Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Peranan Mikrobiota Usus Manusia Golongan Bakteri Asam Laktat Sebagai Sumber Produksi Potensial dalam Manajemen Terapi Diabetes Melitus Tipe 1 pada Anak Amalia, Nindy Putri; Alparisi, Bima Diokta; Dimas, Riski; Anggraini, Dewi
SCRIPTA SCORE Scientific Medical Journal Vol. 6 No. 1 (2024): SCRIPTA SCORE Scientific Medical Journal
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/scripta.v6i1.15696

Abstract

Pendahuluan: Diabetes melitus tipe-1 (DMT-1) adalah penyakit autoimun kronis yang menyebabkan tubuh tidak dapat memproduksi insulin dalam kadar yang cukup. Menurut international diabetes federation (IDF) melaporkan secara global penderita diabetes melitus tipe-1 mencapai 8,75 juta orang dimana sebanyak 1,52 juta orang (17%) berusia di bawah 20 tahun. Angka mortalitas mencapai 18.105 kematian dari jumlah insiden 1,55 juta. Sedangkan di Indonesia jumlah kasus ini mencapai 41.817 penduduk sehingga menempati posisi teratas di ASEAN. Oleh karena itu, diperlukan sebuah inovasi manajemen terapi diabetes melitus tipe-1 terkhususnya pada anak yang memiliki keunggulan baik dalam pengobatan maupun produksi. Metode: Studi ini berupa kajian literatur yang bersumber dari beberapa pencarian internet yakni PubMed, Science Direct, ProQuest, Lancet, Google Schoolar, Garuda, Sage, dan EBSCOHost. Kajian ini disusun melalui beberapa tahap diantaranya identifikasi, skrining, dan pemenuhan kriteria inklusi dan eksklusi. Terdapat 8 artikel dari 611 artikel yang memenuhi kriteria. Pembahasan: Beberapa bakteri kelompok asam laktat sudah diuji klinis dan didapatkan hasil yang berpengaruh pada kontrol glikemik pasien diabetes melitus tipe-1. Perbaikan ditunjukkan pada kadar gula darah puasa, 2 jam postprandial, HbA1C, bahkan juga mempengaruhi C-peptida dan kadar insulin yang dibutuhkan pasien diabetes melitus tipe-1. Rute pemberian probiotik yang dilakukan juga cukup sederhana melalui oral, kecuali pada intervensi penggunaan fecal microbiota transplantation melalui injeksi. Kesimpulan: Bakteri asam laktat mempengaruhi kadar gula darah pasien, HbA1C, C-peptida, dan kadar insulin yang dibutuhkan pasien. Interval waktu pemberian probiotik juga mempengaruhi efek klinis yang diharapkan. Introduction: Type-1 diabetes mellitus (T1DM) is a chronic autoimmune disease that causes the body to not produce enough insulin. According to the International Diabetes Federation (IDF), globally, there are 8.75 million people with type 1 diabetes mellitus, with 1.52 million (17%) of them being under 20 years old. The mortality rate reaches 18,105 deaths out of 1.55 million incidents. Meanwhile, in Indonesia, the number of cases reaches 41,817, placing it at the top position in ASEAN. Therefore, an innovative management approach for type 1 diabetes mellitus therapy, especially in children, is needed, which excels both in treatment and production. Methods: This study is a literature review sourced from several internet searches including PubMed, Science Direct, ProQuest, Lancet, Google Scholar, Garuda, Sage, and EBSCOHost. The study was conducted through several stages including identification, screening, and fulfillment of inclusion and exclusion criteria. There are 8 articles out of 611 articles that met the criteria. Discussion:  Several lactic acid bacteria have been clinically tested and shown to have an effect on glycemic control in type 1 diabetes mellitus patients. Improvements are evident in fasting blood sugar levels, 2-hour postprandial levels, HbA1C, and even affect C-peptide and insulin levels required by type 1 diabetes mellitus patients. The administration route of probiotics is also quite simple, usually oral, except for interventions involving fecal microbiota transplantation via injection. Conclusion: Lactic acid bacteria affect patients' blood sugar levels, HbA1C, C-peptide, and the insulin levels required by patients. The timing interval of probiotic administration also affects the expected clinical effects.
PEMANFAATAN NAILFOLD VIDEOCAPILLAROSCOPIC DALAM MENGEKSPLORASI FAKTOR RISIKO, PREDIKTOR DAN PREVENTIF GANGGUAN MIKROSIRKULASI KARDIOVASKULAR: UTILIZATION OF NAILFOLD VIDEOCAPILLAROSCOPIC TO EXPLORING RISK FACTORS, PREDICTORS AND PREVENTION OF CARDIOVASCULAR MICROCIRCULATORY DISORDERS Alparisi, Bima Diokta; Amalia, Nindy Putri; Amanda, Samira; Irwan; Haryadi
Jurnal Kedokteran STM (Sains dan Teknologi Medik) Vol. 8 No. 2 (2025): Juli 2025
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/stm.v8i2.866

Abstract

Microcirculation disorders are the focus of attention in cardiovascular disease research as they lead to serious cardiovascular complications. Nailfold videocapillaroscopy (NVC) is a non-invasive method that has great potential in exploring risk factors, clinical predictors and developing preventive measures for microcirculatory disorders in cardiovascular disease. This study was based on PRISMA guidelines, then adjusted with appropriate inclusion and exclusion criteria and the PICO framework. Risk of bias assessment using the Joanna Briggs Institute (JBI). There were 14 inclusion studies including cohort, case-control, cross-sectional, comparative and multicentre studies. The results found that the utilisation of NVC is proven to be used in the exploration of risk factors, predictors and preventive measures of microcirculatory disorders of several cardiovascular diseases namely primary, secondary and pulmonary hypertension with vasculitis. Risk factors include endothelial damage, arterial stiffness, and so on. Future predictors can be done in patients with microvascular abnormalities suspected of systemic sclerosis, Raynaud's symptom and hormonal disorders. Preventive measures that can be carried out further supporting examinations in confirming disease disorders and complications. With the utilisation of NVC, the public can utilise this technology as an early detection tool to prevent more serious cardiovascular complications. AbstrakGangguan mikrosirkulasi menjadi fokus perhatian dalam penelitian penyakit kardiovaskular karena mengakibatkan komplikasi serius bagi kardiovaskular. Nailfold videocapillaroscopy (NVC) merupakan metode non-invasif yang memiliki potensi besar sebagai dalam mengeksplorasi faktor risiko, prediktor klinis dan menyusun langkah prevetif terhadap gangguan mikrosirkulasi penyakit kardiovaskular. Penelitian ini didasarkan pada pedoman PRISMA, kemudian disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang sesuai dan kerangka kerja PICO. Penilaian risiko bias menggunakan Joanna Briggs Institute (JBI). Didapatkan 14 studi inklusi termasuk studi cohort, case-control, cross-sectional, comparative dan multicenter study. Hasil penelitian menemukan bahwa pemanfaatan NVC terbukti dapat digunakan dalam eksplorasi faktor risiko, prediktor dan langkah preventif gangguan mikrosirkulasi dari beberapa penyakit kardiovaskular yakni hipertensi primer, sekunder dan pulmonal disertai vaskulitis. Faktor risiko yang didapatkan mulai dari kerusakan endotel, kekuan arteri, dan sebagainya. Predikor kedepannya dapat dilakukan pada pasien abnormalitas pada mikrovaskular yang dicurigai mengalami sistemik sklerosis, gejala raynaud dan gangguan hormon. Langkah preventif yang dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lanjutan dalam mengkonfirmasi gangguan penyakit dan komplikasi. Dengan demikian pemanfaatan NVC, masyarakat dapat memanfaatkan teknologi ini sebagai alat deteksi dini untuk mencegah komplikasi kardiovaskular yang lebih serius.
KOMBINASI AKUPUNTUR DENGAN METFORMIN ATAU CLOMIPHENE CITRATE TERHADAP POLYCYSTIC OVARY SYNDROME DALAM MENINGKATKAN KEHAMILAN: COMBINATION OF ACUPUNCTURE WITH METFORMIN OR CLOMIPHENE CITRATE FOR POLYCYSTIC OVARY SYNDROME IN PROMOTING PREGNANCY Alparisi, Bima Diokta; Muzhaffar, Teuku Adib Bariq; Suhandri, Wiwin; Hutagaol, Imelda Baktiana E.; Amanda, Samira
Jurnal Kedokteran STM (Sains dan Teknologi Medik) Vol. 8 No. 2 (2025): Juli 2025
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/stm.v8i2.877

Abstract

Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) is one of the diseases that can cause infertility for women. Pharmacological therapy given is either metformin or clomiphene citrate while non-pharmacological is acupuncture. Both therapies have been shown to be beneficial in increasing pregnancy. Therefore, the purpose of this review is to determine the effect of the combination of acupuncture against metformin or clomiphene in increasing pregnancy rates. The method used was a literature review sourced from Google Scholar, Pub Med, Science Direct. Then identification, screening, adjustment of inclusion and exclusion variables were carried out and then selected titles, abstracts and contents so that only 6 articles were discussed. The results obtained that the combination therapy of acupuncture with metformin has better clinical effectiveness than clomiphene citrate because of minimal side effects and satisfactory outcomes in increasing pregnancy. Thus, it is hoped that further research will be carried out in the use of a combination of acupuncture therapy with metformin or clomiphene citrate. AbstrakPolycystic Ovary Syndrome (PCOS) merupakan salah satu penyakit yang dapat mengakibatkan infertilitas bagi wanita. Terapi farmakologi yang diberikan yaitu baik metformin atau clomiphene citrate sedangkan non farmakologi berupa akupuntur. Kedua terapi tersebut terbukti bermanfaat dalam meningkatkan kehamilan. Oleh sebab itu, tujuan tinjauan ini adalah untuk mengetahui efek kombinasi akupuntur terhadap metformin atau clomiphene dalam meningkatkan tingkat kehamilan. Metode yang digunakan berupa kajian literatur yang bersumber dari Google Scholar, Pub Med, Science Direct. Kemudian dilakukan identifikasi, skrining, penyesuaian terhadap variabel inklusi dan eksklusi lalu dilakukan seleksi judul, abstrak dan isi maka yang hanya dibahas berjumlah 6 artikel. Hasil yang didapatkan bahwasannya terapi kombinasi akupuntur dengan metformin memiliki efektifitas klinis yang lebih baik dibandingkan clomiphene citrate sebab efek samping yang lebih minim serta outcomes yang cukup memuaskan dalam meningkatkan kehamilan. Dengan demikian, diharapkan dilakukannya penelitian lebih lanjut dalam pemanfaatan kombinasi terapi akupuntur dengan metformin atau clomiphene citrate.
APAKAH PATAH TULANG DISERTAI PEMBENGKAKAN JARINGAN LUNAK DAPAT MENYEBABKAN PNEUMONIA YANG BERUJUNG KEMATIAN? : CAN A FRACTURE ACCOMPANIED BY SOFT TISSUE SWELLING LEAD TO PNEUMONIA AND DEATH? Indrayana, Mohammad Tegar; Alparisi, Bima Diokta; Arenja, Regina Trisya; Khairussyifa, Najmi; Marbun, Patricia Dean Ully; Amanda, Shalsabila Ghaasani; Harahap, Fadhlina Murhami
Ibnu Sina: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan - Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara Vol. 24 No. 2 (2025): Juli 2025
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Islam Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/ibnusina.v24i2.876

Abstract

Pneumonia merupakan penyakit infeksi paru dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Pneumonia dapat menyebabkan kegagalan pernapasan yang berujung pada kematian mendadak jika tidak terdeteksi dan ditatalaksana dengan tepat. Seorang anak laki-laki berusia 14 tahun ditemukan meninggal dunia di kamar tidurnya dengan dugaan awal kematian yang disebabkan karena cedera akibat perundungan. Pemeriksaan luar menunjukkan pembengkakan jaringan lunak dan fraktur tipis pada os ulna proksimal dekstra. Hasil autopsi mengungkap adanya cairan eksudatif di rongga pleura serta infiltrasi sel inflamasi pada jaringan paru. Analisis histopatologi dan laboratorium mendukung diagnosis pneumonia bakterialis sebagai penyebab utama kematian, serta tidak ditemukan cedera fatal yang berkontribusi langsung terhadap kematian. Kasus ini menegaskan pentingnya autopsi dalam menentukan penyebab pasti kematian, terutama pada kasus kematian mendadak tanpa riwayat medis yang jelas. Pemeriksaan forensik secara menyeluruh sangat diperlukan untuk menghindari kesalahan interpretasi yang berimplikasi pada aspek medis dan hukum.
Potensi Pemanfaatan Myeloid Leukemia 1 (MCL-1) Inhibitor Melalui Jalur Apoptosis Intrinsik pada Terapi Metastatic Castration-Resistant Prostate Cancer (mCRPC) : Sebuah Tinjauan Pustaka Alparisi, Bima Diokta
JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Vol 10 No 2 (2024): JIMKI (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia) Volume 10 Nomor 2 Periode O
Publisher : BAPIN-ISMKI (Badan Analisis Pengembangan Ilmiah Nasional - Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53366/jimki.v10i2.736

Abstract

Pendahuluan: Kanker prostat merupakan penyakit yang menyerang pria dengan prevalensi tertinggi ke-2 serta penyebab kematian ke-5 dengan perkiraan mencapai 1,4 juta kasus dan mortalitas berjumlah 375.000 di seluruh dunia. Terdapat 112 dari 185 negara melaporkan kejadian kanker prostat. Di Indonesia jumlah kasus kanker prostat mencapai 13.563 jiwa. Data menunjukkan bahwa 10-20% pasien dengan metastatik kanker prostat mengembangkan metastatic castration-resistant prostate cancer (mCRPC) selama 5 tahun serta memiliki keberlangsungan hidup sekitar 14 bulan. Namun belum terdapat terapi yang efektif dalam kasus mCRPC. Dengan adanya potensi yang dimiliki oleh Myeloid Leukemia 1 (MLC-1) inhibitor yang menargetkan langsung pada jalur intrinsik apoptosis sehingga bisa menekan anti-apoptosis sel dapat dijadikan inovasi terapi pada mCRPC. Metode: Kajian literatur yang bersumber dari Google Scholar, Pub Med, Science Direct. Tahapan pemilihan artikel yaitu identifikasi, skrining serta kesesuaian terhadap variabel inklusi dan eksklusi sehingga didapatkan 11 artikel. Pembahasan: Pemanfaatan potensi MCL-1 sebagai terapi mCRPC tentunya membutuhkan senyawa yang akan bekerja sebagai inhibitor protein anti-apoptosis MCL-1. Senyawa-senyawa tersebut memiliki jalur inhibisi yang berbeda-beda untuk dapat menurunkan MCL-1. Berbagai penelitian in vitro dan in vivo menjelaskan mekanisme senyawa yang berpotensi menjadi MCL-1 inhibitor melalui berbagai metode untuk membuktikan bahwasannya senyawa tersebut dapat menurunkan protein anti-apoptosis MCL-1 sehingga menghasilkan efek terapeutik terhadap mCRPC. Simpulan: Dengan demikian, MLC-1 inhibitor diharapkan dapat menjadi sebuah inovasi dalam pengobatan terapi bagi pasien mCRPC dengan hasil yang lebih baik dan memuaskan.