding SNTKK 2016
Publisher : Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Suweg (Amorphophallus sp) is a plant that is easy to grow. Bulbs of this type is rarely used as food because the tuber contains compounds that cause itching. The carbohydrate content in tubers of 17.5%, so the bulbs suweg worthy of ethanol (bioethanol). The process used to convert starch into bioethanol suweg through enzymatic hydrolysis stages continued fermentation. The process of enzymatic hydrolysis using the enzyme α-amylase and gluco-amylase, while the fermentation process using the yeast Saccharomyces cerevisiae. As the growth of bacteria use nutrients NPK and urea. Substrate concentration of 20% (w / w), α-amylase enzyme dose and gluco-amylase : 1.0, 1.5 and 2% (w / w), respectively. The next best glucose results generated from the hydrolysis process is fermented using yeast mass of 20 g / L with a variety of nutrient mass of a mass of urea and NPK 3, 5, 7, and 11 g / L, .respectively.  Bioethanol fermentation results in the form of crude subsequently purified by distillation. Hydrolysis using each dosage α-amylase and gluco-amylase as much as 1.5% yield of glucose 11.9 g / L. In the fermentation process, the addition of nutrient effect on ethanol. The highest ethanol content of fermented mass produced by the addition of NPK nutrients in variable 5 g / L that is equal to 8.5%. Separation by distillation of the stage to produce ethanol 65%.
KARAKTERISASI PROSES PENGERINGAN JAGUNG DENGAN METODE MIXED-ADSORPTION DRYING MENGGUNAKAN ZEOLITE PADA UNGGUN TERFLUIDISASI Hargono Hargono; Mohamad Djaeni; Luqman Buchori
Reaktor Volume 14, Nomor 1, April 2012
Publisher : Dept. of Chemical Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.265 KB) | DOI: 10.14710/reaktor.14.1.33-38

Abstract

CHARACTERIZATION OF CORN DRYING PROCESS USING MIXED-ADSORPTION DRYING METHOD UTILIZING ZEOLITE PARTICLES IN A FLUIDIZED BED SYSTEM. Corn (Zea mays L.) representing important food requirement besides paddy and wheat. Handling of time after rice harvest become the priority so that corn quality can be awaked better. Drying process by adsorption-fluidized bed become a choice to replace the conventional corn drying systems. This research aim to look for the effect of the inlet air temperature, type of zeolite, and ratio of corn and zeolite to drying rate, content of protein and fat, and to calculate dying rate constant, k. Energy efficiency is calculated based on amount of heat is used to evaporate the water from corn (Qevap) divided by total of heat requirement for the regeneration of zeolite and increase the air temperature (Qintr). This research conducted by mixing zeolite as adsorben with the corn with the certain comparison ratio in the fluidized bed at temperature of 30-50oC. Results of research indicate that the fastest drying rate is marked by biggest water rate degradation that happened at 50oC by zeolite sintetis and ratio of corn and zeolite is 25:75%. Drying rate constant is 0.0303. Protein content degradates from 9.10% to 8.30%, while for the content of fat is constant. Energy efficiency is obtained of 81.23%. Jagung (Zea mays L.) merupakan kebutuhan pangan yang penting selain padi dan gandum sehingga penanganan paska panen menjadi prioritas agar kualitas jagung dapat terjaga dengan baik. Proses pengeringan dengan cara adsorpsi-unggun terfluidisasi menjadi suatu pilihan untuk menggantikan sistim pengering jagung konvensional yang boros energi. Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh suhu udara masuk, jenis zeolite, dan rasio berat jagung dan zeolite terhadap kecepatan pengeringan, kandungan protein dan lemak dan menghitung harga konstanta laju pengeringan, k. Untuk keperluan energi dihitung pula efisiensi energi (h) berdasarkan jumlah panas yang digunakan untuk menguapkan air dari jagung (Qevap) dibagi dengan kebutuhan panas total untuk meregenerasi zeolite dan menaikkan suhu udara (Qintr). Penelitian dilakukan dengan mencampurkan zeolite sebagai adsorben dengan jagung dengan rasio perbandingan tertentu dalam suatu unggun yang difluidisasi menggunakan udara pada suhu percobaan 30-50oC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pengeringan paling cepat ditandai oleh penurunan kadar air yang paling besar yang terjadi pada suhu 50oC dengan menggunakan zeolite sintetis dan dengan rasio berat jagung dan zeolite adalah 25% : 75%. Nilai konstanta laju pengeringan diperoleh 0,0303. Kadar protein terjadi penurunan dari 9,10% menjadi 8,30%, sedangkan untuk kandungan lemaknya relatif tetap. Hasil perhitungan diperoleh efisiensi energi (h) sebesar 81,23%.
PENGARUH UKURAN BUTIRAN ADSORBEN KHITOSAN TERHADAP DERAJAD ADSORPSI/PENJERAPAN LOGAM BERAT TEMBAGA (Cu2+) . Hargono; C. S. Budiyati
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 4, No 1 (2008)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v4i1.632

Abstract

Kandungan logam berat tembaga, Cu di dalam limbah cair kerajinan elektroplating sangat tinggi, melebihi ambang batas yang ditentukan pemerintah. Di salah satu kerajinan elektroplating di sekitar Lingkungan Industri Kecil (LIK) di Semarang kandungan ion tembaga, Cu2+mencapai 0,77 mg/L padahal standar baku mutu air limbah untuk kadar ion Cu adalah 0.19mg/L. Alternatif pengelolaan limbah ini bisa dilakukan dengan operasi adsorpsi menggunakan adsorben Khitosan. Elektron nitrogen pada gugus amino yang dimiliki Khitosan dapat mengikat ion-ion logam membentuk senyawa kompleks koordinasi yang stabil. Kemampuan Khitosan untuk menjerap ion Cu tergantung pada derajat deasetilasinya. Proses adsorbsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran partikel adsorben, jumlah adsorbent, pH, waktu, kecepatan pengadukan dan suhu. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh ukuran partikel Khitosan terhadap aktivasinya dalam menjerap ion logam berat Cu2+ Percobaan dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama adalah pembuatan Khitosan dari cangkang/ kulit udang, dengan konsentrasi NaOH dari 20 hingga 60% (%berat). Khitosan yang dihasilkan dari proses ini dianalisis derajat deasetilasinya dengan FTIR. Tahap kedua adalah mencari pengaruh ukuran partikel Khitosan dalam mengadsorbsi ion Tembaga dengan menggunakan Khitosan dengan derajat deasetilasi yang paling besar. Variabel berubah adalah diameter rata-rata Khitosan 0,711 mm (-20+28 mesh), 0,503 mm (-28+35 mesh) dan 0,193 mm (-65+80 mesh). Analisis ion Cu2+dilakukan dengan AAS. Hasil penelitian menunjukaan proses adsorpsi ion Cu2+ paling baik dicapai pada diameter rata-rata butiran Khitosan 0,193 mm, derajat deasetilasi pada konsentrasi NaOH 50%, waktu penjerapan efektif 60 menit dengan derajad penjerapan tembaga mencapai 80,52 % Kata kunci : Khitosan, ukuran partikel, proses penjerapan,ion Cu
KAJIAN AWAL PEMBUATAN SURFAKTAN DARI TEMPURUNG KELAPA Aprilina Purbasari; . Hargono
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 6, No 1 (2010)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v6i1.119

Abstract

Tempurung kelapa merupakan limbah dari buah kelapa yang berpotensi untukdijadikan surfaktan karena kandungan lignin sekitar31,9%.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan perebus dan perbandingan reaktan untuk memperoleh hasil surfaktan yang maksimal. Lignin yaitu suatu phenolic polimer yang menyebabkan kekuatan dan rigidity pada dinding sel tanaman berkayu. Surfaktan adalah zat seperti deterjen yang ditambahkan pada cairan untuk meningkatkan sifat penyebaran atau pembasahan dengan menurunkan tegangan muka. Tempurung kelapa kering dihaluskan dan dikumpulkan serbuknya sebagai bahan baku. Serbuk tempurung kelapa direaksikan dengan larutan natrium bisulfit dengan variasi konsentrasi 10%, 15%, 20%, 25%, dan 30%, dan variasi perbandingan tempurung kelapa dan natrium bisulfit sebesar 1:5, 2:5 dan 3:5 di dalam suatu reaktor menggunakan labu leher tiga dengan operasi suhu 115 0 C, waktu reaksi 20 menit, pH 4 serta kecepatan pengadukan 80 rpm. Hasilnya disaring sehingga dihasilkan residu dan filtrat. Filtrat yang mengandung surfaktan dianalisis dengan metode spektrofotometri UV- Visible. Berdasarkan penelitian didapatkan surfaktan maksimal pada penggunaan natrium bisulfit dengan konsentrasi 30% dan perbandingan reaktan 3:5. Kata Kunci: surfaktan, tempurung kelapa
PEMISAHAN GINGEROL DARI RIMPANG JAHE SEGAR MELALUI PROSES EKSTRAKSI SECARA BATCH Hargono Hargono; Fitra Pradhita; Margaretha Praba Aulia
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 9, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v9i2.920

Abstract

Jahe  mengandung  gingerol  yang  sangat  bermanfaat  dalam industri farmasi dan makanan. Gingerol dapat di gunakan dalam crosslinking pati untuk mengikat-silangkan rantai karbon pada pati sehingga memiliki sifat mendekati gandum. Gingerol di pasaran jarang tersedia, mahal harganya dan berkualitas rendah, sehingga perlu dipelajari metode ekstraksi gingerol untuk menghasilkan gingerol berkualitas tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mencari variabel paling berpengaruh dalam ekstraksi gingerol dari rimpang jahe segar dengan menggunakan variabel suhu ekstraksi, berat jahe, dan ukuran partikel jahe, selanjutnya dilakukan optimasi ekstraksi gingerol dari variabel yang paling berpengaruh. Penelitian ini dilakukan dengan metode ekstraksi menggunakan pelarut n-hexane dan dilakukan secara batch. Variabel terikat adalah volume n-hexane 300 ml, kecepatan pengadukan 450 rpm, dan waktu ekstraksi 1jam dengan pengambilan sampel setiap 10 menit.Sedangkan variabel berubahnya adalah suhu ekstraksi 50 dan 60 oC. Berat jahe masing-masing 50 dan 75 g; ukuran partikel jahe 10 x 10 x 1 mm; dan 5 x 5 x 1 mm. Prosedur penelitian ini yaitu persiapan awal bahan dengan mencuci dan memperkecil ukuran jahe segar sesuai dengan variabel. Pembuatan kurva standar dimaksudkan untuk analisis gingerol. Analisis gingerol hasil percobaan dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer. Dari hasil penelitian didapat bahwa berat jahe adalah variabel paling berpengaruh dalam ekstraksi gingerol. Kondisi optimum yang di dapat adalah saat berat jahe 75 g, di ekstraksi menggunakan pelarut 300 ml n-hexane menghasilkan gingerol dengan konsentrasi 498 ppm.Kata Kunci: gingerol, crosslinking, rimpang jahe, n-hexane, oleoresin
PROSES PENGOLAHAN ILES-ILES (Amorphophallus sp.) MENJADI GLUKOMANNAN SEBAGAI GELLING AGENT PENGGANTI BORAKS K. Haryani; . Hargono
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 4, No 2 (2008)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v4i2.625

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengolah iles-iles (Amorphophallus sp.) menjadi tepung glukomannan. dengan cara mengekstraksi glukomannan dari iles-iles menggunakan air sebagai solven dan etanol sebagai pengendap. Dalam penelitian ini digunakan variable tetap yaitu massa tepung iles-iles sebanyak 35gr, sedangkan variabel berubah adalah volume solven sebanyak 300,600ml, suhu 40,80 0 C, waktu 30,12 )menit. Sebagai alat utamapenelitian ini digunakan ektraksi sederhana dan filter vakum. Percobaan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama merupakan percobaan awal untuk mencari variable yang paling berpengaruh sedangkan tahap kedua adalah proses optimasi. Dari tahap pertama diperoleh variabel yang paling berpengaruh adalah volume solven. Dan setelah dilakukan optimasi pada volume solven 600ml diperoleh glukomannan dengan massa paling banyak. Kata kunci : iles-iles, glukomannan, ekstraksi
Pengaruh Konsentrasi Pati dan Yeast pada Pembuatan Etanol dari Pati Sorgum Melalui Proses Simultaneous Saccharification and Fermentation (SSF) dan Separated Hydrolysis Fermentation (SHF) Haryani, Kristinah; Hargono, Hargono; Handayani, Noer Abyor; Harles, Hendra; Putri, Sheila Amanda
Jurnal Rekayasa Mesin Vol 16, No 2 (2021): Volume 16, Nomor 2, Agustus 2021
Publisher : Mechanical Engineering Department - Semarang State Polytechnic

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32497/jrm.v16i2.2186

Abstract

Bioetanol merupakan anhydrous alkohol yang dapat diproduksi dengan cara fermentasi pati. Sorgum mengandung pati yang cukup tinggi sebesar 74,63g / 100g bahan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan etanol. Pembuatan etanol berbahan baku pati sorgum ada dua metode yaitu Separated Hydrolysis Fermentation (SHF) dan Simultaneous Saccharification and Fermentation (SSF). Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan proses yang tepat untuk memproduksi etanol dari pati sorgum dengan membandingkan metode fermentasi SSF dan SHF. Untuk masing masing proses digunakan variabel konsentrasi pati sebesar 10%, 20% (berat/volume) dan Saccharomyces Cereviciae sebagai yeast saat proses fermentasi sebesar 5%, 7%, 9% dari berat pati. Enzim StargenTM sebesar 1ml/100gram pati sorgum digunakan untuk membantu proses hidrolisis. Dari hasil fermentasi selama 72 jam menunjukkan bahwa sorgum yang difermentasi dengan metode SSF menghasilkan lebih banyak etanol sebesar 111,944 gram/liter dibandingkan metode SHF sebesar 108,645 gram/liter dengan konsentrasi pati sebesar 20% (berat/volume) dan yeast 9% w pati.
Dynamics and Challenges of Democracy in Local Elections in Indonesia and the Netherlands Hargono, Hargono; Rustan, Ahmad; Jambak, Fachmi; Alba, La Ode; Rahman, Rofi Aulia
SASI Volume 30 Issue 1, March 2024
Publisher : Faculty of Law, Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47268/sasi.v30i1.2017

Abstract

Introduction: Elections for regional heads and heads of government are one of the important aspects in building a democratic system that encourages citizen participation in the political process.Purposes of the Research:  This study aims to describe the dynamics and challenges of democracy associated with the implementation of regional elections in several countries. Local elections are a major test of a country's democratic health, and a variety of factors can affect the outcome and integrity of the process.Methods of the Research: This research is legal research using two legal approaches, namely the statute approach and the comparative approach.Results of the Research: The results showed that regional elections have complex dynamics and several significant challenges in the context of democracy. These dynamics include intense political competition, increased public participation, and changes in political communication through social media. While the challenges that need to be faced in regional elections include contests involving incumbents, fraud in elections, political money, voter participation, political polarization, and the integrity of organizers that occur in Indonesia and in the Netherlands. Thus, this study shows that regional elections are not only a political event, but also a test of the quality of a country's democracy. Concerted efforts to address these challenges will play a key role in maintaining and strengthening democratic systems that are healthy and responsive to people's needs.