Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

GUSJIGANG; KARAKTER KEMANDIRIAN MASYARAKAT KUDUS MENGHADAPI INDUSTRIALISASI Ihsan, M.
IQTISHADIA Vol 10, No 2 (2017): IQTISHADIA
Publisher : Ekonomi Syariah IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/iqtishadia.v10i2.2862

Abstract

Data antropologi, demografi dan perilaku ekonomi masyarakat kudus menunjukkan bahwa masyarakat Kudus adalah komunitas yang bercirikan sosial santri-muslim yang bertumpu pada bidang usaha industripengolahan (62,72 %) dan perdagangan (24,12 %). Perilaku tersebut dibangun di atas fondasi tradisilokal Gusjigang. Hubungan antara basis tradisi(local value) dan potensi masyarakatnya (local asset)dengan pelaksanaan industrialisasi seringkali dengandifferensiasi structural yang patut dicermati secaraserius, terutama ketika hal tersebut berada dalamcengkeraman globalisasi. Intensitas dan cakupan globalisasi ternyata menyentuh hampir seluruh sendi kehidupan. Tidak hanya bidang ekonomi,bisnis, budaya, politik, ideologi, melainkan juga telahmenjamah ke tataran systems, processes, actors, dan events. Tulisan ini menyajikan data bahwa tradisiGusjigang mampu dipertahankan dengan baik,sehingga industrialiasasi di Kabupaten Kudus bisadijadikan model yang relevan sesuai dengan potensidan karakter masyarakatnya. Selain itu gusjigangsebagai nilai-nilai kearifan lokal dapat dijadikan sebuahpijakan untuk pengembangan sebuah pembelajaranyang lebih berkarakter. Kebermaknaan pembelajarandengan lingkup kearifan lokal akan menampilkansebuah dimensi pembelajaran yang selain memacukeilmuan seseorang, juga sekaligus bisa mendinamisasikeilmuan tersebut menjadi kontekstual dan ramahbudaya daerah.
PENGUATAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA MADRASAH ALIYAH DI KUDUS Ihsan, M.
EDUKASIA Vol 13, No 1 (2018): EDUKASIA
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/edukasia.v13i1.3576

Abstract

Secara politis dan yuridis eksistensi madrasah sebagai lembaga pendidikan semakin kokoh dengan keluarnya Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 dan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003  beserta berbagai regulasi turunannya.  Satu sisi regulasi tersebut telah menghantarkan madrasah pada posisi setara dan sederajat bahkan sama dengan sekolah umum. Namun pada sisi lain kedudukan tersebut menghadapkan madrasah pada tantangan dan dilema yang sulit terutama bila dikaitkan dengan kondisi objektifnya. Dampak secara umum dari status baru tersebut, setidaknya menurut beberapa kalangan tertentu, adalah menurunnya kemampuan/penguasaan ilmu agama para lulusan madrasah. Model Penguatan Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan mengadopsi sistem pendidikan pesantren ini secara konseptual merupakan manifestasi dari divinity based education.  Secara teknis model ini mengadopsi konsep boarding school  dan/atau  full days school. Dengan konsep ini diharapkan tidak akan ada lagi kendala keterbasan waktu untuk proses pendidikan dan pembelajaran yang berorientasi pada kualitas. Karena dengan konsep ini pendidikan dan pembelajaran di MA tidak hanya dalam formal kurikulum tetapi juga hidden curriculum. Berangkat dari realitas objektif dan tipologi MA di Kudus, Model Penguatan Madrasah Aliyah Berbasis Pesantren sebagai model yang ditawarkan sebagai hasil dari penelitian ini dikelompokkan  ke dalam tiga model, yaitu: (1) Madrasah Pesantren (MP), (2) Madrasah Lingkungan Pesantren (MLP), dan (3) Madrasah Sistem Nilai Pesantren (MSNP).  Untuk implementasi tiga model tersebut bersifat alternatif sesuai dengan konteks dan kapasitas masing-masing MA. From political and regulatory viewpoints, the existence of Madrasahs as educational institutions get stronger with the issue of Regulation No. 2 Year 1989 and Regulation No. 20 Year 2003 and their derivative regulations. On the one hand, the regulations have helped facilitate the madrasahs get equal footing with public schools – even to some enjoy equal status  with public schools – and on the other hand, this new position confronts madrasahs with the challenges due to the fact that many of them have inferior resources. Conceptually, this Islamic boarding-based madrasah model is manifestation of divinity based education concept. Technically, this model adopt concept boarding school and/or full-day school. With this model, it is hoped that there will no more limitation of time to offer quality teaching and education. This model will not only let the madrasahs offer formal curriculum but hidden curriculum as well. Departing from the objective realities and the typology of madrasah aliyah in Kudus, the Islamic boarding-based madrasah as a model offered in this study is classified into three different models, i.e. (1) Pesantren (Islamic boarding) madrasah, (2) Pesantren Environment Madrasah, (3) Pesantren Values System Pesantren. As to implement these models, it is suggested that the madrasah will choose either one of the three which suits best to their contexts and capacities.
Upaya Penguatan Pendidikan Agama Islam Berbasis Literasi Pesantren Ihsan, M.
LIBRARIA Vol 6, No 1 (2018): LIBRARIA
Publisher : UPT. Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/libraria.v6i1.3832

Abstract

Menurunnya kemampuan/penguasaan ilmu agama para lulusan baik dari sekolah umum maupun madrasah  sulit untuk dihindarkan, sekolah yang merupakan lembaga penyelenggara pendidikan termasuk pendidikan agama  memegang peranan penting dalam menentukan tingkah laku manusia menjadi insan kamil. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya yang secara terus menerus untuk menguatkan pendidikan agama Islam sehingga tujuan pendidikan agama Islam yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Untuk mengatasi rendahnya kemampuan atau kompetensi keagamaan tersebut diperlukan kesadaran akan pentingnya penerapan desain dan atau implementasi program pendidikan agama Islam yang memungkinkan penguatan kembali pendidikan agama Islam yang maksimal. Salah satu upayanya adalah nelalui  penguatan pendidikan agama Islam berbasis literasi pesantren yang tak lain dengan mengadopsi sistem pendidikan pesantren ini secara konseptual bertumpu pada konsep pereluasan kajian literatur yang digunakan oleh pesantren dalam mempelajari dan memahami ilmu-ilmu agama. Dengan konsep ini diharapkan tidak akan ada lagi kendala dalam proses pendidikan dan pembelajaran yang berorientasi pada kualitas.
APAKAH SAK ETAP MASIH PENTING BAGI AKUNTABILITAS UMKM? Widyatama, Arif; Sabirin, Andi; Ihsan, M.; Jarudin, Jarudin
Vokasi : Jurnal Riset Akuntansi Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/vjra.v9i1.24827

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk memahami mengenai penerapan SAK ETAP bagi akuntabilitas UMKM. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan paradigm intepretif yaitu dengan mengangkat fenomena atau masalah yang terjadi pada UKM Irwan Bengkel, dengan mengguanakan pendekatan interpretif peneliti ingin melihat pemahaman dari UKM dalam hal ini Irwan Bengkel dalam memahami penerapan SAK ETAP.  Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Irwan Bengkel belum melakukan pencatatan laporan keuangan sesuai dengan  SAK ETAP. Hanya melainkan  laporan yang tidak jelas pencatatanya; kedua faktor-faktor yang tidak terlaksananya pencatatan laporan keuangan berbasis (SAK ETAP) pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Irwan Bengkel, ketiga keberadaan Standar Akuntabilitas Keuangan Entitas Tanpa Publik yang di peruntukan untuk Usaha Kecil dan Mengah tidak dikerahui oleh para pemilik usaha dan kurangnya sumberdaya manusia yang memiliki pemampuan menyusun laporan keuangan. dalam pengambilan keputusan pemilik masih menggunakan intuisi terakhir kurangnya sumberdaya manusia yang dimiliki terutama yang memiliki kemampuan dalam proses penyusunan laporan keuangan.
GUSJIGANG; KARAKTER KEMANDIRIAN MASYARAKAT KUDUS MENGHADAPI INDUSTRIALISASI Ihsan, M.
IQTISHADIA Vol 10, No 2 (2017): IQTISHADIA
Publisher : Ekonomi Syariah IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/iqtishadia.v10i2.2862

Abstract

Data antropologi, demografi dan perilaku ekonomi masyarakat kudus menunjukkan bahwa masyarakat Kudus adalah komunitas yang bercirikan sosial santri-muslim yang bertumpu pada bidang usaha industripengolahan (62,72 %) dan perdagangan (24,12 %). Perilaku tersebut dibangun di atas fondasi tradisilokal Gusjigang. Hubungan antara basis tradisi(local value) dan potensi masyarakatnya (local asset)dengan pelaksanaan industrialisasi seringkali dengandifferensiasi structural yang patut dicermati secaraserius, terutama ketika hal tersebut berada dalamcengkeraman globalisasi. Intensitas dan cakupan globalisasi ternyata menyentuh hampir seluruh sendi kehidupan. Tidak hanya bidang ekonomi,bisnis, budaya, politik, ideologi, melainkan juga telahmenjamah ke tataran systems, processes, actors, dan events. Tulisan ini menyajikan data bahwa tradisiGusjigang mampu dipertahankan dengan baik,sehingga industrialiasasi di Kabupaten Kudus bisadijadikan model yang relevan sesuai dengan potensidan karakter masyarakatnya. Selain itu gusjigangsebagai nilai-nilai kearifan lokal dapat dijadikan sebuahpijakan untuk pengembangan sebuah pembelajaranyang lebih berkarakter. Kebermaknaan pembelajarandengan lingkup kearifan lokal akan menampilkansebuah dimensi pembelajaran yang selain memacukeilmuan seseorang, juga sekaligus bisa mendinamisasikeilmuan tersebut menjadi kontekstual dan ramahbudaya daerah.
The Contribution of Financial Literation and Human Capital In Improving The Performance of Village-Owned Business Agencies Ihsan, M.; Ladjin, Burhanuddin; Fatma, Fatma; Widyatama, Arif; Rahmat, Tri
Media Komunikasi FPIPS Vol 20, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/mkfis.v20i1.30422

Abstract

The purpose of this study is to examine the relationship between financial literacy and human capital on the performance of Village-Owned Enterprise. Village-Owned Enterprise has an important role in building the economy in the village. However, the condition that occurs is that there are still many conditions of rural community human resources, especially Village-Owned Enterprise officials, who do not have good management skills and financial literacy in managing Village-Owned Enterprise. This research uses explanatory research, research sites are in Sigi and Poso Regencies. The population of this research is the management of Village-Owned Enterprise in Sigi and Poso Regencies, amounting to around 300 people representing each village in Sigi and Poso Regencies. Based on the results of the questionnaire distribution, a sample of 75 Village-Owned Enterprise administrators in Sigi and Poso districts was obtained. Financial literacy in Sigi village and even more so in Poso district is still far from perfect, because Village-Owned Enterprise administrators in SIGI and Poso in general are unable to use village participation funds accountably. This is due to the weak capacity of Village-Owned Enterprise administrators in managing Village-Owned Enterprise planning, implementation and financial reporting. The results of this study prove that the human capital of Village-Owned Enterprise administrators has an effect on Village-Owned Enterprise performance. This indicates that the community, including Village-Owned Enterprise administrators, has the potential to innovate so that it will have an impact on Village-Owned Enterprise performance.
PENGUATAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA MADRASAH ALIYAH DI KUDUS Ihsan, M.
EDUKASIA Vol 13, No 1 (2018): EDUKASIA
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/edukasia.v13i1.3576

Abstract

Secara politis dan yuridis eksistensi madrasah sebagai lembaga pendidikan semakin kokoh dengan keluarnya Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 dan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003  beserta berbagai regulasi turunannya.  Satu sisi regulasi tersebut telah menghantarkan madrasah pada posisi setara dan sederajat bahkan sama dengan sekolah umum. Namun pada sisi lain kedudukan tersebut menghadapkan madrasah pada tantangan dan dilema yang sulit terutama bila dikaitkan dengan kondisi objektifnya. Dampak secara umum dari status baru tersebut, setidaknya menurut beberapa kalangan tertentu, adalah menurunnya kemampuan/penguasaan ilmu agama para lulusan madrasah. Model Penguatan Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan mengadopsi sistem pendidikan pesantren ini secara konseptual merupakan manifestasi dari divinity based education.  Secara teknis model ini mengadopsi konsep boarding school  dan/atau  full days school. Dengan konsep ini diharapkan tidak akan ada lagi kendala keterbasan waktu untuk proses pendidikan dan pembelajaran yang berorientasi pada kualitas. Karena dengan konsep ini pendidikan dan pembelajaran di MA tidak hanya dalam formal kurikulum tetapi juga hidden curriculum. Berangkat dari realitas objektif dan tipologi MA di Kudus, Model Penguatan Madrasah Aliyah Berbasis Pesantren sebagai model yang ditawarkan sebagai hasil dari penelitian ini dikelompokkan  ke dalam tiga model, yaitu: (1) Madrasah Pesantren (MP), (2) Madrasah Lingkungan Pesantren (MLP), dan (3) Madrasah Sistem Nilai Pesantren (MSNP).  Untuk implementasi tiga model tersebut bersifat alternatif sesuai dengan konteks dan kapasitas masing-masing MA. From political and regulatory viewpoints, the existence of Madrasahs as educational institutions get stronger with the issue of Regulation No. 2 Year 1989 and Regulation No. 20 Year 2003 and their derivative regulations. On the one hand, the regulations have helped facilitate the madrasahs get equal footing with public schools – even to some enjoy equal status  with public schools – and on the other hand, this new position confronts madrasahs with the challenges due to the fact that many of them have inferior resources. Conceptually, this Islamic boarding-based madrasah model is manifestation of divinity based education concept. Technically, this model adopt concept boarding school and/or full-day school. With this model, it is hoped that there will no more limitation of time to offer quality teaching and education. This model will not only let the madrasahs offer formal curriculum but hidden curriculum as well. Departing from the objective realities and the typology of madrasah aliyah in Kudus, the Islamic boarding-based madrasah as a model offered in this study is classified into three different models, i.e. (1) Pesantren (Islamic boarding) madrasah, (2) Pesantren Environment Madrasah, (3) Pesantren Values System Pesantren. As to implement these models, it is suggested that the madrasah will choose either one of the three which suits best to their contexts and capacities.
Pseudo-Maṣlaḥah and Epistemological Failure in Marriage Dispensation at Indonesian Religious Courts Azni, Azni; Hafis, Muhammad; Zakariah, Asril Amirul; Harmanto, Adi; Miftahuddin, Miftahuddin; Ihsan, M.
Jurnal Ilmiah Peuradeun Vol. 13 No. 2 (2025): Jurnal Ilmiah Peuradeun
Publisher : SCAD Independent

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26811/peuradeun.v13i2.2047

Abstract

This study looked at how maṣlaḥah (public interest) was used in marriage cases in the Religious Courts of Sumatra, Indonesia, and how it was related to the goals of maqāṣid al-sharī’ah. Based on a qualitative analysis of 48 court decisions and in-depth interviews with six judges, the research revealed that the concept of maṣlaḥah was often employed as a procedural justification to accommodate social pressure, rather than as an evaluative ethical-legal framework. Judges tended to prioritize the protection of religion (ḥifẓ al-dīn)—mainly by preventing adultery—while neglecting essential dimensions such as protection of life (ḥifẓ al-nafs), intellect (ḥifẓ al-’aql), and progeny (ḥifẓ al-nasl). This reductionist approach leaded to the legitimization of underage marriage without proper psychological, biological, or economic assessments. The study found that such practices contributed to systemic harm, including early divorce, reproductive health risks, and intergenerational poverty. By critically examining the misuse of maṣlaḥah, this research offered an epistemological critique and proposes a reconstructive framework grounded in empirical evaluation and child-centered justice. It concluded that the reform of Islamic family law requires not only regulatory improvement but also a transformation of judicial reasoning. This study contributes to broader discussions on Islamic legal reform and child protection in Muslim-majority contexts.
Efektivitas Edukasi Berbasis Diabetes Self-Management Education (DSME) terhadap Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2: Sebuah Tinjauan Literatur Ihsan, M.; Usman, Aqilah Sakura; Perawati, Perawati
Jurnal Penelitian Perawat Profesional Vol 7 No 3 (2025): Juni 2025, Jurnal Penelitian Perawat Profesional
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jppp.v7i3.6632

Abstract

Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) merupakan kondisi metabolik kronis yang berdampak serius pada aspek fisik, psikologis, dan sosial pasien, terutama jika tidak dikelola dengan baik. Salah satu strategi yang dinilai efektif untuk mengatasi dampak tersebut adalah edukasi berbasis Diabetes Self-Management Education (DSME), yang bertujuan meningkatkan kemandirian, pengetahuan, dan kemampuan pasien dalam pengelolaan diri. Penelitian ini bertujuan meninjau efektivitas DSME terhadap kualitas hidup pasien DMT2 melalui metode literature review. Kajian dilakukan dengan pendekatan PICO, diikuti proses identifikasi, skrining, serta penerapan kriteria inklusi dan eksklusi, hingga diperoleh 7 artikel dari tahun 2018 hingga 2024 yang relevan. Hasil tinjauan menunjukkan bahwa intervensi DSME secara konsisten berkontribusi signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup pasien, mencakup aspek fisik, psikologis, dan sosial. Selain membantu pemahaman terhadap penyakit, DSME juga mendorong kemandirian dan kepercayaan diri pasien dalam pengelolaan DMT2, yang berdampak positif terhadap perilaku perawatan diri dan hasil kesehatan secara keseluruhan. Dengan demikian, DSME terbukti efektif dalam meningkatkan kualitas hidup pasien DMT2.
POTENSI STIMULASI SENSORIK GAMMA NONINVASIF PADA PASIEN GERIATRI DENGAN PENYAKIT ALZHEIMER: TINJAUAN LITERATUR: NON-INVASIVE GAMMA SENSORY STIMULATION POTENTIAL IN GERIATRIC ALZHEIMER’S PATIENTS: A LITERATURE REVIEW Amanda, Samira; Ihsan, M.; Nurdiansyah, M.; Perawati
Jurnal Kedokteran STM (Sains dan Teknologi Medik) Vol. 9 No. 1 (2026): Issue in Progress
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/stm.v9i1.937

Abstract

Alzheimer's disease (AD) is one of the common health problems faced by the elderly, which can affect cognitive abilities and brain function. Currently available therapies are not very effective in managing AD in some people, so there is still a need for other treatment innovations in improving the QoL of patients. So this innovation presented with the aim to exploring the effectiveness of gamma sensory stimulation in preventing white matter atrophy and myelin loss, and its impact on cognitive decline. This research is a literature review sourced from several internet search engines. The review conducted through several stages, including identification, screening, and fulfillment inclusion and exclusion criteria, and finally resulting in 7 articles. The use of this device as therapy in geriatric patients with AD has been clinically tested and shown positive results in overcoming white matter atrophy and myelin loss in geriatric patients with AD. By improving these conditions, the device has the potential to slow the progression or even reduce symptoms experienced by patients, such as cognitive decline. Thus, based on the findings of this study, gamma stimulation could be a potential complementary therapy for Alzheimer's patients, thereby improving their quality of life. AbstrakPenyakit alzheimer (AD) merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat sering dihadapi oleh lansia (usia 60 tahun keatas), yang dapat mempengaruhi kemampuan kognitif serta fungsi otak. Terapi yang tersedia saat ini belum begitu efektif dalam mengelola AD pada beberapa orang, sehingga masih diperlukan inovasi pengobatan lainnya dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. Sehingga inovasi ini dihadirkan dengan tujuan untuk mengeksplorasi efektivitas stimulasi sensorik gamma dalam mencegah atrofi materi putih dan kehilangan mielin, serta dampaknya terhadap penurunan kognitif. Penelitian ini merupakan kajian pustaka yang bersumber dari beberapa mesin pencari internet. Kajian dilakukan melalui beberapa tahap, meliputi identifikasi, penyaringan, dan pemenuhan kriteria inklusi dan eksklusi, sehingga menghasilkan 7 artikel yang memenuhi kriteria inklusi. Penggunaan alat ini sebagai terapi pada pasien geriatri dengan AD telah teruji secara klinis dan menunjukkan hasil yang positif dalam mengatasi atrofi materi putih dan kehilangan mielin pada pasien geriatri dengan AD. Dengan memperbaiki kondisi ini, alat ini berpotensi memperlambat progresi atau bahkan mengurangi gejala yang dialami pasien, seperti penurunan kognitif. Sehingga, berdasarkan temuan kajian ini, stimulasi gamma bisa menjadi terapi pelengkap yang potensial untuk pasien Alzheimer, sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien.