Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

STUDI PEMIKIRAN HADIS DI INDONESIA Analisis Teori Hadis Hasbi Ash-Shiddieqy Nadhiran, Hedhri
Jurisprudensi: Jurnal Ilmu Syariah, Perundang-undangan, Ekonomi Islam Vol 9 No 1 (2017): JURISPRUDENSI
Publisher : State of Islamic Institute Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This paper attempts to reveal the theory of Hadith of Ash- Shiddieqy, one of the reformers in Indonesia. This topic is interesting to be discussed because Hasbi has been known as an Islamic jurist so that his ideas in the field of Hadith development  are  almost  untouchable.  This  phenomenon strengthens the thesis of the Federspiel ? an Indonesianist, who  argues  that  the  study  of  hadith  is  particularly unpopular  in  Indonesia.  In  researching  Hasbi's  Hadith, the  focus  is  directed  to  three  crucial  issues  around  the polemic  of  modern  hadith  discourse,  which  is  about  the limits of the notion of hadith, hujjah and the science of fiqh al-hadis. The analysis of these three topics shows Hasbi's renewal  ideas  in  the  field  of  Hadith,  especially  in  the context  of  the  Indonesian  period.  This  at  once  shows  his independence for his ijtihad and does not want to be bound by bigotry against a particular school of thought.
EPISTEMOLOGI KRITIK HADIS Hedhri Nadhiran
Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama Vol 18 No 2 (2017): Jurnal Ilmu Agama : Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/jia.v18i2.2363

Abstract

Hadis disepakati sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah al-Qur’an. Namun, untuk dapat menjadikannya sebagai dasar ajaran, hadis harus melewati uji naqd al-hadis dan fiqh al-hadis. Terkait dengan naqd al-hadis, persoalan yang muncul adalah bagaimana menjadikan sebuah hadis dapat diyakini atau diduga kuat berasal dari Nabi saw., mengingat hadis merupakan data sejarah tentang peristiwa masa lalu, dalam hal ini kehidupan Rasulullah. Apa alat ukur (metode) yang dapat dipakai untuk menguji sebuah hadis hingga diyakini keotentikannya berasal dari Rasulullah saw. Pertanyaan ini mengemuka jika melihat sejarah perjalanan hadis yang dinarasikan oleh banyak perawi dengan karakter yang beragam, hadis juga ‘rentan’ mengalami pemalsuan dan penyimpangan, serta proses periwayatannya yang cenderung bersifat ahad, sehingga menjadikan problem otentisitas hadis menjadi diskursus yang sangat marak - bahkan sejak Rasulullah saw, wafat. Untuk itu, para ulama kemudian merumuskan sebuah teori yang disepakati sebagai “batu uji” otentisitas hadis. Inilah yang kemudian menjadi syarat keshahihan hadis, dimana aktivitas pengujian tersebut dikenal dengan kritik hadis atau naqd al-hadis. Oleh sebahagian ulama hadis, aktivitas dan kaedah ini dijadikan sebagai satu cabang ulumul hadis yang disebut dengan ilmu kritik hadis atau ‘ilm naqd al-hadis. Tulisan ini akan menganalisis teori keshahihan hadis dari aspek epistemologi mengingat pada era modern, teori keshahihan ini mendapat kritikan karena dianggap masih memiliki ‘kelemahan’ sehingga penilaian keshahihan hadis yang dilakukan oleh ulama hadis pada masa lalu harus ditela’ah ulang. Terlepas dari pro-kontra yang timbul karena penilaian ini, beberapa para pemikir muslim modern menawarkan metode kritik baru yang diharapkan dapat menutup kelemahan tersebut; baik dengan hanya merekonstruksi kritik sanad ataupun dengan metode penggabungan keduanya (kritik sanad dan kritik matan). Diharapkan, melalui upaya ini diperoleh metode kritik hadis baru yang mampu memberikan tingkat akurasi (kebenaran) otentisitas hadis yang meneguhkan pandangan bahwa hadis benar-benar dapat dinisbahkan kepada Rasulullah saw.
KAJIAN KRITIS KITAB MARAQI AL-‘UBUDIYAH Hedhri Nadhiran
Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama Vol 21 No 1 (2020): Jurnal Ilmu Agama
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/jia.v21i1.6148

Abstract

Hadis merupakan sumber ajaran Islam yang berfungsi sebagai bayan (penjelas) al-Qur’an.Kegagalan memahami hadis akan berimbas pada kegagalan memahami pesan al-Qur’an mengingat sebahagian besar ayat-ayat al-Qur’an bersifat global. Disinilah pentingnya penggunaan metode syarah yang benar untuk mendapatkan pemahaman yang tepat dari sebuah hadis.Salah seorang ulama yang mengambil peran penting ini adalah Syekh Nawawial-Bantani(1813-1897 M), melalui karyanya, Maraqi al-‘Ubudiyah syarah Bidayatul Hidayah sebuah kitab karya Imam al-Ghazali yang banyak mengulas tuntunan atau adab dalam beribadah. Oleh karena berisi tuntunan dan adab beribadah, maka kitab ini menggunakan hadis-hadis Nabi saw sebagai landasan dalam uraiannya. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana metode syarah Syekh Nawawi al-Bantani ketika berhadapan dengan hadis-hadis tersebut. Pertanyaan ini sangat menarik mengingat pemahaman teks agama (hadis) didominasi oleh pemahaman tekstual yang sering memunculkan stigma kaku dan rigid; adanya kebutuhan terhadap sebuah metode syarah dan juga pemahaman hadis yang relevan dengan konteks kekinian; dan sosok Syekh Nawawi al-Bantani serta karya-karyanya yang memiliki kedudukan istimewa dalam jaringan ulama nusantara dan perkembangan intelektual, khususnya di dunia pesantren; serta pemikirannya yang cenderung sufistik, padahal dalam tradisi pemikiran Islam, fiqh - bersama dengan aqidah, sering diposisikan pada kutub yang berlawanan dengan tasawuf sehingga muncul istilah syariah vis a vis hakikat.Temuan terhadap metode syarah al-Bantani sendiri diharapkan mampu menunjukkan keunggulan (dan kekurangan) karyanya ini dan sekaligus menjadikan metode syarahnya sebagai satu alternatif dalam memahami hadis Nabi, khususnya bagi Umat Islam Indonesia.
STUDI PEMIKIRAN HADIS DI INDONESIA Analisis Teori Hadis Hasbi Ash-Shiddieqy Hedhri Nadhiran
Jurisprudensi : Jurnal Ilmu Syariah, Perundangan-Undangan dan Ekonomi Islam Vol 9 No 1 (2017): JURISPRUDENSI
Publisher : State of Islamic Institute Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This paper attempts to reveal the theory of Hadith of Ash- Shiddieqy, one of the reformers in Indonesia. This topic is interesting to be discussed because Hasbi has been known as an Islamic jurist so that his ideas in the field of Hadith development are almost untouchable. This phenomenon strengthens the thesis of the Federspiel – an Indonesianist, who argues that the study of hadith is particularly unpopular in Indonesia. In researching Hasbi's Hadith, the focus is directed to three crucial issues around the polemic of modern hadith discourse, which is about the limits of the notion of hadith, hujjah and the science of fiqh al-hadis. The analysis of these three topics shows Hasbi's renewal ideas in the field of Hadith, especially in the context of the Indonesian period. This at once shows his independence for his ijtihad and does not want to be bound by bigotry against a particular school of thought.
Kerangka Pemahaman Hadis Hasbi Ash-Shiddieqy Hedhri Nadhiran; Sofia Hayati
Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama Vol 23 No 1 (2022): Jurnal Ilmu Agama : Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/jia.v23i1.13022

Abstract

The Problem arises related to hadith is how to search the ideal understanding so that the source of this religion remains relevant and its content can be practiced. History records that the typology of hadith understanding that dominates almost throughout history is textual understanding. In the modern era, this typology has crystallized more and more resulting in the standardization of Islamic religion (orthodoxy) which sometimes seems out of date. This condition is exacerbated by the widespread understanding of several groups of Islamic movements that support and practice fanaticism and radicalism, where in understanding hadith, they tend to be hard textual and it seems easy to brand heresy, even infidels towards other groups so that in the Indonesian context, it can threaten the disintegration of the nation. This is where Hasbi's contribution - as a reformer figure, offers an understanding of hadith by paying attention to the aspect of the spirit or soul of the Shari'a, especially for muamalah traditions. Hasbi's offer seems to be an 'alternative' understanding of hadith which is more moderate and in accordance with the Indonesian condition.
Corak Pemikiran Hukum Islam Hasbi Ash-Shiddieqy antara Purifikasi dan Modernisasi Hedhri Nadhiran
Media Syari'ah Vol 14, No 2 (2012)
Publisher : Sharia and Law Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/jms.v14i2.1880

Abstract

This article aims to examine the Islamic legal thought developed by Hasbi Ash-Shieddieqy between purification and modernization. Studies show that Hasbi is consistently as a modernist. This conclusion is based on two cases that raised issues of worship, which is about the Friday prayers and zakat measurement. In understanding these two issues, Hasbi not solely used naqli (revealed) arguments, but also ‘aqli (reason arguments).
Creating Family Resilience in Indonesia: A Study of “Marriage Guidance” Program in Aceh and South Sumatera Mursyid Djawas; Hedhri Nadhiran; Sri Astuti A. Samad; Zahrul Mubarrak; Muhammad Abrar Azizi
Al-Ihkam, Jurnal Hukum dan Pranata Sosial Vol 17 No 1 (2022)
Publisher : Faculty of Sharia IAIN Madura collaboration with The Islamic Law Researcher Association (APHI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/al-lhkam.v17i1.6150

Abstract

Indonesia still experiences the increasing of divorce rates. To address this issue, the government through the Ministry of Religious Affairs has carried out several strategic programs, including Bimbingan Perkawinan (Marriage Guidance). The study of this paper examines the influence of the program on family resilience in the provinces of Aceh and South Sumatra. It used the normative approach in sociological studies. Data were collected by means of interviews, document studies, and questionnaires. The results of the study by referring to the questionnaire and interview show that the program in Aceh and South Sumatra has been running well. However, it has not been able to create family resilience and the divorce rate still keeps increasing. It is expected that post-marriage counseling should also be conducted so that married couples can establish family resilience as aspired within the community and country.
Tren Akun Instagram Lambe Turah sebagai Pemicu Kontroversi Ditinjau dari Perspektif Hadis Hedhri Nadhiran; Amanda Tria Riswana
Jurnal Riset Agama Vol 2, No 3 (2022): Desember
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jra.v2i3.19914

Abstract

The latest news is not only obtained from television shows, but also through gossip accounts on social media. One of them is an account called @lambeturah. The purpose of this study is to discuss the Lambe Turah Instagram account as a trigger for controversy from the perspective of the hadith of the Prophet Saw. About liars who convey information that is not necessarily true and exaggerate the information. This type of research uses qualitative methods, namely the method of analyzing data not in the form of numbers using a library research approach. This study concludes that in this Instagram account tren there is an element of lies, this can be seen from the delivery of news which is only based on assumptions. It can also be seen from the description of the hadith about the delivery of authentic quality news that the Prophet Saw. taught us to say good things and be silent. This study recommends to the public as a guide before receiving news, to be more careful in using social media.
PENAFSIRAN AHMAD MUSTHAFA AL-MARAGHI TERHADAP QS. AL-MA’UN DAN RELEVANSINYA DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN Lukman Burhanudin Al-amin; Halimatussa’diyah Halimatussa’diyah; Hedhri Nadhiran
Al-Misykah: Jurnal Studi Al-qur'an dan Tafsir Vol 2 No 1 (2021): Al-Misykah: Jurnal Studi Al-Quran dan Tafsir
Publisher : Program Studi Ilmu Al quran dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.02 KB) | DOI: 10.19109/almisykah.v2i1.9052

Abstract

Penelitian ini mengkaji penafsiran Ahmad Musthafa al-Maraghi masalah kemiskinan dan bagaimana relevansi pengentasan kemiskinan. Dalam sejumlah literatur tafsir, masalah pendustaan terhadap agama dikupas secara mendalam sesuai dengan karakter dan kecenderungan mufasirnya. Surat al-Ma’un, di antara ayatnya ada pendusta agama yang tertuang di dalamnya. Namun, banyak juga mengandung hikmah serta nilai-nilai sosial yang dapat dijadikan rujukan untuk memecahkan masalah berupa pengentasan kemiskinan. Salah satu anjuran yang terdapat di dalam surat al-Ma’un adalah mengasihi anak yatim dan fakir/miskin, sehingga mendapatkan kasih sayang serta bentuk rasa kepedulian dari lingkungan sekitar. Islam sangat mendorong kepada umatnya agar tidak lalai dari status makhluk sosialnya yang saling membutuhkan sesama mahkluk ciptaan Allah swt, menganjurkan pemeluknya untuk memerhatikan lingkungan sekitar. Ibadah yang bersifat vertikal tidak lepas begitu saja dengan ibadah yang bersifat horizontal, bagaimana pun juga habluminaalaah dan hambluminnas harus seimbang. Al-Maraghi berbicara tentang orang-orang yang mendustakan agama menjadi persoalan. Mendustakan di sini dapat dimaknai sebagai pengingkaran dan penolakan terhadap kewajiban dalam menjalankan ajaran agama. Temuan penelitian menunjukan bahwa ciri-ciri pendusta agama menurut al-Maraghi adalah orang yang menghardik dan menolak keberadaan anak yatim, tidak memberi makan kepada fakir miskin, suka menghina dan bersikap sombong, shalatnya tidak membekas di hatinya, ingin mendapatkan pujian dan tidak memberikan apa yang dibutuhkan oleh fakir miskin. Relevansi pengentasan kemiskinan adalah seyogyanya umat Islam menumbuhkan sifat tidak bakhil/kikir, anjuran sedekah/infak, beribadah (ritual/spiritual) secara ikhlas, dan membangun etos kerja.
SISTEM KREDIT DALAM SHOPEE PAYLATER PERSPEKTIF HADIS Aprilina; Muhajirin; Hedhri Nadhiran
Al-Shamela : Journal of Quranic and Hadith Studies Vol. 1 No. 2 (2023): Al-Shamela : Journal of Quranic and Hadith Studies
Publisher : CV DOKI COURSE AND TRAINING

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61994/alshamela.v1i2.120

Abstract

This article aims to examine the credit system in Shopee Paylater from a hadith perspective. Shopee Paylater is one of the payment methods in the shopee application with using a bailout or loan funds from shopee. The method of refunding is by installments or credit in every month and with a predetermined time. Each fund used has an excess price of 2,95% of the amount. In that case there are two opinions about Shopee Paylater, some are of the opinion that Shopee Paylater is prohibited because there is an excess price, and the excess price is usury. But there are some who think it is allowed because the Shopee Paylater system has an agreement between shopee and the user. Therefore, it is interesting to examine how the hadith views about Shopee Paylater. This type of research is library and qualitative research. The main data sources used are Sahih al-Bukhari, Sunan Tirmidhi, and Sunan Abi Dawud. Then, the data is analyzed with using descriptive analysis techniques through the ma'anil hadith approach. The results conclude that in the perspective of hadith the Shopee Paylater credit system is allowed, because the terms, conditions, and rhe Shopee Paylater credit system are clear. There is no sense of compulsion and mutually beneficial to each other.