Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Protein digestibility and ammonia excretion in catfish Clarias gariepinus culture Gunadi, Bambang; Harris, Enang; Supriyono, Eddy; Sukenda, .; Budiardi, Tatag
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 12 No. 1 (2013): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2781.888 KB) | DOI: 10.19027/jai.12.62-69

Abstract

ABSTRACT A series of experiments was performed to analyze protein digestibility, ammonia excretion, and also heterothropic bacteria and phytoplankton dynamics in the catfish Clarias gariepinus culture. In the digestibility experiment, catfish with an individual initial size of 43.67±0.83 g were stocked into 120 L conical fiberglass tanks at a density of 20 fish per tank. Fish were fed on with commercial diet supplemented with Cr2O3 indicator at a concentration of 1%. In the ammonia excretion experiment, catfish with an individual size of 111.6±9.5 and 40.6±3.4 g, respectively,  were placed into a 10 L chamber filled with 8 L of water. Total ammonia nitrogen (TAN) in the chambers were monitored every hour for six consecutive hours. In the bacteria and phytoplankton dynamics experiment, catfish were stocked in the 25 m2 concrete tanks which was divided into two compartments (catfish 10 m2, and heterotrof compartments 15 m2). Catfish with individual size of 42,5±0 g were stocked into the tanks at a density of 100 fish per tank. Water was recirculated from catfish compartments to heterotrophic compartments. Fish were fed with floating feed. Molasses as carbon source for heterotrophic bacteria was applied daily. The experiment was conducted for six weeks. The results showed that the protein digestibility was 61.97±7.24%. Larger fish (size of 111.6 g) excreted ammonia at a rate of 0.008±0.003 mg TAN/g fish-weight/hour, which was lower than that of the smaller catfish (size of 40.6 g), i.e. 0.012±0.004 mg TAN/g fish-weight/hour. Keywords: protein digestibility, ammonia excretion, catfish  ABSTRAK Serangkaian penelitian telah dilakukan untuk menganalisis ketercernaan pakan dan protein, ekskresi amonia, serta dinamika bakteri dan fitoplankton pada budidaya ikan lele (Clarias gariepinus). Pada penelitian ketercernaan pakan, ikan lele berukuran 43,67±0,83 g/ekor dipelihara dalam bak fiberglas berbentuk corong berukuran 120 L dengan kepadatan 20 ekor/bak. Ikan diberi pakan berupa pelet yang diberi indikator Cr2O3 sebanyak 1%. Pada penelitian ekskresi amonia, ikan lele berukuran 111,6±9,5 dan 40,6±3,4 g/ekor yang telah diberi makan sampai kenyang dimasukkan ke dalam stoples berisi 8 L air. Kadar amonia total (total ammonia nitrogen, TAN) di dalam stoples diukur setiap jam selama enam jam. Pada penelitian dinamika bakteri dan fitoplankton, ikan lele dipelihara pada bak beton berukuran 25 m2 yang disekat menjadi dua bagian yaitu bagian ikan lele (10 m2) dan bagian heterotrof (15 m2). Ikan lele dengan bobot awal 42,5 g/ekor ditebar ke dalam bak dengan kepadatan 100 ekor/bak. Air mengalir secara resirkulasi dari bagian ikan lele ke bagian heterotrofik dengan bantuan pompa. Pakan yang diberikan berupa pelet apung komersial. Molase ditambahkan setiap hari sebagai sumber karbon untuk pertumbuhan bakteri heterotrofik. Penelitian dilaksanakan selama enam minggu. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ketercernaan protein dari pakan yang diuji adalah 61,97±7,24%. Ikan lele berukuran besar (111,6 g/ekor) menghasilkan amonia sebanyak 0,008±0,003 mg TAN/g ikan/jam, lebih rendah dibandingkan dengan ikan yang berukuran lebih kecil (40,6 g/ekor), yaitu 0,012±0,004 mg TAN/g ikan/jam.  Kata kunci: ketercernaan protein, ekskresi amonia, ikan lele
The effectiveness of Lemna perpusilla as phytoremediation agent in giant gourami culture media on 3 ppt Marda, Alexander Burhani; Nirmala, Kukuh; Harris, Enang; Supriyono, Eddy
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 2 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3077.813 KB) | DOI: 10.19027/jai.14.122-127

Abstract

ABSTRACT The wasted from feed and feces containt nitrogen and phosphorus can decreased fertility and feability water quality. Lemna perpusilla (duckweed) is prospective to use as an agent of phytoremediation of organic waste and can used as animal feed because it has high protein content. Meanwhile water salinity could be accelerate the growth of giant gourami. The aim of this research was to analyze the ability of L. perpusilla in absorbing nutrients nitrogen and phosphorus in water salinity of 3 ppt. The research was conducted four treatments and three replications. The treatments were A (L. perpusilla and 3 ppt salinity), B (L. perpusilla, 3 ppt salinity and filter), C (L. perpusilla, 3 ppt salinity and aeration), and D (L. perpusilla, 3 ppt salinity, filter and aeration). Experiment were carried in aquaria 50×33×50 cm3 in size with density of gourami fish 150/49.5 L for one month. The results showed that the ability of L. perpusilla to absorb N and P decreased from the beginning of the study due to lack of nutrient source of N and P in the aquaculture media, but increased because the impact of the feeding and  metabolism of the gourami. There was no different treatment effect for decreased N and P (P> 0.05). The highest nitrite level was found in D treatment, it means that L. perpusilla not be able to absorb  N and P in the media 3 ppt salinity. However, the addition of 3 ppt salinity gives the best results for the survival rate and feed efficiency ratio. Keywords: phytoremediation, Lemna perpusilla, giant gourami fish, nitrogen and phosphorus  ABSTRAK Limbah pakan dan feses yang mengandung nitrogen dan fosfor dapat menyebabkan penurunan kesuburan dan kelayakan kualitas air. Lemna perpusilla (duckweed) baik digunakan sebagai agen fitoremediasi organik untuk limbah dan dapat digunakan sebagai pakan hewan karena mengandung protein yang tinggi, sementara media bersalinitas mampu mempercepat pertumbuhan ikan gurami. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan L. perpusilla dalam mengabsorbsi nutrisi nitrogen dan fosfor pada air bersalinitas 3 ppt. Penelitian ini terdiri atas lima perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah A (L. perpusilla dan salinitas 3 ppt), B (L. perpusilla, salinitas 3 ppt dan filter), C (L. perpusilla, salinitas 3 ppt dan aerasi), dan D (L. perpusilla, salinitas 3 ppt, aerasi dan filter). Akuarium yang digunakan berukuran 50×33×50 cm3 dengan kepadatan ikan gurami 150 ekor/49,5 L dan waktu pemeliharaan selama satu bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan L. perpusilla menyerap limbah N dan P berkurang dari awal penelitian karena kurangnya sumber nutrisi N dan P pada media pemeliharaan, namun beranjak meningkat yang berdampak dari adanya pemberian pakan dan sisa metabolisme dari ikan gurame. Tidak ada perlakuan yang berpengaruh terhadap pengurangan N dan P (P>0,05). Nilai nitrit tertinggi terdapat pada perlakuan D, hal ini berarti bahwa L. perpusilla tidak mampu untuk menyerap limbah N dan P pada media bersalinitas 3 ppt. Namun penambahan salinitas 3 ppt memberikan hasil yang terbaik bagi derajat kelangsungan hidup ikan gurami dan efisiensi pakan. Kata kunci: fitoremediasi, Lemna perpusilla, ikan gurami, nitrogen dan fosfor 
Application of gamal Gliricidia sepium leaves compost as depuration agent of leads (Pb) in the body organ of red tilapia Oreochromis sp. Robin, ,; Nirmala, Kukuh; Harris, Enang; Affandi, Ridwan; Jusadi, Dedi
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 1 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3275.112 KB) | DOI: 10.19027/jai.16.1.83-91

Abstract

ABSTRACT  This study was aimed to perform depuration of Pb contained in tilapia body. The experiments were conducted in aquarium using compost of Gliricidia sepium leaf at a concentration of 10g/L, 20 g/L, 30 g/L, 40 g/L, and 0 g/L (control). The result showed that Pb level in fish muscle immersed with compost of Gliricidia leaf at a dose of 30 g/L for five days successfully decreased to a safe limit for human consumption (<0.3 mg/kg). However, decrease of Pb level in fish liver and kidney to finally reach the safe limit required seven days. Decreasing level of lead in the organs of experimental fish along with the increasing level of Pb in compost and maintenance media indicated that Pb accumulated in fish were released into the maintenance media by compost through chelation process. To conclude, compost of G. sepium leaves can be used as the material for depuration of Pb in the body of tilapia Keywords: humic acid, fulvic acid, depuration, Gliricidia leaves, lead, red tilapia  ABSTRAK  Penelitian ini bertujuan untuk mendepurasi Pb yang terkandung di tubuh ikan nila. Percobaan dilakukan di dalam akuarium menggunakan kompos daun gamal pada konsentrasi 10 g/L, 20 g/L, 30 g/L, 40 g/L, dan 0 g/L (kontrol). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Pb di daging ikan yang direndam dengan kompos daun gamal pada konsentrasi 30 g/L selama lima hari, kadarnya menurun hingga batas aman untuk dikonsumsi manusia (<0,3 mg/ kg). Penurunan Pb di hati dan ginjal untuk mencapai kadar aman membutuhkan waktu yang lebih lama, yakni tujuh hari. Seiring dengan menurunnya kadar Pb dalam organ ikan uji, kisaran Pb dalam kompos dan media budidaya meningkat, menunjukkan bahwa Pb dari tubuh ikan dilepaskan ke media budidaya dan terjadi proses khelat oleh kompos. Dengan demikian, kompos daun gamal bisa digunakan sebagai bahan pendepurasi Pb dari tubuh ikan nila. Kata kunci: asam humat, asam fulvik, depurasi, daun gamal, timbal, nila merah
Biofloc technology on the intensive aquaculture of bronze corydoras ornamental fish Corydoras aeneus with different stocking densities Diatin, Iis; Suprayudi, Muhammad Agus; Budiardi, Tatag; Harris, Enang; Widanarni, Widanarni
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 18 No. 2 (2019): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3552.973 KB) | DOI: 10.19027/jai.18.2.202-213

Abstract

ABSTRACT Ornamental fish is non consumption fish which is an important source of Indonesian foreign exchange. The objective of this study is to analyze the productivity of bronze corydoras Corydoras aeneus ornamental fish through increased stocking density with biofloc technology. The average weight of the experimental corydoras was 0.61 ‒0.72 g with 2.32‒2.40 cm standard length. This study used a randomized design method with biofloc technology treatment in 3000, 4500, and 6000 fish/m2 stocking densities. The results showed that the daily length and weight-growth rate among treatments were not significantly different (P>0.05), while survival rate and the number of fish production on all treatments were significantly different (P<0.05). The water quality during the rearing period, such as temperature, pH, alkalinity, ammonia, nitrite, and nitrate, were in a tolerable range for corydoras culture. The total suspended solids tended to be higher due to higher stocking density. The best productivity using biofloc technology obtained from 6000 fish/m2 stocking density. Keywords: Biofloc technology, Corydoras aeneus, growth rate, stocking density, survival rate. ABSTRAK Ikan hias merupakan produk perikanan non konsumsi yang menjadi sumber devisa Indonesia yang cukup penting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produktivitas ikan hias koridoras melalui peningkatan padat tebar dengan teknologi bioflok. Ikan yang digunakan adalah ikan hias koridoras (Corydoras aeneus) berbobot 0,61‒0,72 g dan panjang baku 2,32‒2,40 cm. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan teknologi bioflok pada padat tebar 3000, 4500, dan 6000 ekor/m2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan harian panjang dan bobot antar perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05), sedangkan kelangsungan hidup dan jumlah produksi ikan pada semua perlakuan berbeda nyata (P<0,05). Nilai kualitas air selama pemeliharaan yakni suhu, pH, alkalinitas, amonia, nitrit, dan nitrat yang berada pada kisaran yang cukup baik untuk budidaya ikan. Total padatan tersuspensi cenderung tinggi akibat dari semakin tinggi padat tebar. Produktivitas terbaik pada budidaya ikan koridoras dengan teknologi bioflok adalah pada padat tebar 6000 ekor/m2. Kata kunci:  Corydoras aeneus, kelangsungan hidup, padat tebar, pertumbuhan, teknologi bioflok