Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Analisis Tingkat Perkembangan Kawasan Agropolitan Desa Perpat Kabupaten Belitung Berbasis Komoditas Unggulan Ternak Sapi Potong Suyitman Suyitman; S.H. Sutjahjo
Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science) Vol 13, No 2 (2011): Jurnal Peternakan Indonesia
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.98 KB) | DOI: 10.25077/jpi.13.2.130-140.2011

Abstract

This study aims to analyze the level of area development of Perpat Agropolitan Village - District of Belitung-Province of Bangka Belitung based on beef cattle commodity in terms of 5 (five) dimensions agropolitan level of area development, namely: the dimensions of agribusiness, agro-industry, marketing, infrastructure and superstructure. This study use a method of analysis of Multidimensional Scaling (MDS) called Rap-agrop and the results are expressed in index form and the status of sustainability. The result of MDS analysis shows the level of development area of Perpat agropolitan village, based on beef cattle farm commodities, was still low, ie: including Pre Regions Agropolitan. This region has an index value of Rap-agrop dimensional good enough for agribusiness (50.57%), infrastructure (64.49%), and the superstructure (57.23%), while the dimensions of agro-industries (6.52%) and marketing (9.98%) had an index value that is poorly. The key factors that strongly affected the level of development of the region agropolitan Perpat-Belitung, namely: 1) the production of beef cattle and 2) the production of processed meat. To enhance the development of this area is to do a thorough improvement of all attributes that are sensitive, so that all dimensions in the region agropolitan Perpat become enhanced and more sustainable.
Pengaruh Dosis Pupuk N, P, dan K terhadap Kecernaan Secara In Vitro Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) cv. Taiwan yang di Inokulasi CMA Glomus manihotis pada Lahan Bekas Tambang Batubara Ifradi Ifradi; Evitayani Evitayani; A Fariani; L Warly; Suyitman Suyitman; S Yani; Emikasmira Emikasmira
Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science) Vol 14, No 1 (2012): Jurnal Peternakan Indonesia
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jpi.14.1.279-285.2012

Abstract

This objective of the research was to investigated the digestibility of dry matter, organic matter and crude protein of elephant grass cv. Taiwan by in vitro technique. The method of research was using a Random Design Group with 5 treatments and 4 replications. The treatment A (100% N, P and K without CMA), treatment B (100% N, P, and K + 10gr of CMA), treatment C (75% N, P, and K + 10gr of CMA), treatment D (50% N, P, and K + 10gr of CMA) and treatment E (25% N, P, and K + 10gr of CMA), respectively. The results of the research showed that the effects of dry matter, organic matter and crude protein digestibility were not significantly (P<0.05) different between the treatments. The dry matter digestibility of elephant grass cv. Taiwan ranged from 53.47% to 57.72%, organic matter digestibility ranged from 57.66% to 63.75%, and crude protein digestibility ranged from 65.67% to 70.70%, respectively. It could be  concluded that the given of 25% of N, P, and K + 10 gram of CMA glomus manihotis was better the digestibility on dry matter, organic  matter and crude protein. Therefore, it means that the same value with fertilizer N, P, and K 100%  without CMA.
Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu di Kabupaten Lima Puluh Kota – Sumatera Barat Suyitman Suyitman; S.H Sutjahjo; A Djulardi
Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science) Vol 14, No 1 (2012): Jurnal Peternakan Indonesia
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jpi.14.1.318-336.2012

Abstract

The aim of this research is to analyze the sustainability status by measuring sustainability index of Kabupaten Lima Puluh Kota area in five dimensions of sustainability. The research methods was Multidimensional Scaling (MDS) that called Rap-BANGKAPET. Rap-BANGKAPET supported with Leverage and Monte Carlo analysis to determine attributes that affects the index and status of sustainability. Sustainability analysis resulted ecological dimension was less sustained (46.50%), economical dimension was sustained (69.53%), social and cultural dimension was sustained enough (55.14%), infrastructure and technology dimension was less sustained (45.48%), legal and institutional dimension less sustained (47.46%).  From 73 attributes which analysed, only 24 attributes will need to settle immediately because could affects sustainability index sensitively, proven with minimum error at 95% confidence level. Prospective analysis is needed to build scenarios to increase sustainability index and sustainability status in future. There is progressive-optimistic scenarios with overall improvement at sensitive attributes could increase sustainability status of  area.
Status Keberlanjutan Wilayah Peternakan Sapi Potong untuk Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Bondowoso D. R. Ramadhan; Nindyantoro Nindyantoro; Suyitman Suyitman
Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science) Vol 16, No 2 (2014): Jurnal Peternakan Indonesia
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jpi.16.2.78-88.2014

Abstract

Penelitian bertujuan untuk menganalisis dua hal; (1) status indeks keberlanjutan dan (2) lima dimensi keberlanjutan pembangunan agropolitan. Penentuan status keberlanjutan menggunakan Multidimensional Scaling (MDS) dengan pendekatan Penilaian Cepat Agropolitan (Rap-AGROSAPOT). Atribut sensitif mempengaruhi indeks keberlanjutan dan efek kesalahan ditentukan berdasarkan Leverage analisis dan uji Monte Carlo. Penentuan faktor kunci keberlanjutan diperoleh dengan analisis prospektif. Hasil analisis keberlanjutan menunjukkan bahwa dimensi ekologi (41,61%) dan infrastruktur teknologi (47,05%) statusnya kurang berkelanjutan. Dimensi ekonomi (57,73%) dan sosial budaya (58,05%) serta dimensi hukum-kelembagaan (75,46%) statusnya cukup baik. Berdasarkan analisis pada 70 atribut; ada 24 atribut sensitif yang perlu diperbaiki karena efek peningkatan nilai indeks keberlanjutan. Analisis prospektif menghasilkan lima faktor kunci daerah keberlanjutan, yaitu: (a) ketersediaan sarana dan prasarana agribisnis peternakan, (b) sistem pemeliharaan ternak, (c) ketersediaan pasar agro-ternak, (d) ketersediaan industri pakan, dan (e) sapi milik koperasi. Perbaikan peternakan sapi agropolitan merupakan basis utama untuk pengembangan Kabupaten Bondowoso kedepan.
Produktivitas Rumput Raja (Pennisetum purpupoides) pada Pemotongan Pertama Menggunakan Beberapa Sistem Pertanian Suyitman Suyitman
Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science) Vol 16, No 2 (2014): Jurnal Peternakan Indonesia
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jpi.16.2.119-127.2014

Abstract

Tujuan penelitian menentukan pengaruh sistem pertanian; anorganik, LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture) dan organik pada produktivitas Rumput Raja, ketika panen pertama. Penelitian menggunakan pupuk N, P, K, pupuk kandang dan vesikular arbuskular mikoriza (VAM). Penelitian memakai analisis varians dengan randomized block design (RBD) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuannya adalah A (200 kg N: 150 kg P: 100 kg K), B (200 kg N: 150 kg P: 100 kg K: 5.000 kg pupuk kandang), C (50 kg N: 37.5 kg P: 25 kg K: 5.000 kg pupuk kandang: 180 kg MVA), D (50 kg N: 37.5 kg P: 25 kg K: 180 kg MVA), E (5.000 kg pupuk kandang: 180 kg MVA). Hasilnya, perlakuan tidak berpengaruh signifikan (P>0,05) pada produktivitas Rumput Raja. Rata-rata tinggi tanaman adalah: 3,35-3,43 m dan anakan: 7,08-08,20 batang. Kandungan nutrisinya (13,21-13,70% protein kasar, NDF: 61,98- 62,94%, ADF: 40,01-44,27%, selulosa: 29,68-33,03%, hemiselulosa: 17,93-21,96%, lignin: 08,16 sampai 11,36%). Produksi adalah (produksi segar 83,95-96,48 ton/ha dan 13,79-19,84 ton bahan kering/ha). Kemudian Benefit Cost Ratio (BCR) adalah 05,31-6,54. Jadi menggunakan sistem LEISA dan pertanian organik, produktivitas Rumput Raja sama dengan dosis 100% pupuk N, P, dan K (200 kg urea/ha, SP-36 150 kg/ha, KCl 100 kg/ha).
RESPON PERTUMBUHAN LEGUM PAKAN YANG DIBERI ROCK PHOSPAT DAN INOKULASI MIKORIZA PADA MEDIA TANAM STERIL DAN TIDAK STERIL Simel Sowmen; Suyitman Suyitman
Pastura : Jurnal Ilmu Tumbuhan Pakan Ternak Vol 4 No 2
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.386 KB) | DOI: 10.24843/Pastura.2015.v04.i02.p08

Abstract

Penelitian rumah kaca dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk Rock Phosphat dan inokulasi mikoriza terhadap pertumbuhan legum pakan pada media tanam steril dan tidak steril. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 2x2x4, faktor pertama adalah sterilisasi media tanam (tidak disterilkan, disterilkan), faktor kedua adalah inokulasi mikoriza (tanpa mikoriza dan dengan mikoriza), dan faktor ketiga adalah dosis pemberian Rock Phospat (0 kg/ha, 100 kg/ha, 200 kg/ha, dan 300 kg/ha), dengan tiga ulangan. Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun, panjang daun dan jumlah tangkai daun yang dilakukan setiap minggu selama 6 minggu. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan sterilisasi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun, dan panjang daun legum pada setiap waktu pengamatan. pertumbuhan tanaman legume. Faktor mikoriza hanya berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tinggi tanaman pada pengamatan minggu pertama. Faktor sterilisasi dan mikoriza terjadi interaksi (P<0,05) terhadap tinggi tanaman pada pengamatan minggu pertama. Secara umum, pertumbuhan legum pakan lebih baik pada media tanam yang tidak steril dibandingkan dengan media tanam yang telah disterilkan, dan mikoriza memberikan respon terbaik terhadap pertumbuhan tanaman baik pada media tanam yang disterilkan maupun tanpa sterilisasi.
IPTEK BAGI MASYARAKAT PADA KELOMPOK TANI TERNAK DI SUNGAI PERMAI, LAMBUNG BUKIK Evitayani Evitayani; Yetti Marlida; Ahadiyah Yuniza; James Hellyward; , Suyitman , Suyitman; Harnentis Harnentis
Jurnal Hilirisasi IPTEKS Vol 1 No 3.a (2018)
Publisher : LPPM Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (713.934 KB)

Abstract

West Sumatra Province has relatively extensive agriculture with feed ingredients such as rice straw, Rumput Gajah and legume groups that can be used for beef cattle needs. The total area of Padang City is 694.96 km², and more than 60% of this area, about ± 434.63 km² is a hilly area covered by protected forests, while the rest is an effective urban area. While the topography of the city varies, 49.48% of the land area of Padang City is in a slope of more than 40% and 23.57% is in the slope of the slope. The eastern region consists of several sub-districts, starting from north to south, respectively from Koto tangah, Pauh, Kuranji, and Lubuk sub-districts. The Pauh region, such as the village of Lambung Bukik, belongs to the Pertides forum program (universities for villages) which collaborates with the 2019 Chancellor's MOU with the Ministry of Education PDTT) to prepare and implement programs to help build villages. Some of their income is obtained from raising livestock and farming. In general, both agricultural and livestock businesses are still carried out traditionally, so it is not surprising that the results obtained are relatively low. Cows are only ground or tethered at night, while in the afternoon they are released to look for food on the grass or in the sleeping area around the village. Only a small amount of effort has been made to raise livestock intensively by supplying and providing sufficient and regular food. The low level of livestock production is caused by the lack of knowledge of farmers in the proper way of raising livestock, also because of the lack of food both forage and the high price of concentrate. With the increase in the livestock population, it certainly requires more and sufficient forage throughout the year. However, the provision of forage has experienced serious obstacles. One of them is the existence of a dry season that causes a decrease in forage production. Therefore, the business of developing beef cattle will be more profitable if you can find alternative substitutes for conventional forage with the use of silos as feed fermentation sites. The use of agricultural products (such as rice straw) and other food crops as animal feed is expected to address the above problems. This is possible because cattle breeding is generally integrated with other farming businesses, especially food crops (rice fields) so that the results of agricultural follow-up will be available throughout the year. Therefore, there is a need for a kind of touch of feed technology with the use of agro-industry by products such as straw which are proven to be available at all times. The implementation of the application of rice straw ammoniation technology in the field with the direct administration of ammonia which has been removed and chicken manure is given. Participation and motivation of farmer groups in participating in a series of service activities is very high. Because all this time there has never been any guidance related to the technical and management aspects in the maintenance of beef cattle. Farmers already know how to manage fattening beef cattle such as giving concentrates such as coconut cake, soybean meal, fish meal, tofu pulp and bran and giving premix minerals.
PENGELOLAAN PETERNAKAN SAPI POTONG RAMAH LINGKUNGAN Suyitman Suyitman; Lili Warly; James Hellyward
Jurnal Hilirisasi IPTEKS Vol 2 No 3.a (2019)
Publisher : LPPM Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jhi.v2i3.a.239

Abstract

Pembangunan pertanian harus bersinergi dengan pembangunan wilayah perdesaan dengan tujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Dalam mencapai tujuan tersebut, pengembangan kawasan potensial seperti kawasan berbasis peternakan sapi potong perlu dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan yang akan menstranformasikan perdesaan menjadi kota-kota pertanian merupakan salah satu pilihan strategis yang tepat. Kelompok Tani Cerdas dan Kelompok Tani Brahman yang beralamatkan di Blok A Sitiung II, Jorong Koto Hilalang II, Nagari Sungai Langkok, Kecamatan Tiumang, Kabupaten Dharmasraya merupakan daerah transmigrasi yang pertama di Indonesia dan sekarang berkembang menjadi salah satu daerah gudang ternak sapi potong di Kabupaten Dharmasraya dan Propinsi Sumbar. Peternak rata-rata mempunyai sapi potong sebanyak: 2-10 ekor/keluarga. Permasalahan yang dihadapi mitra saat ini adalah (a) peternak mulai kesulitan dalam menyediakan pakan hijauan, apalagi di saat menghadapi musim kemarau, (b) kotoran feses sapi cukup menumpuk di sekitar kandang, sehingga mengganggu kebersihan dan mencemari lingkungan serta mengganggu estetika, (c) biaya rekening listrik peternak akhir-akhir ini dirasa cukup mahal. Solusi yang ditawarkan adalah: (a) pemanfaatan limbah perkebunan dan agroindustri, seperti pelepah daun kelapa sawit dan bungkil inti sawit diolah sebagai pakan ternak sapi potong, (b) limbah ternak sapi potong yang berupa feses sapi diolah sebagai pupuk kandang melalui unit pengelolaan pupuk organik (UPPO) dan biogas untuk menghasilkan dan memenuhi kebutuhan energi dalam bentuk listrik dan gas di kawasan Kelompok Tani Cerdas dan Kelompok Tani Brahman, sehingga dapat mengurangi biaya operasional, khususnya kebutuhan listrik dan tidak bergantung pada PLN, (c) pemanfaatan pupuk kandang/organik dan cendawan mikoriza arbuskula (CMA) dalam mendukung sistem pertanian organik untuk budidaya secara intensif rumput unggul, seperti King Grass dalam rangka meningkatkan penyediaan pakan hijauan untuk pakan ternak sapi potong. Selain itu kegiatan ini menjadi model bagi masyarakat peternak sapi potong di sekitar kawasan Kelompok Tani Cerdas dan Kelompok Tani Brahman untuk dapat mencapai tujuannya yaitu menyusun pengembangan kawasan berbasis peternakan sapi potong terpadu yang berkelanjutan dan ramah lingkungan di daerah ini dalam rangka meningkatkan taraf kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat dan juga berfungsi sebagai kawasan alih (diseminasi) teknologi. Target khusus yang ingin dicapai adalah peternak mampu memanfaatkan limbah perkebunan dan agroindustri sebagai pakan ternak sapi potong, limbahnya dapat diolah melalui unit pengelolaan pupuk organik (UPPO) dan biogas serta peternak mampu secara intensif membudidayakan rumput unggul (King Grass) memakai sistim pertanian organik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Metode yang ditawarkan kepada kedua mitra untuk mendukung realisasi program ini adalah metode consuling dimana sebelumnya melalui pendekatan, kemudian diberikan penyuluhan, pelatihan dan pembinaan serta terakhir adanya evaluasi dan monitoring berkelanjutan dari pihak Perguruan Tinggi. Hasil dari monitoring nanti diharapkan dapat meningkatkan keinginan dan semangat serta motivasi yang tinggi untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan hidup peternak di daerah transmigrasi ini. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pemerintah daerah, masyarakat, petani, peternak dan stakeholder yang akan menginvestasikan modalnya dalam pengelolaan sapi potong terpadu yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT UNGGUL MENGGUNAKAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG DI PARAK KARAKAH KOTA PADANG Ferry Lismanto Syaiful; Suyitman Suyitman; Evitayani Evitayani; Khasrad Khasrad; Endang Purwati
Jurnal Hilirisasi IPTEKS Vol 2 No 3.a (2019)
Publisher : LPPM Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jhi.v2i3.a.274

Abstract

One of the most critical factors in increasing beef cattle is feed. Besides, breeders also need practical, quality, and continuous cattle feed. We need the development of superior grass technology/king grass using the arbuscular Mycorrhizal fungi to support feed production for beef cattle. The arbuscular mycorrhizal fungi play a role in increasing plant growth and resistance to attack by root pathogens and resistance to stress conditions. The objectives of this activity are: 1. to improve breeders' knowledge and skills in useful and profitable beef cattle cultivation; 2. to increase farmer's knowledge and skills in cultivating superior grass with arbuscular mycorrhizae. The method used is the counseling method, where previously through an approach, counseling, training and coaching, and finally, evaluation and monitoring. While the activities include good and profitable beef cattle cultivation and superior grass cultivation using the arbuscular mycorrhizal fungi. The partners of this activity are the Kubu Sepakat livestock group and the Parak Karakah community, Padang. Partners' problems are 1. breeders have difficulty providing forage feed, 2—lack of knowledge on good and profitable beef cattle cultivation. The activity results found that breeders increased their knowledge about excellent and profitable beef cattle cultivation techniques. From the results of the activity, it can be seen that the livestock's ability to cultivate superior grass using the arbuscular Mycorrhizal fungi has increased so that the nutritional needs of livestock can be met. Based on the results of the statistical tests that the activities carried out have an index value of 90, this indicates that the activities carried out are beneficial or successful in transferring knowledge and skills to breeders.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI DETEKSI KEBUNTING DINI SAPI POTONG PADA KELOMPOK TERNAK DI KOTA PADANG Ferry Lismanto Syaiful; Endang Purwati; Khasrad Khasrad; Suyitman Suyitman; Evitayani Evitayani
Jurnal Hilirisasi IPTEKS Vol 2 No 4.a (2019)
Publisher : LPPM Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (656.87 KB) | DOI: 10.25077/jhi.v2i4.a.308

Abstract

Kota Padang sangat berpotensi besar pada usaha peternakan, hal ini disebabkan tingginya kebutuhan daging di kota ini disebabkan peningkatan laju pertambahan penduduk. Selama ini kebutuhan daging masih di suplai dari daerah lain, untuk meminimalisir suplai daging tersebut maka perlu memacu peternak kota Padang dengan sistem peternakan kota. Sistem peternakan ini dapat mengoptimalkan lahan yang sempit. Tujuan kegiatan ini yaitu: 1. meningkatkan keterampilan peternak terhadap budidaya sapi potong yang menguntungkan, 2. peningkatan pengetahuan dan keterampilan peternak dalam penerapan teknologi deteksi kebuntingan dini sapi potong. Metode kegiatan ini terdiri atas penyuluhan, demonstrasi/pelatihan dan evaluasi terhadap budidaya sapi potong yang baik dan menguntungkan, deteksi kebuntingan dini sapi potong. Mitra kegiatan ini adalah Kelompok ternak Kubu Sepakat, masyarakat dan Dinas Peternakan dan pertanian Provinsi Sumatera Barat. Dari hasil kegiatan terlihat meningkatnya pengetahuan peternak dalam budidaya sapi potong yang baik berbasis menguntungkan bahkan peternak juga mampu dalam penerapan teknologi deteksi kebuntingan dini pada sapi potong yang dimiliki. Teknologi ini dapat mendeteksi kebuntingan dini sapi potong dalam waktu relatif singkat, murah, dan massal serta tidak membutuhkan skill bagi peternak. Hal ini tentu dapat meningkatkan populasi dan produktivitas sapi potong serta menyejahterakan petani/peternak dalam rangka mempercepat proses swasembada pangan tahun 2024 di Sumatera Barat. Dari hasil kegiatan maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar sesuai dengan target yang diharapkan. Di samping itu, peserta/peternak bersemangat dan antusias dalam mengikuti kegiatan ini. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi peternak serta berhasil dalam mentransfer ilmu pengetahuan dan peningkatan keterampilan peternak dalam penerapan teknologi.