Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Media Convergence Welcomes Industry 4.0 Ichsan Adil Prayogi; Nuryah Asri Sjafirah; Evie Ariadne Shinta Dewi
Jurnal Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Vol 5, No 2 (2020): December 2020 - Jurnal Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia
Publisher : Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25008/jkiski.v5i2.346

Abstract

This article discusses how media convergence, as a new era of media in welcoming the industrial revolution, is not working properly. The purpose of this study is to explain how the media today still often create content with profit priority. By using Vincent Mosco's political economy theory and case studies on local media with national networks, the author tries to unravel how the media performs its functions. As a result, even though the media has developed more advanced with the era of digital media, the media is still often used for political interests or other interests through the titles or news content they make. To anticipate this, the general public should equip themselves with the capabilities of media literacy and digital literacy, so that they  cannot choose a media that is suitable for consumption in the era of industrial revolution 4.0 where the media has developed into digital domain.
PROMOSI KESEHATAN HIV-AIDS DAN STIGMA TERHADAP PENGGUNA NARKOBA SUNTIK (PENASUN) DI KABUPATEN SUMEDANG Evie Ariadne Shintadewi; Suwandi Sumartias
Sosiohumaniora Vol 19, No 2 (2017): SOSIOHUMANIORA, JULI 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (615.978 KB) | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v19i2.11403

Abstract

Di Indonesia, cara penularan HIV-AIDS melalui Injecting Drug User (IDU) atau  Pengguna Narkoba Suntik(Penasun) yang merupakan populasi beresiko dan sulit dijangkau (hard to reach) mencapai angka 40,4%. Salah satunya penyebab mereka sulit dijangkau adalah  sikap menstigma oleh masyarakat, karena stigma dapat mempersulit upaya intervensi pemerintah (melalui promosi kesehatan) dalam pengendalian HIV-AIDS.Tujuan penelitian ini adalah  : 1) untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan penanggulangan HIV-AIDS oleh KPA Kabupaten Sumedang 2) untuk memperoleh gambaran mendalam tentang makna stigma bagi Penasun dan 3) untuk mengetahui makna promosi kesehatan dalam menghapuskan stigma bagi Penasun.Metode penelitian adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan Studi Kasus, serta teknikpengumpulandata melalui:a) wawancaramendalam(indepthInterview), b) observasi, c) studipustaka, dan d)focus   group   discussion. Hasil Penelitian menunjukkan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sumedang melaksanakan kegiatan promosi kesehatan sebagai upaya pencegahanpenularan HIV-AIDS menggunakan beberapa strategi secara simultan untuk sasaran yang berbeda. Di sisi lain, Penasun memaknai stigma secara positif dan negatif. Makna negatif melahirkan sikap menarik diri dari kehidupan sosial, masa bodoh, apatis, tidak peduli dan putus asa dalam menjalani sisa hidupnya, sedangkan makna postif justru memberikan sisa hidupnya untuk dapat berkontribusi di masyarakat dengan ikut menyampaikan informasi tentang bahayanya HIV-AIDS. Penasun juga memaknai kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan KPA Sumedang dalam tiga kategori, yaitu bagus untuk ranah kognitif, cukup untuk ranah afeksi dan masih kurang untuk ranah konasi. Kata Kunci : Stigma, Penasun, HIV-AIDS, Promosi Kesehatan.
Sosialisasi Bahaya Media Sosial sebagai Modus Perdagangan Orang pada Remaja di Jatinangor Benazir Bona Pratamawaty; Evie Ariadne Shinta Dewi; Putri Limilia
MENARA RIAU Vol 15, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (602.007 KB) | DOI: 10.24014/menara.v15i2.13968

Abstract

In the period of January to April 2021, 234 children were found to be the victims of the children trafficking and 60% of them were recruited through the social media. Children and young adults were told that they will be hired as employee and earn sophisticated salary while in fact they were tricked into sexual exploitation. Pandemic and high internet penetration results in increasing internet use for children and young adults. Hence, both children and young adults are prone to the human trafficking practices. Therefore, it is urgent to conduct socialization and education towards children and young adults regarding the high risks of social media use as the recruitment tools for human trafficking perpetrators. This community service aimed to increasing knowledge and rising awareness of the young adults in Jatinangor with regard to the threat of social media as the human trafficking modus of practices. The data collection comprised of online survey before and after the socialization. Because of the pandemic, the socialization took place online or known as Webinar. The webinar was divided into three session which consisted of polling session (pre-test), talks and discussion session, then post-test session. The objectives of this webinar were to socialize, educate, and develop social awareness with regard to the human trafficking threats. The online survey results were analyzed using quantitative descriptive technique. The results indicate that after the webinar the participant succeed in gaining knowledge and understanding of the human trafficking recruitment modus and how the social media used as one of the modus.
Model strategi komunikasi politik sosialisasi kebijakan Masyarakat Ekonomi ASEAN di Bandung Barat Benazir Bona Pratamawaty; Evie Ariadne Shinta Dewi; Putri Trulline
Jurnal Kajian Komunikasi Vol 7, No 2 (2019): December 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.121 KB) | DOI: 10.24198/jkk.v7i2.23362

Abstract

Sejak tahun 2016, Indonesia memasuki fase baru tatanan kehidupan bermasyarakat dalam lingkup kawasan ASEAN yakni dengan mulai efektifnya ASEAN Economic Community (AEC) atau yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Konsekuensinya, Indonesia harus membuka perdagangan barang, jasa, dan pasar tenaga kerja dengan negara ASEAN lainnya. Pemerintah, baik pusat maupun daerah, perlu menyosialisasikan kebijakan terkait MEA kepada seluruh stakeholders termasuk kepada masyarakat luas guna menyiapkan masyarakat menghadapi fase baru kehidupan perekonomian nasional akibat pemberlakuan MEA. Studi ini bertujuan untuk mengetahui model ideal strategi komunikasi politik bagi pemerintah daerah Kabupaten Bandung Barat dalam menyiapkan masyarakat menghadapi pemberlakuan MEA. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan observasi, wawancara mendalam dan studi literatur. Pendekatan kualitatif dipandang relevan karena peneliti ingin mengkaji dan menganalisis secara mendalam strategi komunikasi politik pemerintah Kabupaten Bandung Barat dalam menyiapkan masyarakatnya menghadapi MEA. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa model strategi komunikasi politik yang ideal bagi pemerintah Kabupaten Bandung Barat dalam mengkomunikasikan kebijakan terkait MEA harus dimulai dari komunikasi politik internal pemerintah Kabupaten Bandung Barat dalam rangka menyamakan persepsi dan menciptakan kesepahaman akan visi pemerintah terkait kebijakan-kebijakan MEA. Dengan demikian, komunikasi politik pemerintah kepada masyarakat pun dapat dilakukan secara lebih terarah dan terprogram melalui koordinasi dan kerjasama dinas-dinas dan badan-badan terkait pemerintah Kabupaten Bandung Barat.
POLA KOMUNIKASI TRADISI MAROSOK ANTARA SESAMA PENJUAL DALAM BUDAYA DAGANG MINANGKABAU Samia Fadhilah; Evie Ariadne Shinta Dewi
Jurnal Kajian Komunikasi Vol 5, No 2 (2017): December 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.434 KB) | DOI: 10.24198/jkk.v5i2.10464

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk untuk memahami pola komunikasi tradisi marosok antara sesama penjual dalam budaya dagang Minangkabau. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan studi etnografi komunikasi. Subjek penelitian adalah para penjual ternak di Balai Cubadak. Subjek dipilih secara purposive sampling (sampel bertujuan) dengan jumlah 6 orang. Data penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dokumentasi, studi pustaka. Adapun teknis analisis dengan mengumpulkan data, mendeskripsikan, menganalisis, dan melakukan interpretasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa peristiwa komunikasi diantara sesama penjual yaitu (1) menanyakan harga (2) memberikan nasihat (3) berdiskusi mengenai pengalaman bertransaksi. Peristiwa terjadi diparkiran, los, dan warung. Pesan disampaikan bernada santai menggunakan bahasa Minangkabau baik verbal dan non verbal, dilandaskan kepada norma dan nilai luhur yang telah diwariskan dari generasi kegenerasi lainnya, meskipun beberapa tradisi mulai ditinggalkan. Pola komunikasi tradisi marosok antara sesama penjual dalam budaya dagang minangkau dibentuk atas dasar kesadaran untuk menjaga silaturahmi melalui forum diskusi antara sesama penjual, keharusan mewariskan nilai-nilai dan membantu sesama. Oleh karena itu, semua penjual berpartisipasi aktif menuangkan semua pengalaman yang didapatkan selama bertransaksi dan kemudian dibagi ke forum, dan mengambil pelajaran. Pelajaran inilah yang kemudian digunakan sebagai landasan bertindak dalam berdagang di kemudian hari.
Political Communications, State, and Institutionalization of Democracy Evie Ariadne Shinta Dewi
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 10, No 2 (2017): (Accredited Sinta 3)
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/mediator.v10i2.2735

Abstract

The main thesis of this paper is reveals how the process of political communication should take place in order to achieve the idealization of democracy in accordance with the objectives of post-collapse reform of the authoritarian new order era. After nearly 18 years of reformation, substantial issues and basic problems still seem to burden the government. On the other hand, political democratization process seems to be influenced by the old pattern. This paper elaborates how the role of political communication in the process of democratization has been going on. The data obtained through documentation studies from various sources. The results of the study indicate that a state that should be positioned as the main actor in the process of political communication is often overlooked because of the large number of noise that caused by the main message of the state which is not well conveyed. As the result, the institutionalization of democratic values is still not the main commitment of the political parties. In the future, this country needs a strategy that puts the state both as a communicator and a communicant, so that the consolidation of democracy can be realized soon.
Pengetahuan dan persepsi politik pada remaja Putri Limilia; Evie Ariadne
Jurnal Psikologi Sosial Vol 16 No 1 (2018): February
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.678 KB) | DOI: 10.7454/jps.2018.5

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang tingkat pengetahuan dan persepsi pemilih pemula terhadap partai politik. Hal ini penting dilakukan karena pengetahuan dan persepsi politik merupakan faktor-faktor yang berperan penting dalam memahami partisipasi politik. Secara praktis, penelitian ini juga penting untuk dilakukan karenapemilih pemula memiliki peranan penting dalam demokrasi dan disaat bersamaan memiliki partisipasi dan ketertarikan politik yang rendah. Oleh karena itu, pada penelitian ini, peneliti berupaya untuk memahami pengetahuan dan persepsi poltik remaja. Secara spesifik, penelitik mengkaji pengetahuan dan persepsi terhadap partai politik sebagai salah satu institutasi politik. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan desain penelitian studi kasus. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah wawancara. Partisipan penelitian ini adalah 20 orang siswa sekolah menengah atas yang berusia 16 hingga 18 tahun dan belum pernah memilih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemilih pemula memiliki pengetahuan yang rendah tentang konsep, peran, dan fungsi partai politik. Rendahnya tingkat pengetahuan tersebut diiringi dengan persepsi negatif terhadap partai politik. Pemilih pemula mempersepsikan secara negatif parpol sebagai organisasi yang hanya mementingkan diri sendiri, korupsi, dan hanya melakukan pencitraan.
PELESTARIAN NILAI BUDAYA LOKAL MELALUI SENI KRIYA, SEBAGAI INOVASI PELAKU EKONOMI KREATIF DI MASA PANDEMI COVID-19 Evie Ariadne; Benazir Bona Pratamawaty; Putri limilia
LOGISTA - Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4 No 2 (2020)
Publisher : Department of Agricultural Product Technology, Faculty of Agricultural Technology, Universitas Andalas Kampus Limau Manis - Padang, Sumatera Barat Indonesia-25163

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/logista.4.2.615-624.2020

Abstract

Artikel ini merupakan hasil kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) dengan sasaran utama kelompok masyarakat di desa yang produktif secara ekonomi, yakni kelompok usaha yang dirintis oleh beberapa orang anggota masyarakat di Desa Sukagalih Kabupaten Sumedang bernama Galery Leuit. Kegiatan utama mereka adalah membuat kerajinan tangan (handycraft) berbahan dasar Bambu, Batok Kelapa dan Buah Brenuk (Maja) serta membuat kain batik dengan motif khusus berupa huruf Sunda Kuna Kaganga. Tujuan kegiatan PPM ini untuk membantu Mitra memperluas jaringan komunikasi agar karya-karyanya bisa dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Permasalahan yang dihadapi oleh mitra adalah 1) belum memiliki peralatan kriya yang memadai, 2) belum mempunyai bengkel kerja yang memadai, 3) Belum memiliki konsep strategi dan media promosi serta pemasaran. Target dan luaran yang dihasilkan dari PPM ini antara lain Mitra dapat memiliki akses komunikasi terhadap pemerintah daerah untuk mengembangkan jaringan penjualan. Metode yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut adalah 1) Membuka jalur komunikasi dengan pemerintah daerah kabupaten Sumedang, Pemerintah provinsi dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Barat melalui diskusi dalam bentuk Webinar dengan menjadikan Mitra sebagai nara sumber dan pemerintah daerah sebagai penanggap. Program ini diharapkan mampu memfasilitasi perkembangan usaha mitra sehingga dapat memberikan multiflier effect bagi usaha sejenis dan usaha lain yang terkait (bermitra) dengannya. Kata Kunci: Nilai Budaya Lokal, Pelaku Usaha Kecil, Kerajinan Tangan, Seni Batik, Aksara Sunda ABSTRACT The target of this Community Service activity is a group of people who are economically productive, namely a business group initiated by several community members in Sukagalih Village, Sumedang Regency who have produced several handicrafts and made batik motif designs for the Sundanese Kuna Kaganga letter as an icon of the batik motif. The aim of the program is to help Partners expand communication networks so that their works can be recognized and utilized by the public. Business partners in this program are small businesses making and selling handicraft objects (craft art) made from Brenuk Fruit (Maja fruit) and making Batik cloth with the main motif in the form of Old Sundanese Script (Kaganga letter). The problems faced by partners are 1) not having adequate craft tools, 2) not having adequate workshops, 3) Not having a strategic concept and promotional and marketing media. The targets and outputs that resulted from the PKM's community service program at the Leuit Batik Rineka Sundanese Gallery in Suka Galih Village, Sumedang, West Java, among others, partners can have communication access to local governments to develop sales networks. The methods used to achieve these goals are 1) Open lines of communication with the regional government of Sumedang district, West Java Provincial Government and West Java Dekranasda. 2) create a discussion in the form of a Webinar by making Partners as resource persons and local government as responders. This program is expected to be able to facilitate partner development so that it can have a multiplier effect for similar businesses and other businesses related (partnering) with it. Keywords: Government Communication, small and medium enterprises / SMEs, Handy Craft, Batik Art, ancient Sundanese script
Mapping of Education Information Networks in Community of Cintaratu Village Pangandaran Evie Ariadne Shinta Dewi; Nindi Aristi; Rachmaniar Rachmaniar
The Journal of Society and Media Vol. 4 No. 2 (2020): Pandemic in Society and Media
Publisher : Department of Social Science, Faculty of Social Science &Law, Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jsm.v4n2.p279-297

Abstract

This article is based on the results of research which the aim is to find out how is mapping of the education information dissemination network in the community of Cintaratu village, Pangandaran district. The reason for choosing the topic was that Padjadjaran University (Unpad) campus is in the village and it is assumed that the presence of the university in the village could improve the quality of education of its people. To confirm this assumption, it is necessary to map the education sector information network. We use qualitative methods which approach is a descriptive study, the researchers conducted a mapping of educational information dissemination. The main informants of this study are the community and village officials. Data were collected through in-depth interviews, passive participatory observation, and literature studies. The finding of the research are as follows, 1) the initial mapping of educational information dissemination to the community was carried out through direct communication, namely through two major activities - recitation and celebration; 2) recitation and celebration are two activities that are susceptible to physical noise-causing information related to education not conveyed properly to the public. Effective communication does not occur in these two activities. 
Makna Kegiatan Unilever Future Leaders League bagi Para Peserta Gede Adi Wiswa Mitra Artawan; Evie Ariadne Shinta Dewi; Heru Ryanto Budiana
PRofesi Humas Vol 1, No 1 (2016): PRofesi Humas
Publisher : LP3 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.959 KB) | DOI: 10.24198/prh.v1i1.9469

Abstract

Latar belakang penelitian ini adalah dimana peneliti menemukan fenomena di dalam sebuah kompetisi bisnis yang bernama Unilver Future Leaders League, dimana para peserta yang pada awalnya memiliki motif yang sedemikian rupa, dengan tujuan atau harapan awal mereka untuk mengikuti UFLL, menjadi berbeda setelah mereka selesai mengikuti kompetisi ini dimana peserta akhirnya tertarik untuk bergabung lebih lanjut dengan Unilever sebagai karyawanmereka, meskipun tidak ada ajakan langsung dari Unilever untuk bergabung menjadi karyawan selama UFLL berlangsung. Peneliti disini menarik benang merah dimana UFLL tentu memiliki makna tersendiri bagi setiap individu peserta.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna kegiatan Unilever Future Leaders League oleh para peserta. Teori Fenomenologi Alfred Schutz digunakan sebagai landasanteori dalam penelitian ini. Metodologi yang digunakan yaitu kualitatif dengan teknikpengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan studi pustaka. Adapun key informan di dalam penelitian ini adalah para peserta dari kompetisi UFLL.Hasil dari penelitian ini adalah kegiatanUnilever Future Leaders League terbagi menjadi dua makna, makna UFLL sebagai kompetisi dan makna UFLL sebagai peluang unutk meneruskan karir di Uinlever. UFLL sebagai kompetisi dimaknai oleh para peserta sebagai sarana transformasi diri, tempat pembentukkan karakter dan langkah awal untuk bekerja di Unilever. Sedangkan makna UFLL sebegai peluang meneruskna karir di Unilever terbagi menjadi makna afirmatif, makna relatif dan makna negatif.Kesimpulan dari penelitian ini adalah dimana makna yang terdapat dalam setiap individu informan terbentuk dari pengalaman mereka selama mengikuti berbagai kegiatan di dalam kompetisi UFLL dan hasil saling bertukar makna dengan sesama peserta. Saran peneliti adalah sebaiknya Unilever memberikan wadah atau lebih mengorganisir para peserta yang telah selesai mengikuti Unilever Future Leaders League sesuai dengan tujuan awal Unilever yaitu untuk menjadikan mereka ambassador dari Unilever.Selain itu Unilever sebaiknya melakukan follow up kepada peserta sehingga nantinya peserta yang ingin melanjutkan karir ke Unilever dapat terakomodasi. Terakhir adalah sebaiknya Unilever memberikan kegiatan khusus dengan tema kepemimpinan sehingga benang merah dari kegiatan ini tetap terjaga.