Articles
ASOSIASI KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA: CROSS-SECTIONAL DI TIMOR BARAT
Aloisius Loka Son;
Sudirman Sudirman;
Sri Adi Widodo
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (356.981 KB)
|
DOI: 10.24127/ajpm.v9i2.2742
Penelitian cross-sectional ini dilakukan untuk menganalisis ada tidaknya asosiasi antara kemampuan koneksi matematika (KKM) dan kemampuan pemecahan masalah matematika (KPMM), serta antara masing-masing indikator KKM dan KPMM siswa. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII pada dua SMP Negeri di Kota Kefamenanu-Timor Barat-NTT tahun pelajaran 2018/2019, sebanyak 50 siswa dengan perincian 30 siswa dari sekolah A, dan 20 siswa dari sekolah B. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah tes KKM dan tes KPMM. Teknik analisa data yang digunakan adalah uji chi-square dan uji koefisien kontingensi. Temuan hasil penelitian ini adalah terdapat asosiasi yang kuat antara KKM dan KPMM siswa, serta terdapat asosisi yang kuat antara masing-masing indikator KKM dan KPMM siswa. Karena itu, KKM dan KPMM siswa sebagai bagian integral dari mental kognitif sangat penting untuk ditekankan dalam proses dan evaluasi belajar matematika, sehingga siswa mampu melihat matematika sebagai hal yang berguna, relevan dan terintegrasi, serta mampu memecahkan berbagai masalah matematika yang dihadapi.
PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBANTUAN APLIKASI MOBILE AUGMENTED REALITY PADA SISWA EKSTROVERT DAN INTROVERT
Kartini Kartini;
Sudirman Sudirman;
Wiwit Damayanti Lestari
Jurnal Edukasi dan Sains Matematika (JES-MAT) Vol 6, No 2 (2020): Jurnal Edukasi dan Sains Matematika (JES-MAT)
Publisher : Department of Mathematics Education, Universitas Kuningan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (766.884 KB)
|
DOI: 10.25134/jes-mat.v6i2.2709
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses pembelajaran geometri menggunakan aplikasi mobile Augmented Reality pada siswa ekstrovert dan introvert, untuk mengetahui penguasaan materi kubus dan balok pada siswa ekstrovert dan introvert. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan partisipan siswa kelas VIII SMPIT AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH tahun pelajaran 2019/2020, dari partisipan penelitian tersebut diambil 4 siswa sebagai responden atau partisipan penelitian wawancara. Pemilihan responden tersebut dilakukan berdasarkan tipe kepribadian yang ditentukan melalui angket kepribadian dan informasi dari guru matematika yang sudah mengetahui lebih dulu kepribadian siswanya, dimana dua partisipan mewakili tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Berdasarkan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: sebaran kepribadian siswa kelas VIII SMPIT AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH didominasi oleh siswa yang memiliki kepribadian introvert. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa ekstrovert dan introvert pada pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dan individu. Hal ini ditunjukkan bahwa dalam pembelajaran secara berkelompok siswa ekstrovert lebih unggul dari siswa introvert. Sedangkan secara individu, siswa introvert lebih unggul dari siswa ekstrovert.
PENGARUH MODEL BELAJAR AKTIF TIPE GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER (GQGA) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA
Sudirman Sudirman
Gema Wiralodra Vol. 6 No. 1 (2015): Gema Wiralodra
Publisher : Universitas Wiralodra
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran aktif tipe Giving Question and Getting Answer (GQGA); untuk mengetahui prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan metode pembelajaran ekspositori; untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran aktif tipe Giving Question and Getting Answer (GQGA) terhadap prestasi belajar matematika siswa.Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK N I Kandanghaur kelas X yang berjumlah 320 siswa yang terbagi menjadi 8 kelas. Sampel penelitian diambil 2 kelas dengan cara random kelas (acak), untuk kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran aktif tipe Giving Question and Getting Answer dan kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran ekspositori. Setelah kedua kelas diberikan perlakuan yangberbeda kemudian diberikan tes akhir yaitu tes prestasi belajar matematika. Dari hasil tes yang diperoleh selanjutnya dilakukan analisis deskriptif yaitu untuk mengetahui rata-rata, varians, simpangan baku dari kedua kelas sampel dan dilanjutkan dengan melakukan analisis uji hipotesis yaitu menguji normalitas dengan uji Chi-Kuadarat, menguji homogenitas dengan uji F, dan uji t untuk menjawab hipotesis penelitian. Hasil analisis data yang telah dilakukan diperoleh rata-rata kelas eksperimen 74,16 dan rata-rata kelas kontrol 61,54 . Uji hipotesis yang digunakan yaitu uji-t dan diperoleh terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran aktif tipe Giving Question and Getting Answer dengan yang menggunakan metode pembelajaran ekspositori. Perbedaan prestasi yang terjadi, dikarenakan adanya dua perlakuan yang berbeda dalam hal ini prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran aktif tipe Giving Question and Getting Answer lebih baik dibandingkan dengan yang menggunakan metodepembelajaran ekspositori. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran aktif tipe Giving Question and Getting Answer terhadap prestasi belajar matematika siswa.
ANALISIS KECENDERUNGAN KESALAHAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI SEGITIGA
Sudirman Sudirman
Gema Wiralodra Vol. 7 No. 1 (2016): Gema Wiralodra
Publisher : Universitas Wiralodra
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui gambaran kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan soal materi segitiga; (2) mengetahui kecenderungan kesalahan mahasiswa dalam menyelesaikan soal pada materi segitiga berdasarkan kriteria Watson. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Wiralodra Indramayu. Subjek penelitian sebanyak 6 mahasiswa dari kelas kelas semester II A yang terdiri atas 2 mahasiswa yang masing-masing berasal dari kelompok atas, menengah, atau bawah yang memiliki kesalahan terbanyak. Analisisdata yang digunakan berdasarkan argumen yang dikemukakan oleh Milles and Huberman (dalam Moleong), yakni: reduksi data, renyajian data, penyimpulan. Hasil penelitian yang dapat dikemukakan dapat disimpulkan yakni (1) Kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan soal materi segitiga secara umum masih perlu ditingkatkan, pemahaman konsep harus dipahami dengan baik sehingga bisa mengetahui langkah prosedur penyelsaiannya jawabannya; (2) Kecenderungan kesalahan berdasarkan kriteria Watson sangat beragam secara umum kesalahan terbanyak yakni id, ip dan shp. Indikator kriteriaWatson terbanyak itu berkaitan dengan data tidak tepat (id), (prosedur tidak tepat (ip), masalah hierarki keterampilan (shp).
PEMBELAJARAN MATEMATIKA: STRATEGI PEMBELAJARAN ‘BLACK TEA’ DALAM MEMINIMALISIR LEARNING OBSTACLE SISWA
Muhamad Galang Isnawan;
Sudirman Sudirman
Gema Wiralodra Vol. 11 No. 2 (2020): Gema Wiralodra
Publisher : Universitas Wiralodra
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31943/gemawiralodra.v11i2.125
Pembelajaran matematika dalam implementasinya mengalami masalah dalam hal learning obstacle yang dialami siswa cenderung lebih tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut, ada salah satu strategi pembelajaran yang diharapkan mampu mengurangi learning obstacle yang dialami siswa, yaitu strategi pembelajaran ‘Black Tea’. Strategi ini didasarkan pada filosofi interpretive and critical pedagogy. Adapun beberapa langkah pembelajaran dalam strategi pembelajaran tersebut adalah: (1) guru melakukan analisis pendahuluan mengenai learning obstacle apa saja yang dialami siswa dalam pembelajaran matematika; (2) guru sengaja melakukan kesalahan pada saat proses pembelajaran; (3) guru memastikan siswa menyadari bahwa guru melakukan kesalahan; (4) guru meminta siswa untuk mengkonfirmasi perbaikan yang diberikan; dan (5) guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan perbaikan atas kesalahan yang dilakukan guru.
Learning trajectory: Bagaimanakah Mengajarkan Pecahan Menggunakan Konteks Makanan Tradisional?
Luthfiyati Nurafifah;
Mochammad Taufan;
Sudirman Sudirman
Gema Wiralodra Vol. 12 No. 2 (2021): Gema Wiralodra
Publisher : Universitas Wiralodra
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31943/gemawiralodra.v12i2.155
Pembelajaran matematika, khususnya di sekolah dasar harus memperhatikan konteks tempat siswa tinggal. Salah satu konteks pembelajaran yang bisa disajikan yakni makanan tradisional. Konteks makanan tradisional dapat membantu siswa memahami konsep pecahan. Oleh sebab itu penelitian ini, bertujuan untuk menghasilkan desain learning trajectory materi pecahan menggunakan konteks makanan tradisional. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni research design. Sedangkan partisipan yang terlibat dalam proses eksperimen yakni siswa kelas V di salah satu sekolah negeri yang ada di Kabupaten Indramayu. Selanjutnya, setelah proses eksperimen dilakukan analisis retrospektif dari data observasi, wawancara dan angket respon siswa. Data yang diperoleh dari hasil penelitian di analisis menggunakan model Miles dan Huberman yaitu: data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Berdasarkan analisa data yang diperoleh dari penelitian, yaitu pembelajaran dengan menggunakan learning trajectory pada siswa kelas V mendapatkan respon yang sangat baik dari siswa, guru, maupun orang tua. Namun pada saat pembelajaran dilaksanakan, hambatan pembelajaran dengan menggunakan desain learning trajectory yaitu keterbatasan waktu dalam pembelajaran. Karena pembelajaran untuk sekolah dasar harus menggunakan tahapan dari dasar, sehingga memerlukan waktu yang banyak. Hasil pembelajaran yang diperolehpun lebih tinggi dibandingkan sebelum diberikan konsep desain learning trajectory. Kata Kunci: Hypothetical Learning Trajectory (HLT), Design Research, Pecahan, Makanan Tradisional.
Technological, Pedagogical and Content Knowledge untuk Guru Matematika di Era Digital: Literature Review
Rasilah Rasilah;
Jarnawi Afgani Dahlan;
Sudirman Sudirman
Gema Wiralodra Vol. 12 No. 1 (2021): Gema Wiralodra
Publisher : Universitas Wiralodra
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31943/gemawiralodra.v12i1.165
Artikel ini membahas mengenai peranan kerangka Technological, Pedagogical and Content Knowledge (TPACK) dalam pembelajaran untuk guru matematika Era digital. Artikel ini merupakan hasil kajian literature dengan sumber kajian berupa artikel baik jurnal nasional terakreditasi maupun jurnal international yang terakreditasi. Tujuan penulisan artikel ini untuk pengembangan guru matematika yang mengindikasikan perlu adanya profesionalitas guru matematika, terutama pada kompetensi pedagogik dan profesional. Salah satu kerangka yang dapat digunakan untuk memfasilitasi pengembangan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional adalah Technological, Pedagogical and Content Knowledge (TPACK). Dengan TPACK, guru matematika diharapkan dapat mengembangkan kemapuan pedagogic, kempuan pembuatan konten yang diintegrasikan dengan teknologi dalam pembelajaran pada materi matematika sehingga mampu membentuk karakter dan kepribadian siswa yang teritegrasi dengan teknologi saat disekolah. Kerangka kerja teknologi, pedagogis, dan pengetahuan konten (TPACK) memberikan pemahaman tentang pengetahuan guru di tiga bidang dan bagaimana hal itu digunakan untuk mengajar secara efektif dengan teknologi maka perlu dilakukan penelitian-penelitian tentang TPACK
Mengungkap Kesulitan Keluarga Dalam Membimbing Belajar di Masa Pendemi Covid 19: Exploratory Case Study
Nasir Nasir;
Sudirman Sudirman
Gema Wiralodra Vol. 12 No. 1 (2021): Gema Wiralodra
Publisher : Universitas Wiralodra
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31943/gemawiralodra.v12i1.166
Pandemi Covid-19 telah mengubah pola pembelajaran yang semestinya tatap muka atau luring menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau disebut dengan daring. Hal ini berdasarkan surat edaran dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemendikbud Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Pembelajaran jarak jauh ini menuntut anak untuk menguasai materi pembelajaran yang diberikan guru secara online. Kelas-kelas di sekolah sudah tergantikan dengan group-group pembelajaran diaplikasi ponsel. Hal ini tentu tidak mudah bagi semua elemen pendidikan, terutama keluaraga (orang tua) menghadap transisi pembelajaran ini. Partisipasi orang tua dalam menemani anak-anaknya belajar secara daring di rumah sangat penting, sehingga orang tua dapat membimbing belajar anaknya dengan baik. Menurut Hasbullah (1997) bahwa keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi, salah satunya adalah mengembangkan kepribadian anak dan mendidik anak di rumah serta mendukung pendidikan di sekolah. Penelitian ini dilaksanakan pada keluarga atau orang tua yang anaknya di SD (10), SMP (6), dan SMU (6) di wilayah Indramayu Jawa Barat tahun 2020/2021 secara purposive sampling. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan respon kesulitan keluarga (orang tua) dalam membimbing belajar anaknya di masa pandemi Covid 19. Untuk mempermudah deskripsi kesulitan keluarga (orang tua) dalam membimbing belajar anaknya di masa pandemi Covid 19, peneliti menggunakan instrumen observasi wawancara kesulitan kesulitan keluarga (orang tua) dalam membimbing belajar anaknya di masa pandemi Covid 19 dan solusi kesulitan keluarga (orang tua) dalam membimbing belajar anaknya di masa pandemi Covid 19. Analisa data dilakukan secara deskriptif analitik observasi wawancara. Hasil analisis menunjukkan bahwa: 1) Anak jadi lebih sering menatap handphone. Solusi orang tua orang tua memberika batasan untuk bermain hp; 2) Pengeluaran uang lebih banyak untuk membeli kuota internet. Solusi orang tua adalah menyuruh anaknya menabung atau menyisahkan uang jajan untuk membeli kuota internet disamping diberi bantuan kuota dari pemerintah ; 3) Pembelajaran PJJ kurang efektif. Solusi orang tua adalah orang tua berharap pihak sekolah memberikan tugas yang sewajarnya tidak membebani anak. Sehingga anak dapat terbantu dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh pihak sekolah; dan 4) Sulitnya dalam mengontrol anak. Solusi orang tua adalah pembagian tugas dengan anggota keluarga lainnya dalam mengawasi anak saat sekolah ataupun pekerjaan rumah
Penggunaan Algebraic Experience Materials Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Nandang Nandang;
Fitriyani Fitriyani;
Farid Gunadi;
Sudirman Sudirman
Gema Wiralodra Vol. 13 No. 1 (2022): Gema Wiralodra
Publisher : Universitas Wiralodra
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31943/gemawiralodra.v13i1.230
Tujuan penelitian ini: (1) untuk mengetahui hasil belajar siswa materi sistem persamaan linear dua variabel yang menggunakan Algebraic Experience Materials; (2) untuk mengetahui hasil belajar siswa materi sistem persamaan linear dua variabel yang tidak menggunakan Algebraic Experience Materials; (3) untuk mengetahui pengaruh penggunaan Algebraic Experience Materials terhadap hasil belajar siswa materi sistem persamaan linear dua variabel. Penelitian ini merupakan eksperimen dengan desain posttest only control design. Populasi pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas VIII tahun pelajaran 2019/2020 di suatu MTs Negeri yang ada di Indramayu dan sampel diambil sebanyak dua kelas dengan menggunakan teknik cluster random sampling dengan cara diundi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yakni tes. Data hasil tes dianalisis dengan menggunakan statistik parametrik uji-t. Berdasarkan analisis data diperoleh: (1) hasil belajar siswa materi sistem persamaan linear dua variabel yang menggunakan Algebraic Experience Materials diperoleh rata-rata sebesar 35,31; simpangan baku sebesar 8,97, dan varians sebesar 80,46; (2) hasil belajar siswa materi sistem persamaan linear dua variabel yang tidak menggunakan Algebraic Experience Materials diperoleh rata-rata sebesar 25,33; simpangan baku sebesar 5,53; dan varians sebesar 30,58; (3) hasil uji hipotesis menggunakan uji-t’, diperoleh thitung = 4,34 dan tkritis = 2,06, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan Algebraic Experience Materials terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel.
Principal competency model development: Phenomenological design with coaching techniques in Sekolah Penggerak
Muhamad Galang Isnawan;
Sudirman Sudirman
Tarbawi Vol 8 No 01 (2022): May 2022
Publisher : Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32678/tarbawi.v8i01.5867
Sekolah Penggerak is one of the best episodes of the many Merdeka Belajar episodes. A separate curriculum known as Kurikulum Merdeka was prepared to support the program. The change in the principal’s competency model then became one of the unique phenomena in the curriculum change. The facts reveal that school principals cannot adapt quickly to this phenomenon, so this study aims to help school principals adapt more quickly to changes in competency models with coaching techniques. This study uses a phenomenological design because it wants to know the experiences that principals experience regarding the use of coaching techniques in responding to the phenomenon of changing competency models. The participants were three principals (51-55 years old) with 2-5 years of experience as principals. The instruments used are coaching questions developed in Sekolah Penggerak. Data is collected online through Google Meet and analyzed using qualitative data analysis techniques. The study results then revealed that coaching techniques could to assist school principals in developing a model of school leadership competence, especially self-development and other people’s development, as well as learning leadership. This study also hopes that the principal will actively involve parents or guardians of students as mentors and learning resources.