Garuda - Garba Rujukan Digital

PENDIDIKAN SEJARAH UNTUK MEMPERKUAT PENDIDIKAN KARAKTER Hasan, Said Hamid
Paramita: Historical Studies Journal Vol 22, No 1 (2012): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v22i1.1875

Character education is an attempt to address the multidimensional crisis that is currently happening. This is done by instilling the values Ã¢â¬â¹Ã¢â¬â¹in education. Curriculum Center formulate at least there are 18 values Ã¢â¬â¹Ã¢â¬â¹of character education, namely religious, honesty, tolerance, discipline, hard work, creative, independent, democratic, curiosity, the spirit of nationalism, patriotism, recognize excellence, friendship / communicative, love peace, likes to read, care for the environment, social caring, and responsibility. In the history education, these values Ã¢â¬â¹Ã¢â¬â¹can be integrated in the learning. History education has a role promote character education because it was strategically to establish character and civilization of the nations dignity. It also serves to realize nationalism and patriotism. Strengthening the lessons of history as a character education can be applied starting from the goal, the implementation of learning, materials, and media sources up to the assessment.Keywords: character education, learning of history.Pendidikan karakter merupakan satu upaya untuk menangani permasalahan krisis multidimensional yang saat ini terjadi. Hal ini dilakukan dengan penanaman nilai-nilai dalam pendidikan. Pusat Kurikulum merumuskan paling tidak ada 18 nilai pendidikan karakter, yakni religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Di dalam pendidikan sejarah, nilai-nilai tersebut dapat diintegrasikan dalam pembelajaran. Pendidikan sejarah berperan dalam pendidikan karakter karena pelajaran Sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Penguatan pelajaran sejarah sebagai pendidikan karakter dapat diterapkan mulai dari tujuan, pelaksanaan pembelajaran, materi, sumber dan media, sampai dengan penilaian.Kata kunci: pendidikan karakter, pembelajaran sejarah.

PENDIDIKAN SEJARAH UNTUK MEMPERKUAT PENDIDIKAN KARAKTER Hasan, Said Hamid
Paramita: Historical Studies Journal Vol 22, No 1 (2012): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v22i1.1875

Character education is an attempt to address the multidimensional crisis that is currently happening. This is done by instilling the values Ã¢â‚¬â€¹Ã¢â‚¬â€¹in education. Curriculum Center formulate at least there are 18 values Ã¢â‚¬â€¹Ã¢â‚¬â€¹of character education, namely religious, honesty, tolerance, discipline, hard work, creative, independent, democratic, curiosity, the spirit of nationalism, patriotism, recognize excellence, friendship / communicative, love peace, likes to read, care for the environment, social caring, and responsibility. In the history education, these values Ã¢â‚¬â€¹Ã¢â‚¬â€¹can be integrated in the learning. History education has a role promote character education because it was strategically to establish character and civilization of the nation's dignity. It also serves to realize nationalism and patriotism. Strengthening the lessons of history as a character education can be applied starting from the goal, the implementation of learning, materials, and media sources up to the assessment.Keywords: character education, learning of history.Pendidikan karakter merupakan satu upaya untuk menangani permasalahan krisis multidimensional yang saat ini terjadi. Hal ini dilakukan dengan penanaman nilai-nilai dalam pendidikan. Pusat Kurikulum merumuskan paling tidak ada 18 nilai pendidikan karakter, yakni religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Di dalam pendidikan sejarah, nilai-nilai tersebut dapat diintegrasikan dalam pembelajaran. Pendidikan sejarah berperan dalam pendidikan karakter karena pelajaran Sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Penguatan pelajaran sejarah sebagai pendidikan karakter dapat diterapkan mulai dari tujuan, pelaksanaan pembelajaran, materi, sumber dan media, sampai dengan penilaian.Kata kunci: pendidikan karakter, pembelajaran sejarah.

HISTORY EDUCATION AS AN EDUCATIONAL MEDIUM TO EMBODY THE SPIRIT OF NATIONALITY Hasan, Said Hamid
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Vol 12, No 1 (2011): Nationalism and History Education
Publisher : Prodi. Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan APPS (Asosiasi peneliti dan Pendidik Sejarah)

The above objectives of history education clearly indicate that history education aims at the development of students awareness of time concept; scientific knowledge of the society in the past in terms of their values, ways of thinking, attitudes and achievement; skills for understanding and generatingÂ knowledge of the past; attitudes towards history as what happened in the past society, and history as a science that reconstruct the past . To put it in a simple way the objectives suggest that students should have knowledge about the past scientifically and this knowledge is gained through the application of historical thinkings and skills.Â The objectives also suggestÂ that history education shouldÂ prepare students for their roles as a citizen who loves and is proud of the country, the nation and their past achievement. Further, the objectives place history as an education media for preparing the students for their future lives.Â Big potential of historical education is developing the nationâ€™s identity.Â Historical education is a vehicle that gives opportunities for young generations to conduct self identification as a member of this nation.Â History education potential in developing the nation withÂ heroism,leadership, and willingness to sacrifice.

Pendidikan Sejarah untuk Kehidupan Abad KE-21 Hasan, Said Hamid
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Vol 2, No 2 (2019): Pendidikan Sejarah abad 21
Publisher : Prodi. Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan APPS (Asosiasi peneliti dan Pendidik Sejarah)

Pengembangan Pendidikan Sejarah dalam mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan pada Abad ke 21 menghendaki adanya berbagai perubahan dalam berbagai komponen Pendidikan Sejarah. Perubahan tersebut terutama dalam bentuk pengayaan yaitu pengembangan kompetensi yang dinamakan Kompetensi Pendidikan Sejarah yang terdiri atas tiga kelompok kompetensi, yaitu Kompetensi mengenal dan memahami perubahan, Â kompetensi mengadaptasi perubahan, dan Â kompetensi menentukan perubahan untuk kehidupan masa depan. Penguasaan ketiga KPS tersebut didasarkan pada pengetahuan sejarah, berpikir sejarah, dan sikap kesejarahan. Pengayaan lain yang diperlukan terkait dengan proses pembelajaran, sumber materi Pendidikan Sejarah, dan penilaian hasil belajar sejarah. Pengayaan tersebut perlu dilakukan secara menyeluruh dan tidak terkait hanya pada suatu komponen tertentu mengingat Pendidikan Sejarah adalah suatu totalitas sistem pembelajaran.

THE DEVELOPMENT OF HISTORICAL THINKING AND SKILLS IN THE TEACHING OF HISTORY IN THE SENIOR SECONDARY SCHOOL CURRICULUM IN INDONESIA Hasan, Said Hamid
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Vol 11, No 2 (2010): History Teaching
Publisher : Prodi. Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan APPS (Asosiasi peneliti dan Pendidik Sejarah)

The present study analyses history education as it is in curriculum document of senior secondary school. The curriculum document is a part of content standard document which is officially announced by Minister of National Education Regulation number 22 year 2005. This official document contains amongst others curriculum structure, competency standards and basic competency. Two major questions this study asks are (1) what is the concept of history education stipulated in curriculum document?, and (2) how far the existing curriculum provides possibilities for the development of historical thinking and skills?Â Â The questions are answered by analysing the document. Considering the characteristic of curriculum document which is an official document and all ideas are planned strictly and clearly written, the analysis uses logical analysis approach where the two research questions serve as analysis framework. The result shows that the exisiting curriculum conceived history education as a scientific discipline education. Also, the curriculum provides an ample opportunity to develop historical thinking and skills. Design used by the curriculum is concecutive design for the development of thinking and learning skills. Â It concluded that the concept of history education as a scientific discipline education is appropriate considering the objective of senior secondary education to prepare the students for university education. The study also suggests teachers of history to implement integrated design for the development of historical thinking and skills as an alternative to consecutive design.

HISTORY EDUCATION IN CURRICULUM 2013: A NEW APPROACH TO TEACHING HISTORY Hasan, Said Hamid
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Vol 14, No 1 (2013): local wisdom in history education
Publisher : Prodi. Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan APPS (Asosiasi peneliti dan Pendidik Sejarah)

There has been so many findings and thoughts indicating that teaching history is dominated by what teachers tell of what happened in the past as it is written in the textbooks or reference books. Students listen, read, and memorize the narration and the more details the student could memorize the higher mark she/he will get. The plan for teaching history, syllabus or lesson plan, shows a high level of consistency amongst the learning objectives, teaching processes, and assessment of student learning outcomes. Memorize of historical facts and the reproduction of historical narratives as indication of studentâ€™s understanding of historical events, the transmission of information from teacher to student to realize the objectives, and the use of pencil and paper test to assess student level of achievement are the common practices in school from primary to secondary education. It would be no surprise if teaching history at the higher level of education would follow the same path. Public still consider a good scholar or historian in this case, is measured by the amount of knowledge she/he can memorize and she/he should be able to answer some many questions of the facts of historical events. In fact, there is no question of how many a student has in her/his memory apart from what is questioned.

History Education in Curriculum 2013: A New Approach to Teaching History Hasan, Said Hamid
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Vol 14, No 2 (2013): Pembelajaran sejarah berbasis budaya
Publisher : Prodi. Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan APPS (Asosiasi peneliti dan Pendidik Sejarah)

There have been so many findings and thoughts indicating that teaching history is dominated by what teachers tell of what happened in the past as it is written in textbooks or reference books. Students listen, read, and memorize the narration, and the more details the student can memorize, the higher mark she/he will get. The plan for teaching history, syllabus, or lesson plan shows a high level of consistency amongst the learning objectives, teaching processes, and student learning outcomes assessment. Memorize of historical facts and the reproduction of historical narratives as an indication of studentâ€™s understanding of historical events, the transmission of information from teacher to student to realize the objectives, and the use of pencil and paper tests to assess student level of achievement is the standard practices in school from primary to secondary education. It would be no surprise if teaching history at the higher level of education would follow the same path. The public still considers a good scholar or historian, in this case, is measured by the amount of knowledge she/he can memorize. She/he should answer many questions about the facts of historical events. There is no question of how many a student has in her/his memory apart from what is questioned

Strategi Menghadapi Perubahan Global Melalui Analisis Tata Kelola Program Pascasarjana di National University of Singapore Prihatin, Eka; Gaffar, Muhammad Fakry; Hasan, Said Hamid; Wahyudi, Yudi
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 21, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpp.v21i3.40369

Semua universitas memiliki strategi unggulan dalam menghadapi perubahan global yang datangnyaÂ sangat cepat dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Pendidikan menjadi senjata ampuh andalanÂ yang diharapkan dengan pendidikan yang berkualitas akan membuat negara mampu menghadapiÂ perubahan global bahkan mampu menjadikan perubahan tersebut menjadi peluang untukÂ mengembangkan negaranya. Sehingga diperlukan analisis tata Kelola dari universitas ternama dari negaraÂ lain sebagai brainstorming program pascasarjana. National University of Singapore menjadi lokasiÂ strategis untuk dianalisis untuk mendapatkan data tentang (1) sifat program pascasarjana dari universitasÂ yang dipilih; (2) kecenderungan umum tata kelola program pascasarjana; (3) dampak perubahan globalÂ terhadap program pascasarjana; (4) strategi dan inovasi tata kelola dalam menyikapi dampak peningkatanÂ kualitas program pascasarjana; (5) implikasi penelitian terhadap tata kelola program pascasarjanaÂ khususnya di Universitas Pendidikan Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 4 strategi NUSÂ dalam menghadapi perubahan yaitu (1) otonomi universitas; (2) rekruitmen tenaga akademisi kelas 1 danÂ menyiapkan lingkungan, insfrastruktur untuk kolaborasi penelitian dengan para sarjana dalamÂ mengembangkan yang terbaru dan terunggul; (3) NUS selalu mengkondisikan lembaganya dalamÂ constructive dissatisfaction; dan (4) kolaborasi global. Sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi NUSÂ dalam menghadapi perubahan global sangat menitik beratkan pada kualitas sumber daya danÂ pengembangan penelitian yang inovatif.

Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik dalam Pembelajaran Hybrid Karyadi Hidayat; Sapriya Sapriya; Said Hamid Hasan; Erlina Wiyanarti
Jurnal Basicedu Vol 6, No 2 (2022): April Pages 1500- 3199
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/basicedu.v6i2.2265

Keterampilan berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran, terlebih lagi saat ini pembelajaran diselenggarakan secara hybrid. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan secara komprehensif mengenai keterampilan berpikir kritis yang dimiliki oleh peserta didik dalam pembelajaran hybrid. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada mixed method atau metode campuran karena mengkombinasikan antara metode kuantitatif dan kualitatif. Hasil yang dicapai dari penelitian ini bahwa keterampilan berpikir kritis peserta didik yang mengikuti pembelajaran hybrid sudah cukup tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 73,41. Secara spesifik, hanya terdapat dua deskriptor yang capaiannya masih di bawah 70% yaitu mengenai keterampilan menganalisis dan menjawab pertanyaan berdasarkan fakta. Adapun pada deskriptor lainnya, peserta didik sebagian besar telah memilikinya. Deskriptor tertinggi terkait dengan keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan peserta didik dalam menyusun kesimpulan dari materi pembelajaran.

Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik dalam Pembelajaran Hybrid Karyadi Hidayat; Sapriya Sapriya; Said Hamid Hasan; Erlina Wiyanarti
Jurnal Basicedu Vol 6, No 2 (2022): April Pages 1500- 3199
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/basicedu.v6i2.2265

Keterampilan berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran, terlebih lagi saat ini pembelajaran diselenggarakan secara hybrid. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan secara komprehensif mengenai keterampilan berpikir kritis yang dimiliki oleh peserta didik dalam pembelajaran hybrid. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada mixed method atau metode campuran karena mengkombinasikan antara metode kuantitatif dan kualitatif. Hasil yang dicapai dari penelitian ini bahwa keterampilan berpikir kritis peserta didik yang mengikuti pembelajaran hybrid sudah cukup tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 73,41. Secara spesifik, hanya terdapat dua deskriptor yang capaiannya masih di bawah 70% yaitu mengenai keterampilan menganalisis dan menjawab pertanyaan berdasarkan fakta. Adapun pada deskriptor lainnya, peserta didik sebagian besar telah memilikinya. Deskriptor tertinggi terkait dengan keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan peserta didik dalam menyusun kesimpulan dari materi pembelajaran.

Title

Found 21 Documents
Search

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Title Search

Found 21 Documents Search

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Title

Found 21 Documents
Search