Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

THE CORRELATIONAL RELATIONSHIP BETWEEN RESIDENTIAL SATISFACTION, PLACE ATTACHMENT, AND INTENTION TO MOVE: A PRELIMINARY STUDY IN BELAWAN, MEDAN Widya, Amelia Tri; Kusuma, Hanson Endra; Lubis, Rizal Arifin
Journal of Regional and City Planning Vol 30, No 3 (2019)
Publisher : Center for Research and Community Services ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jpwk.2019.30.3.2

Abstract

Perbandingan Peta Kognitif Mahasiswa Baru Arsitektur dan Bukan Arsitektur pada Landmark Kampus Institut Teknologi Bandung Amelia Tri Widya; Jasmine Chanifah U Bachtiar
RUAS Vol 19, No 1 (2021)
Publisher : RUAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ruas.2021.019.01.1

Abstract

The existence of landmarks on campus can help students to access campus facilities in supporting formal teaching and learning activities. However, homogeneous planning of landmarks can divert student orientation in accessibility, particularly for freshman. This was partly complained by students such as students of the Institut Teknologi Bandung (ITB), Indonesia. Therefore, it is prominent to identify the process of recognizing landmarks as well as their attributes and meanings that can strengthen the process of forming cognitive maps. The current study aims to determine the cognitive map differences of freshmen freshmen in ITB who have had prior spatial experience (architecture students) (N=18) and students who have not before (N=20). This qualitative research was conducted by distributing questionnaires to compare student cognitive maps. The results showed that architecture students identify fewer landmarks than non-architecture students. However, architecture students have an appropriate cognitive map, so they are likely not to get lost on campus. Meanwhile, the attributes of the landmarks identified are additional accessories; shape; detail/ornamentation; design style; height; composition; location; material/texture; proportion; singularity; scale; and colour. The meanings of landmarks identified are history, memory, structure, sensation, and emotional feeling. This result is expected to be used as references for designing other ITB campus landmarks.
The Correlational Relationship between Residential Satisfaction, Place Attachment, and Intention to Move: A Preliminary Study in Belawan, Medan Amelia Tri Widya; Hanson Endra Kusuma; Rizal Arifin Lubis
Journal of Regional and City Planning Vol. 30 No. 3 (2019)
Publisher : The Institute for Research and Community Services, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jpwk.2019.30.3.2

Abstract

Intention to move is an attitude affected by dissatisfaction toward one's residence. However, there is no clear correlation between the mediating variable of residential satisfaction and intention to move. The bond or attachment towards a place is one of the factors that cause a person's attitude or behavior. Regarding such a case, this study aimed to find out the correlational relationship between the level of satisfaction and place attachment to the attitude of intention to move. By using a mixed-method approach, this study examined the assessment of physical and non-physical aspects of satisfaction and place attachment dimensions. The research was conducted in Medan Belawan District, Medan City in a slum area that is part of a suburb of Medan. Questionnaires were distributed both directly in the field and online. The collected data were analyzed by principal component analysis and multivariate correlation analysis to seek the relationship between latent variables. The results showed that functional and cognitive attachment are the main predictors of mismatch and opportunities elsewhere.Abstrak. Keinginan pindah merupakan sikap yang dipengaruhi oleh ketidakpuasan seseorang terhadap tempat tinggal. Namun, belum ada korelasi yang jelas antara variabel mediasi kepuasan bermukim dan keinginan pindah. Ikatan atau keterikatan terhadap suatu tempat berperan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi sikap atau perilaku seseorang. Sehubung dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan korelasional antara tingkat kepuasan dan keterikatan tempat dengan sikap keinginan untuk pindah. Dengan menggunakan pendekatan metode campuran, penelitian ini menguji penilaian aspek fisik dan non-fisik dari kepuasan bermukim dan dimensi keterikatan tempat. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan yang merupakan daerah kumuh pinggiran kota. Kuesioner didistribusikan secara langsung di lapangan maupun online. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan analisis komponen utama dan analisis korelasi multivariat untuk mencari hubungan antara variabel laten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterikatan fungsional dan kognitif merupakan prediktor utama ketidakbetahan dan peluang pindah.Kata kunci. Keterikatan kognitif, keterikatan fungsional, keinginan untuk pindah, kepuasan bermukim.
TRANSFORMASI FISIK DAN BUDAYA KAWASAN PULO BRAYAN, KOTA MEDAN Amelia Tri Widya; Muhammad Abdul Soleh; Widi Dwi Satria
MODUL Vol 22, No 1 (2022): MODUL vol 22 nomor 1 tahun 2022 (7 articles)
Publisher : architecture department, Engineering faculty, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mdl.22.1.2022.1-12

Abstract

Perkembangan kota di Indonesia sangat dipengaruhi oleh perkembangan sosial, ekonomi, dan politik, tak terkecuali Medan sebagai salah satu kota terbesar. Awal perkembangan Kota Medan dipengaruhi oleh keputusan politik Belanda. Ekspansi terhadap lahan perkebunan oleh Belanda berpengaruh besar pada bentuk struktur kota dan perkampungan warga, salah satunya yaitu Pulo Brayan. Penelitian empiris ini bertujuan untuk mengungkap transformasi fisik dan budaya pada kawasan bersejarah Pulo Brayan, Kota Medan. Penelitian yang dilakukan fokus pada transformasi major arteries (jalan utama), roads (jalan), dan buildings elements (elemen bangunan). Analisis dilakukan secara kualitatif berbasis pada kajian literatur, survei lapangan, dan penelusuran melalui citra satelit. Peneliti menemukan bahwa transformasi jaringan jalan yang terdiri atas “major arteries” (jalan utama) dan “roads” (jalan) dilakukan untuk mengakomodasi pertumbuhan kawasan yang dinamis seperti kemacetan lalu lintas dan kebutuhan perumahan. Sementara itu, transformasi bangunan bergantung pada status kepemilikkan (milik atau perusahaan). Minimnya regulasi yang mengatur tentang perlindungan bangunan juga diyakini sebagai faktor keterawatan bangunan tersebut. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan pengembangan kawasan Pulo Brayan sebagai kawasan cagar budaya Kota Medan dengan memahami sejarah dan perkembangan kawasan dari masa ke masa.
Pelatihan dan Pembekalan Fasilitator Pemetaan Partisipatif Kampung Cungkeng dan Sinar Laut, Kota Bandar Lampung Antusias Nurzukhrufa; A. Dwi Eva Lestari; Amelia Tri Widya; Rossy Tamariska; M. Adnan
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 8 No 1 (2023): Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat
Publisher : Universitas Mathla'ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (710.338 KB) | DOI: 10.30653/jppm.v8i1.301

Abstract

Fasilitator memiliki peran penting dalam kegiatan pemetaan partisipatif yaitu memfasilitasi komunitas selama proses kegiatan pemetaan tersebut. Melalui pelatihan dan pendampingan dan kerjasama dengan Arkom Indonesia, para peserta calon fasilitator dipersiapkan untuk menjadi pendamping yang memfasilitasi komunitas dalam kegiatan pemetaan partisipatif di Kampung Cungkeng dan Sinar Laut. Tujuan pelatihan dan pembekalan fasilitator ialah untuk memberikan pemahaman konsep dan metode pemetaan partisipatif yang komprehensif sebagai salah satu metode pembentukan lingkungan binaan; membangun kembali kerangka pemetaan partisipatif di Kampung Cungkeng dan Sinar Laut; memperkenalkan prinsip-prinsip dasar dalam memfasilitasi (demokrasi, tanggung jawab, kerjasama, kejujuran, keadilan, dan fleksibilitas); dan membentuk fasilitator yang mampu mendampingi kegiatan pemetaan dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar pemetaan. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode pendampingan partisipatif kepada peserta, dengan tahapan kegiatan terdiri dari 1) pengenalan; 2) pengenalan prinsip-prinsip dasar dalam memfasilitasi; 3) pengenalan kampung; 4) simulasi pemetaan; dan 5) pembuatan rencana aksi. Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini adalah terselenggaranya kegiatan pelatihan dan kursus persiapan fasilitator pada tanggal 19 Februari 2022 yang menghasilkan fasilitator yang mumpuni dalam mendampingi warga dalam pelaksanaan kegiatan pemetaan partisipatif di Kampung Cungkeng dan Sinar Laut. Facilitators have an important role in carrying out participatory mapping activities, namely facilitate the process of a participatory mapping activity. Through training and preparation course of facilitators which was partnership with the Arkom Indonesia, the participants of prospective facilitators were prepared to facilitate the community in participatory mapping activities carried out in Cungkeng and Sinar Laut Villages. The facilitator training and preparation course aims to give a comprehensive concept and method of participatory mapping as one of the methods of forming the built environment; rebuild the participatory mapping frame in Cungkeng and Sinar Laut Villages; introduce the basic principles in facilitating (democracy, responsibility, cooperation, honesty, justice, and flexibility); and establish facilitators who are able to accompany mapping activities by applying basic principles of mapping. The method used in this activity was a participatory mentoring method to participants, which consisting of 1) introduction; 2) introduction to facilitator basic principles; 3) villages familiarization; 4) mapping simulations; and 5) action plans arrangement. The result of this activity was the implementation of training and preparation course activities for facilitators on February 19th, 2022 which resulted in capable facilitators in accompanying residents in the implementation of participatory mapping activities in Cungkeng and Sinar Laut Villages.
Faktor Kepuasan Bermukim yang Mempengaruhi Liveability di Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan Amelia Tri Widya; Rizal Arifin Lubis; Hanson Endra Kusuma; Dibya Kusyala
Jurnal Permukiman Vol 14 No 1 (2019)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31815/jp.2019.14.23-34

Abstract

Perkembangan urbanisasi yang pesat mendorong Indonesia untuk membangun kota yang layak huni atau “liveable city” sebagai agenda pembangunan jangka panjang. “Liveable city” dapat diwujudkan dengan mengetahui tingkat kepuasan bermukim dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan bermukim dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi di Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan. Dengan menggunakan pendekatan “grounded theory”, kuesioner didistribusikan secara langsung maupun daring dengan pertanyaan terbuka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepuasan dipengaruhi oleh sembilan faktor fisik dan non-fisik. Kepuasan cenderung dipengaruhi oleh faktor fisik yaitu kemudahan aksesibilitas dan ketersediaan transportasi umum dan faktor non-fisik yaitu hubungan sosial dan keterikatan tempat. Sementara itu ketidakpuasan penduduk cenderung dipengaruhi oleh faktor fisik ketidaksehatan lingkungan, ketidaktersediaan infrastruktur, dan masalah kepemilikan rumah serta faktor non-fisik yaitu perilaku penduduk yang apatis dan pesimis. Dengan demikian, pembangunan menuju “liveability” direncanakan dan dilaksanakan dengan memperhatikan aspek fisik maupun non-fisik. Penelitian ini berguna untuk pemerintah sebagai acuan prioritas pembangunan menuju keberlanjutan.
PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR EKOLOGI PADA PERANCANGAN AGROWISATA DI KECAMATAN CANDIPURO LAMPUNG SELATAN Antusias Nurzukhrufa; Widi Dwi Satria; Amelia Tri Widya; Guruh Kristiadi Kurniawan; Cahyo Ardi Saputro; Okta Riesanty
Jurnal Ilmiah Arsitektur Vol 14 No 1 (2024): Juni
Publisher : Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32699/jiars.v14i1.6602

Abstract

Candipuro merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan yang memiliki potensi besar di bidang pertanian karena didominasi lahan persawahan dan perkebunan. Namun potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Mengingat potensi pertanian yang paling utama, apabila ditambahkan unsur wisata berupa agrowisata dapat menambah nilai positif, seperti meningkatkan edukasi bidang pertanian dan pendapatan daerah, serta meminimalisir alih fungsi lahan pertanian. Penelitian ini penting karena agrowisata tidak hanya dinilai dari sisi komersilnya, namun harus memiliki dampak positif terhadap keberlangsungan lingkungan. Salah satu konsep perancangan yang berwawasan lingkungan yaitu arsitektur ekologi. Arsitektur ekologi berperan melindungi ekosistem dari kerusakan serta menciptakan kenyamanan penghuni dari segi fisik, sosial dan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mewujudkan desain agrowisata yang berwawasan lingkungan dengan menerapkan konsep arsitektur ekologi. Agrowisata sangat dekat dengan alam, sehingga lingkungan alami harus terjaga. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan tahapan yaitu identifikasi permasalahan, pengumpulan data, analisis, dan penyusunan konsep, kemudian konsep diimplementasikan ke dalam rancangan. Hasil penelitian ini yaitu implementasi dari empat aspek konsep arsitektur ekologi pada desain agrowisata Candipuro, diantaranya melalui sistem penghawaan dan pencahayaan alami dengan membuat bukaan pada bangunan, penghematan energi dengan penggunaan panel surya, penggunaan material alami pada massa bangunan seperti tanah liat, ijuk, kayu dan bambu, dan penerapan sistem biopori sebagai resapan air.
Transformasi Ruang Dalam Rumah Tradisional Pesisir di Kampung Cungkeng, Kota Bandar Lampung Widya, Amelia Tri; Nurzukhrufa, Antusias; Basica, Embun Aura Annisa
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 5, No 1
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v5i1.10395

Abstract

Sebagai kampung transmigran Bugis-Makassar yang mendiami pesisir Kota Bandar Lampung, penduduk Kampung Cungkeng telah menghuni dan bertahan selama kurang lebih tujuh dekade lamanya. Transformasi fisik pada hunian merupakan proses dinamis selama berhuni, tidak terkecuali transformasi pada ruang dalam pada rumah tradisional Bugis-Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi transformasi ruang dalam pada rumah tinggal dan faktor penyebab transformasi di Kampung Cungkeng. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pengumpulan data melalui survei, observasi, dan wawancara mendalam kepada pemilik rumah tinggal. Transformasi ruang dalam hunian diamati baik secara vertikal maupun horizontal. Hasil penelitian menemukan pengalihan fungsi ruangan khususnya kolong hunian menjadi ruang servis, kamar tidur, dan ruang bersama. Selain itu, transformasi berupa penambahan ruang baru; pertumbuhan dan pembagian ruang dengan menambah/merobohkan dinding hunian; perluasan ruangan; dan perubahan zona ruangan. Adapun transformasi ruang dalam dipengaruhi oleh ketidakefisienan dan kebutuhan ruang karena penambahan anggota keluarga dan keterbatasan ruang gerak; kemampuan finansial; insentif perbaikan rumah; peluang ekonomi; dan ketersediaan lahan.
Identifikasi Isu Kampung Kota dengan Pendekatan Participatory Mapping di Kampung Cungkeng, Bandar Lampung Widya, Amelia Tri; Lestari, A Dwi Eva; Nurzukhrufa, Antusias; Zahra, Lutfia; Ujung, Verarisa Anastasia; Setyorini, Yurim Hatamaiya; Damanik, Novita H C
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 9 No 2 (2024): Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat
Publisher : Universitas Mathla'ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30653/jppm.v9i2.713

Abstract

Perwujudan program pembangunan wilayah dari pemerintah terkadang tidak sesuai dengan harapan atau kebutuhan masyarakat. Selain itu, isu lingkungan dan sosial kampung kota seringkali sulit untuk diatasi sendiri maupun oleh tingkat pemerintah kota. Pemetaan partisipatif yang dilakukan oleh Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Sumatera yang berkolaborasi dengan Arkom Indonesia merupakan rangkaian kegiatan pengabdian di Kampung Cungkeng, Kota Bandar Lampung. Pemetaan partisipatif dilakukan untuk mengidentifikasi isu/isu riil yang dirasakan oleh komunitas dan membantu warga masyarakat menyampaikannya secara langsung pada Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk mendapatkan solusi secara langsung dari hasil diskusi berbagai pihak. Pemetaan partisipatif dilakukan dengan meminta warga untuk menggambarkan secara dua dimensi rumah dan lingkungan hunian serta memetakan isu yang dirasakan oleh warga pada peta yang sudah tergambar. Selanjutnya warga memaparkan hasil pemetaan kepada pejabat daerah untuk mendiskusikan solusi dari permasalah tersebut. Dalam pemetaan dan pemaparan isu kampung, warga didampingi oleh fasilitator lapangan. Isu utama yang teridentifikasi ialah pembuangan dan pengelolaan sampah yang buruk, isu air pasang dan banjir rob, serta infrastruktur yang kurang memadai. Dengan adanya kegiatan pemetaan, diharapkan program pembangunan dapat tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat. Peta partisipatif dapat menjadi alat rujukan untuk kegiatan perbaikan perencanaan serta pembangunan selanjutnya di wilayah Cungkeng dan sekitarnya. The implementation of regional development programs from the government sometimes does not match the community hopes or needs. Furthermore, the environmental and social issues of urban village communities are often difficult also to the city government level. The participatory mapping was carried out by the Architecture Department of Institut Teknologi Sumatera in collaboration with Arkom Indonesia is a series of community service activities in Cungkeng Village, Bandar Lampung City. Participatory mapping was conducted to identify the perceived issues and help community convey them directly to the Bandar Lampung Government to get the direct solution resulting from discussions between various parties. Participatory mapping was carried out by asking residents to draw in 2D their houses and residential environments and map the issues perceived by residents on the drawn map. Then, residents presented the schematic map to regional officials to discuss the solution of the issues. In mapping and presenting the issues, residents were accompanied by field facilitators. The main issues identified are bad waste disposal and management, problems with high tides and tidal floods, as well as ineduquate infrastructure. With the existence of mapping activities, it is hoped that the development program could be right on target in accordance with the needs and expectations of the community. The participatory mapping can be a reference tool for planning improvement activities as well as further development in the Cungkeng Village and its surroundings.
Pemetaan Partisipatif Kampung Marjinal di Kota Bandar Lampung, Indonesia (Studi Kasus: Kampung Pesisir Sinar Laut) Lestari, A Dwi Eva; Widya, Amelia Tri; Nurzukhrufa, Antusias; Basica, Embun Aura Annisa; Asriana, Nova; Fajarwati, Galuh
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 9 No 3 (2024): Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat
Publisher : Universitas Mathla'ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30653/jppm.v9i3.745

Abstract

Terletak di pesisir kota Bandar Lampung menjadikan Kampung Sinar Laut sebagai kampung marjinal yang pembangunannya secara khusus kurang diperhatikan oleh Pemerintah Kota karena merupakan permukiman informal dimana rumah warganya berdiri ditepi laut bahkan sebagian besar diatas permukaan air laut. Keberadaan dan pertumbuhan permukiman informal di Kampung Sinar Laut disertai dengan munculnya berbagai permasalahan lingkungan dan sosial yang belum teridentifikasi termasuk potensi wilayah yang mungkin belum tergali, menjadi latar belakang kegiatan pemetaan partisipatif ini dilakukan. Dengan adanya identifikasi dan pemetaan permasalahan atau potensi wilayah dalam bentuk peta kampung partisipatif, dapat dijadikan dasar untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan dan sosial kampung marjinal, termasuk dijadikan acuan dalam penataan kampung, perencanaan dan perancangan pembangunan kampung kota. Menggunakan metode partisipatif melibatkan warga masyarakat setempat dalam pembuatan peta, penggambaran dan informasi kampung menjadi data riil yang valid. Dalam pelaksanaannya masyarakat Kampung Sinar Laut berhasil memetakan sendiri permasalahan dan potensi yang ada di lingkungannya secara aktif dan bersama-sama kemudian menghasilkan luaran berupa peta fisik Kampung Sinar Laut, mengenai titik lokasi elemen fisik lingkungan dan permasalahannya, data dan jumlah warga, bencana tahunan, keadaan sosial-ekonomi-budaya, serta potensi wilayah yang dapat dikembangkan. Dengan harapan bahwa hasil pemetaan partsipatif dapat dimanfaatkan oleh warga, pemerintah desa dan kota, akademisi, mitra dan pihak lainnya. Located on the coast of the city of Bandar Lampung, Kampung Sinar Laut is a marginal village whose development has received little attention from the City Government because it is an informal settlement where the residents' houses stand on the edge of the sea and most of them are above sea level. The existence and growth of informal settlements in Sinar Laut Village is accompanied by the emergence of various environmental and social problems that have not been identified, including potential areas that may not have been explored, which is the background for this participatory mapping activity. By identifying and mapping problems or potential areas in the form of participatory village maps, it can be used as a basis for resolving environmental and social problems in marginal villages, including being used as a reference in village upgrading, planning and designing urban village development. Using participatory methods involves local residents in making maps, depictions, and village information into valid real data. In its implementation, the people of Kampung Sinar Laut succeeded in mapping the problems and potential in their environment actively and together, then produced an output in the form of a physical map of Kampung Sinar Laut, regarding the location of the physical elements of the environment and their problems, data and number of residents, annual disasters, conditions. socio-economic-cultural, as well as regional potential that can be developed. With the hope that the results of participatory mapping can be utilized by residents, village and city governments, academics, partners, and other parties.