Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Analisis Pengaruh Scouring Pada Pipa Bawah Laut (Studi Kasus Pipa Gas Transmisi SSWJ Jalur Pipa Gas Labuhan Maringgai – Muara Bekasi) Muhammad Catur Nugraha; Suntoyo Suntoyo; Yoyok Setyo Hadiwidodo
Jurnal Teknik ITS Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.815 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v1i1.1990

Abstract

Abstrak— Jalur pipa gas bawah laut merupakan salah satu infrastruktur transportasi jarak jauh untuk minyak dan gas yang paling efesien untuk pemindahan produksi minyak dan gas  dibandingkan dengan penggunaan struktur terapung seperti kapal tanker. Pada struktur pipa bawah laut fenomena scouring juga dapat terjadi yang berpengaruh kepada struktur pipa. Akibat yang timbul darinya ialah adanya freespan yang dapat menyebabkan defleksi dan vibrasi atau biasa dikenal sebagai fenomena Vortex Induced Vibration (VIV). Tugas akhir ini adalah melakukan analisis pengaruh scouring pada pipa bawah laut, data yang digunakan adalah data Pipa Gas Labuhan Maringgai – Muara Bekasi yang dioperasikan oleh Perusahaan Gas Negara, berdasarkan code DnV RP F105 untuk analisa dinamis. Dari hasil analisa, maka diperoleh kedalaman scouring maksimal pada tiap zona yang dianalisa adalah 0.65 m, 0.26 m, 0.2 m, 0.15 m, 0,2 m dan 0.48 m sedankan panjang span yang dijinkan ialah panjang span yang dihitung berdasarkan gerak inline flow yaitu 29.13 m, 36.93 m, 44.53 m, 47.43 m, 34.17 m dan 30.61 m untuk zona yang sama. Dari hasil panjang span yang ijinkan tersebut didapatkan defleksi yang terjadi tiap zona yaitu  0.001873 m, 0.004013 m, 0,007476 m, 0.009259 m, 0.003117 m dan 0.003117 m. Sedangkan dari hasil analisa terjadinya osilasi pada pipa diketahui bahwa pada tiap zona menghasilkan frekuensi natural yang lebih besar daripada frekuensi vortex shedding sehingga osilasi pada pipa akibat vortex tidak terjadi dan pipa aman dioperasikan.
Studi Perbandingan Proses Pengelasan Smaw Pada Lingkungan Darat dan Bawah Air Terhadap Ketahanan Uji Bending Weld Joint Material A36 Safira Dwi Anggraeni; Herman Pratikno; Yoyok Setyo Hadiwidodo
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (479.103 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.18096

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai kekuatan uji bending,  dan kekerasan pada sambungan weld joint plat baja A36 pada proses pengelasan SMAW di lingkungan darat dan bawah air. Penelitian ini menggunakan Baja A36 dengan variasi lingkungan pengelasan yakni di darat dan di bawah air dengan menggunakan las SMAW dan memakai elektroda E7018 diameter 3,2 mm. Spesimen dilakukan pengujian bending berupa face bend dan root bend, pengujian kekerasan dan foto mikro. Pada pengujian bending pengelasan di darat tidak menghasilkan cacat yang berarti, sedangkan untuk hasil pengujian bending face dan root pada pengelasan bawah air terdapat cacat sepanjang daerah lasan sebesar 38 mm, hal ini tidak dapat diterima karena ukuran cacat lebih besar dari persyaratan yang ada pada ASME Section IX edisi 2015. Pada pengujian kekerasan, nilai kekerasan tertinggi pada pengelasan di darat adalah 200,5 HVN sedangkan nilai kekerasan teritinggi pada pengelasan bawah air adalah 290,2 HVN. Hasil pengujian kekerasan tertinggi pada pengelasan bawah air lebih rendah dari persyaratan AWS D3.6M – Underwater Welding Code, sehinga nilai kekerasan memenuhi persyaratan standar. Hasil foto mikro pada pengelasan di darat pada daerah base metal, persentase struktur mikro untuk ferit adalah 75,44% dan perlit adalah 24,56%. Pada daerah HAZ, persentase struktur mikro untuk ferit adalah 70,11% dan perlit adalah 28,89%. Pada daerah weld metal, persentase struktur mikro untuk ferit adalah 61,11% dan perlit adalah 38,89%. Sedangkan untuk hasil foto mikro pada pengelasan di bawah air pada daerah base metal, persentase struktur mikro untuk ferit adalah 74,89% dan perlit adalah 25,11%. Pada daerah HAZ, persentase struktur mikro untuk martensit adalah 46,11%,   struktur mikro ferit adalah 18,22% dan struktur mikro perlit adalah 35,67%. Pada daerah weld metal, persentase struktur mikro untuk ferit adalah 48,9% dan struktur mikro perlit adalah 51,1%. 
Analisis Keandalan Struktur Padeye Berdasarkan Konfigurasi Rigging pada Lifting Upper Deck Modul Modec dengan Pendekatan Dinamik Iqbal Gayuh Raharjaning Mukti Sumarsono; Yeyes Mulyadi; Yoyok Setyo Hadiwidodo
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.796 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.19673

Abstract

Di dalam perusahaan yang bergerak dalam bidang fabrikasi, lifting merupakan salah satu tahapan terpenting dalam membangun bangunan lepas pantai sehingga diperlukan perhitungan dan analisis tambahan untuk memperhatikan apakah struktur tersebut aman ataupun tidak. Sekenario lifting berdasarkan konfigurasi rigging dapat dibuat untuk menentukan rigging equipment yang tepat. Pada kasus ini, struktur yang di-lifting adalah struktur upper deck dari modul MODEC yang dikerjakan oleh PT. GPS Batam. Deck ini memiliki panjang sekitar 19,5 m dan lebar 9 m. Berat total struktur dengan equipment sebesar 55 ton. Konfigurasi rigging yang akan digunakan ada tiga, yaitu Model A (tanpa spreader bar), Model B (satu spreader bar), dan Model C (dua spreader bar). Dari ketiga konfigurasi tersebut akan diperoleh dimensi padeye yang berbeda- beda. Model A, Model B, dan Model C memiliki diameter hole padeye masing-masing sebesar 74 mm, 65 mm, dan 52 mm. Tegangan dan UC tertinggi sama- sama terjadi pada Model A sebesar 17625,99 psi dan untuk UC sebesar 0,52. Tetapi hal ini berbanding terbalik apabila ditinjau dari daerah lubang. Tegangan ataupun UC yang lebih tinggi jatuh pada Model C yang menggunakan dua spreader bar sebesar 13936,58 psi dan nilai UC sebesar 0,45. Tegangan yang terjadi di attachments maupun sekitar hole dijadikan variabel dalam mencari keandalan yang terjadi pada tiap padeye dengan metode Mean value first order second moment (MVFOSM). Sehingga didapatkan Probality of Failure (PoF) pada attachments padeye pada Model A, B, dan C masing- masing sebesar 0,126%, 0,064 %, dan 0,0001 %. Sedangkan PoF pada hole padeye sebesar 0,062% untuk Model A, 0,10 % untuk Model B, dan 0,23% untuk Model C.
Analisis Pengaruh Variasi Flow Rate Gas Pelindung Pada Pengelasan FCAW-G Terhadap Struktur Mikro Dan Kekuatan Mekanik Sambungan Material Grade A Nabielah Khiyaarul A-immah; Nur Syahroni; Yoyok Setyo Hadiwidodo
Jurnal Teknik ITS Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.664 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v7i2.33035

Abstract

Pengelasan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari dunia industri maritim terutama perkapalan karena hampir keseluruhan konstruksi badan kapal disambung dengan cara dilas. Salah satu metode pengelasan yang paling sering digunakan adalah FCAW (Flux Cored Arc Welding). Pengelasan FCAW sering digunakan karena produktivitasnya yang tinggi. Dalam penerapannya, pengelasan FCAW dapat digunakan dengan atau tanpa gas pelindung. Gas pelindung berfungsi sebagai pelindung logam las agar tidak terjadi interaksi dengan udara sekitar juga mempengaruhi kestabilan nyala busur yang dapat memengaruhi kinerja dari welder pada saat mengelas. Dalam penelitian ini akan dianalisis bagaimana pengaruh variasi flow rate gas pelindung terhadap struktur mikro, kekerasan, dan kekuatan tariknya. Variasi flow rate gas pelindung yang digunakan adalah 14 L/menit, 16 L/menit, dan 18 L/menit. Dari hasil pengujian akan didapatkan hasil pengaruh variasi flow rate gas pelindung terhadap struktur mikro, kekerasan, dan kekuatan tarik.
Analisis Sour Corrosion pada Baja ASTM A36 Akibat Pengaruh Asam Sulfat dengan Variasi Temperatur dan Waktu Perendaman di Lingkungan Laut Ray Adam Baihaqi; Herman Pratikno; Yoyok Setyo Hadiwidodo
Jurnal Teknik ITS Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.281 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v8i2.45896

Abstract

Pada industri maritim masalah korosi merupakan masalah yang serius yang terjadi pada logam karena bisa mengurangi nilai ekonomis dari logam tersebut. Logam yang paling banyak digunakan pada industri maritim adalah Baja ASTM A36 yang merupakan baja karbon rendah dengan kandungan karbon 0,25% sampai 0,29%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui variasi medium perendaman, temperatur dan waktu perendaman terhadap laju korosi Baja ASTM A36. Pada medium perendaman menggunakan dua variasi yaitu medium NaCl 3,5% yang merupakan medium air laut buatan dan medium NaCl 3,5% + H2SO4 0,5 M. Kemudian untuk variasi temperatur adalah 20˚, 30˚, 40˚ C. Dan variasi waktu perendaman yang digunakan 24, 72, 120 dan 168 jam. Hasil dari uji immersion corrosion test menunjukkan nilai laju korosi tertinggi terjadi pada Baja ASTM A36 yang direndam pada medium NaCl 3,5% + H2SO4 0,5 M dengan temperatur perendaman 40˚ C yang menunjukkan nilai laju korosi 37,584 mmpy (24 jam), 31,965 mmpy (72 jam), 23,795 mmpy (120 jam), 19,375 mmpy (168 jam), kemudian pada material sampel uji tersebut terjadi korosi seragam dan korosi batas butir. Nilai laju korosi tertinggi pada medium perendaman NaCl 3,5% terjadi pada Baja ASTM A36 yang direndam pada temperatur 40˚ C yang menunjukkan nilai laju korosi 0,098 mmpy (24 jam), 0,105 mmpy (72 jam), 0,081 mmpy (120 jam), 0,063 mmpy (168 jam), kemudian pada material sampel uji tersebut terjadi korosi seragam dan korosi sumuran. Hasil penelitian ini didapatkan adanya senyawa H2SO4 dan temperatur yang tinggi dapat mempercepat laju korosi di lingkungan laut.
Analisis Pengaruh Pergerakan Barge terhadap Pergerakan Struktur Riser Support Jacket pada Proses Lifting Tahap Instalasi Rifki Mahardi; Yoyok Setyo Hadiwidodo; Rudi Walujo Prastianto
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.66967

Abstract

Proses instalasi merupakan tahap terakhir dari serangkaian tahapan fabrikasi struktur Jacket. Pada penelitian ini, struktur Jacket akan diinstalasi dengan metode lifting. Keamanan pada proses lifting perlu diperhitungkan secara tepat agar selama proses tidak terjadi kegagalan. Salah satunya adalah bagaimana pengaruh pergerakan barge terhadap pergerakan struktur saat dilakukan proses lifting. Barge yang digunakan pada penelitian terlebih dahulu dimodelkan menggunakan Software MOSES untuk mengetahui bagaimana pergerakannya ketika proses lifting dilakukan. Struktur riser support dimodelkan menggunakan Software SACS untuk mengetahui titik beratnya, selanjutnya dilakukan perhitungan panjang sling. Model lifting kemudian diinput pada Software OrcaFlex untuk menganalisa pengaruh pergerakan barge terhadap pergerakan struktur. Analisa dilakukan pada lima arah pembebanan yaitu 0°, 45°, 90°, 135°, dan 180°. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pergerakan barge yang memiliki dampak paling besar terhadap pergerakan struktur terjadi saat arah pembebanan 90° dengan nilai maksimum offset pergerakan barge adalah 1,93 m dan maksimum offset pergerakan struktur sebesar 0,96 m terhadap clearance crane boom. Pada kondisi lainnya, arah pembebanan 0° simpangan maksimum yang terjadi pada barge adalah 0,52 m dan simpangan maksimum pergerakan struktur adalah 0,67 m. Pada arah pembebanan 45°, simpangan maksimum pada barge adalah 0,24 m dengan simpangan maksimum pergerakan struktur adalah 0,86 m. Arah pembebanan 135° simpangan maksimum barge adalah 0,89 m dan simpangan maksimum struktur adalah 0,30 m. Sedangkan pada arah pembebanan 180°, simpangan maksimum barge 0,12 m adalah 0,27 m.
Analysis of Inspection Scheduling on Free Spanning Subsea Pipeline Using Risk Based Inspection (RBI) Method Daniel Mohammad Rosyid; Abizar Giffari; Yoyok Setyo Hadiwidodo
International Journal of Offshore and Coastal Engineering (IJOCE) Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : DRPM (Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat) ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2580-0914.v4i1.8703

Abstract

The subsea pipeline system of PT. X located at north of West Java transports natural gas with 19 kilometers long and 16 inches standard pipe size. The rough seabed causes free span problem. The system will be threatened by a structural failure of fatigue due to Vortex Induced Vibration (VIV) and local buckling as the effects of free span. In this Final Project, a total of 136 free spans on subsea pipeline system due to the uneven seabed are analyzed. The screening will be done for spans with length and diameter ratio more than 30 to figure out the free span which pass the screening and know the risk level of the subsea pipeline due to free span. The result for fatigue screening due to VIV, spans with a length more than 25 meters did not pass the screening. Local buckling occurred at the longest free span with a length of 62 meters. The level of risk to structural failure caused fatigue due to VIV has the highest level in terms of business and the environment, namely in the medium category. The level of risk to local buckling failures for safety, environmental, and business terms was in low category.
Tie-Braces Design Optimization of Breasting Dolphin Structure at Petrochina Marine Terminal Rudi Walujo Prastianto; Dyah Ayu Puspitorini; Yoyok Setyo Hadiwidodo
International Journal of Offshore and Coastal Engineering (IJOCE) Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : DRPM (Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat) ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (977.67 KB) | DOI: 10.12962/j2580-0914.v1i1.2868

Abstract

This paper discusses about optimization design of breasting dolphin’s structural strengthening with additional tie-bra­ces. The breasting dolphin structure has failed because of the increased load on the export activity of tanker. A strengthe­ning project has been carried out in 2014, but the result is considered overdesign and is not optimal. There­fore an optimization design of breasting dolphin structure is carried out as described herein, by looking for the optimum configuration, outside diameter, and wall thickness. The objective function is to determine the minimum weight of the structure. The independent variables are the outside diameter and wall thickness. The constraints are joint deflection check, member stress check, and joint punching shear stress check. There two type analyses performed. Firstly, in-place analysis of several structures with various tie-braces dimensions. The calcu­lation of the initial tie-braces dimension was performed using parameter’s design according to API RP 2A WSD. Secondly is optimization analysis of output data from the in-place evaluation to determine optimum outside diameter and wall thickness of tie-braces, also the weight of the structure. After optimization analysis conducted it is found optimum structural weight be 261 tons, which is some 3 tons lighter than the previous one of 264 tons.
Risk Based Inspection using API RP 580 and DNV RP F116 Towards Free Spanning Pipelines Yoyok Setyo Hadiwidodo; Iftinaniffah Qonitah; Daniel Mohammad Rosyid
International Journal of Offshore and Coastal Engineering (IJOCE) Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : DRPM (Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat) ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2580-0914.v4i4.10929

Abstract

The free span that occurs in the subsea pipeline can cause fatigue due to vortex induced vibration and local buckling. From the risk of failure that may occur, a risk-based inspection scheduling required. The 14" Underwater pipe belongs to PT. The X located in the Madura Strait is used to transmit gas from the CPP to ORF with a length of 65 km which has 554 free spans. In scheduling inspections, the commonly used codes are API RP 580 and DNV RP F116. This journal will discuss the difference between these two codes. Reliability calculations use Monte Carlo simulation with VIV failure mode and local buckling failure mode. The consequences of failure are reviewed on safety, environmental and asset aspects. API RP 580, shows the environmental aspect and the safety aspect of both modes of failure has the next inspection in 6 years, while the asset aspect is 3 years. At DNV RP F116, scheduling inspection of safety aspect on both modes is 3 years and environmental aspects is a year later, while the asset aspect would be better to change the pipe
Analisis Tingkat Kepuasan Peserta Pelatihan AutoCAD Online untuk Pengabdian Masyarakat Terdampak Covid-19 dengan Metode Kirkpatrick Level I Madi Madi; Yoyok Setyo Hadiwidodo; Tuswan Tuswan; Abdi Ismail
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 5 No 4 (2020)
Publisher : Universitas Mathla'ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30653/002.202054.689

Abstract

SATISFACTION LEVEL ANALYSIS OF AUTOCAD ONLINE TRAINING PARTICIPANTS FOR COMMUNITY SERVICE AFFECTED BY COVID-19 USING KIRKPATRICK LEVEL I METHOD. Online AutoCAD training is an activity to learn modelling techniques using AutoCAD software for participants affected by Covid-19. Online AutoCAD training was held to increase people's productivity during the pandemic, increase knowledge, and develop modelling ability using AutoCAD software. The number of participants registered to join this program was 49 participants from open recruitment which consisted of 59% male participants and 41% female participants. The program ran for four meetings online, each session 1.5 hours with a system of introduction, learning, assignments, and exams. The service team also provides free facilitators, facilities, presenters and materials (F2PM) for training participants. So, to find out participants' satisfaction, it is necessary to conduct an evaluation at the end of the training. The review was carried out by means of an online survey to the participants, then processed qualitatively with the Kirkpatrick Level I method. The final result of the participant evaluation of the facilitator was considered acceptable (59%), the facilities were considered excellent (67%), the presenters were considered very good (56 %), and the material is considered very good (59%). In the future, evaluation data on the level of participant satisfaction can be used as a recommendation and motivation to organize advanced training.