Didik Indradewa
Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada

Published : 31 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

Pertumbuhan dan Hasil Sembilan Kultivar Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) yang Ditanam Bersamaan dengan Jagung (Zea mays L.) dalam Satu Lubang Tanam Fahmi Anugrah Tirta; Didik Indradewa; Erlina Ambarwati
Vegetalika Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.497 KB) | DOI: 10.22146/veg.25982

Abstract

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengukur pertumbuhan dan hasil dari kedelai (Glycine max (L.) Merill) yang ditanam pada beberapa jumlah populasi dalam satu lubang tanam bersama jagung (Zea mays L.). Konsep tersebut diadaptasi dari kebiasaan petani di Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia. Terdapat sembilan kultivar kedelai yang diujicobakan dalam penelitian ini yaitu kedelai ‘Anjasmara’, ‘Burangrang’, ‘Gema’, ‘Gepak Kuning’, ‘Grobogan’, ‘Kaba’, ‘Panderman’, ‘Sinabung’, dan ‘Wilis’. Perlakuan yang diberikan terdiri dari satu kedelai dan satu jagung, dua kedelai dan satu jagung, tiga kedelai dan satu jagung, serta empat kedelai dan satu jagung dalam satu lubang tanam. Penelitian telah dilaksanakan di Kebun Tridharma, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Banguntapan, Yogyakarta mulai bulan Agustus 2015-November 2015. Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dua faktor, dengan tiga ulangan. Data pengamatan dianalisis menggunakan analisis varian (ANOVA), apabila terdapat beda nyata dilakukan uji lanjut jarak berganda Duncan taraf nyata 5% guna mengetahui perbandingan antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penanaman kedelai dan jagung dalam satu lubang tanam mempengaruhi tinggi tanaman, diameter batang, panjang akar, diameter akar, dan bobot kering akar. Kedelai ‘Sinabung’ tetap memberikan hasil per lubang tinggi meskipun ditanam mulai dari satu tanaman kedelai dan satu jagung hingga empat tanaman kedelai dan satu jagung serta memiliki hasil per tanaman yang relatif stabil yaitu sebesar 3,16−4,17 g per tanaman.
Tanggapan Padi Lokal (Oryza sativa L.) Melati Menoreh terhadap Sistem Budidaya Semi Organik dan Organik dengan Jarak Tanam Berbeda di Kalibawang, Kulon Progo Reni Afiat; Didik Indradewa; Dody Kastono
Vegetalika Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.234 KB) | DOI: 10.22146/veg.26170

Abstract

Kebutuhan beras setiap tahun semakin bertambah seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Meningkatnya permintaan kebutuhan beras tersebut tidak diimbangi dengan produksi beras di dalam negeri, sehingga untuk pemenuhannya dilakukan impor beras. Oleh karena itu, untuk dapat memenuhi kebutuhan beras, diperlukan varietas dan lingkungan yang mendukung untuk kegiatan budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tanggapan padi Melati Menoreh yang ditanam secara semi organik dan organik dengan jarak tanam berbeda, serta menentukan jarak tanam yang tepat untuk masing-masing cara budidaya. Penelitian dilaksanakan di Desa Banjararum, Kalibawang, Kulonprogo, Yogyakarta pada bulan Februari-Agustus 2016. Penelitian disusun dalam rancangan multilokasi (oversite) dua faktor dengan lima petak petani sebgai ulangan. Faktor pertama sistem budidaya yang terdiri dari 2 aras, yaitu semi organik dan organik. Faktor kedua jarak tanam yang terdiri dari 2 aras, yaitu       20 cm x 40 cm dan 25 cm x 40 cm. Perubahan sistem budidaya dari semi organik menjadi organik menyebabkan penurunan kadar klorofil total, pertumbuhan, dan kadar amilosa beras yang menyebabkan beras pulen, serta hasil gabah kering panen yang tidak berbeda, yaitu 7,31 ton/ha pada semi organik dan 7,71 ton/ha pada organik. Tetapi pergantian sistem budidaya tersebut dapat meningkatkan bobot beras yaitu dari 3,46 ton/ha menjadi 4,05 ton/ha. Jarak tanam yang lebih lebar dapat meningkatkan kadar klorofil total dan kadar amilosa beras yang menyebabkan beras pera, serta meningkatkan bobot beras di mana pada jarak tanam 25 cm x 40 cm menghasilkan 4,32 ton/ha, sedangkan jarak tanam 20 cm x 40 cm menghasilkan 3,19 ton/ha.
Pengaruh Ketebalan Abu Volkan di Atas Permukaan Tanah yang Jatuh pada Berbagai Fase Tumbuh terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung (Zea Mays L.) Ganang Rudianto; Didik Indradewa; Sri Nuryani Hidayah Utami
Vegetalika Vol 6, No 3 (2017)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.404 KB) | DOI: 10.22146/veg.27959

Abstract

Erupsi gunung berapi tidak dapat diprediksi sedangkan menanam tanaman pangandilakukan secara terus menerus. Abu volkan hasil erupsi gunung Kelud tahun 2014mengarah ke barat daya yaitu ke arah Yogyakarta dengan jarak ratusan kilometer.Tanaman jagung adalah salah satu tanaman pangan yang dibudidayakan dari dataranrendah sanpai dataran tinggi. Stadia pertumbuhan tanaman jagung yang terkena abuvolkan dapat berbeda-beda tergantung kapan erupsi gunung berapi terjadi. Penelitian initelah dilaksanakan di Dusun Peni, Palbapang, Bantul, Yogyakarta mulai bulan Juni-September 2016. Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok lengkap (RAKL)faktorial dua faktor, dengan tiga ulangan. Data pengamatan dianalisis menggunakananalisis varian (ANOVA), apabila terdapat beda nyata dilakukan uji lanjut jarak bergandaDuncan taraf nyata 5% guna mengetahui perbandingan antar perlakuan. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa abu volkan yang jatuh saat tanaman jagung belum berkecambahmenyebabkan tanaman jagung tidak tumbuh. Abu volkan yang jatuh saat tanamanberumur 20 hari atau dalam fase vegetatif secara umum menunjukkan pertumbuhan danhasil yang paling baik, akan tetapi akar tanaman menjadi serabut.
Pengaruh Pengurangan Jumlah Cabang dan Jumlah Buah terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat (Solanum Lycopersicum L.) Risda Hapsari; Didik Indradewa; Erlina Ambarwati
Vegetalika Vol 6, No 3 (2017)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.332 KB) | DOI: 10.22146/veg.28016

Abstract

Tomat ’Servo’ merupakan varietas tomat unggul, tetapi memiliki bobot buah yang tidaksesuai dengan permintaan konsumen. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruhjumlah cabang terhadap pertumbuhan tanaman, pengaruh jumlah cabang dan jumlahbuah terhadap komponen hasil dan hasil buah tomat dan mendapatkan jumlah cabangdan jumlah buah yang memberikan hasil dan ukuran buah maksimal. Penelitian lapangandilakukan dengan rancangan faktorial 3 x 3+1. Faktor pertama jumlah cabang yangdipelihara terdiri dari tiga aras : 1 cabang, 2 cabang dan 3 cabang. Faktor ke dua jumlahbuah yang dipelihara terdiri dari tiga aras : 20 buah, 15 buah dan 10 buah. Kontroldibiarkan tumbuh alami. Tata letak acak kelompok dengan tiga blok sebagai ulangan. Datayang diperoleh dianalisis varian dengan taraf kepercayaan yang digunakan yaitu 95%untuk menyatakan ada perbedaan yang signifikan. Apabila perlakuan menunjukkanperbedaan yang nyata, dilanjutkan dengan perbandingan antar perlakuan dengan ujiTukey (HSD) pada taraf 5%. Hasil penelitian memberikan informasi pengurangan jumlahcabang memberikan pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan tanaman; pengurangan jumlah buah dapat meningkatkan komponen hasil buah tomat; pengurangan jumlah buahmenjadi 4 buah per tandan dapat meningkatkan bobot buah tomat ’Servo’ hingga 93,81 g.
Pertumbuhan dan Hasil Jagung (Zea mays L.) pada Pola Tanam Satu Lubang dengan Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Amal Wira Nurhanafi; Didik Indradewa; Rohlan Rogomulyo
Vegetalika Vol 6, No 4 (2017)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1821.003 KB) | DOI: 10.22146/veg.30899

Abstract

Jagung masih merupakan bahan pangan pokok di beberapa bagian Indonesia, antara laindi Nusa Tenggara Timur (NTT). Di NTT jagung dibudidayakan dengan cara spesifik lokasiyaitu ditanam dalam satu lubang dengan berbagai jenis tanaman lain misalnya kedelaidengan jumlah benih berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhkultivar dan jumlah benih kedelai yang ditanam dalam satu lubang terhadap pertumbuhandan hasil jagung dan kultivar apa dan jumlah benih per lubang berapa yang dapat meningkatkan hasil jagung paling tinggi. Penelitian menggunakan jenis jagung hibridavarietas BISI 2 dan sembilan varietas kedelai unggul yaitu Anjasmara, Burangrang, Gema,Gepak Kuning, Grobogan, Kaba, Panderman, Sinabung dan Wilis. Penelitian ini telahdilaksanakan di Kebun Tridharma, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,Banguntapan, Bantul, Yogyakarta mulai bulan Agustus – November 2015. Penelitiandirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor dan tigaulangan. Perlakuan yang digunakan terdiri dari satu kedelai dengan satu jagung, duakedelai dengan satu jagung, tiga kedelai dengan satu jagung dan empat kedelai dengansatu jagung dan monakultur jagung. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisisdengan menggunakan analisis varian (ANOVA) dengan tingkat kepercayaan 95%.Kemudian dilakukan uji lanjut yaitu Uji Jarak Berganda Duncan dan Uji Lanjut KontrasOrtoganal taraf 5%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kedelaimemberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. Kedelai kultivarGema, Gepak Kuning, Kaba dan Sinabung meningkatkan hasil jagung, kultivar Anjasmara,Grobogan, Burangrang dan Wilis mempengaruhi hasil jagung namun tidak konsisten dankultivar Panderman menurunkan hasil tanaman jagung.
Pengaruh Konsentrasi Besi dan Tekanan Aerasi terhadap Pertumbuhan Tajuk dan Hasil Sawi Hijau (Brassica Juncea (L.) Czern) pada Sistem Hidroponik Rakit Apung Okti Wulandari; Didik Indradewa; Eka Tarwaca Susila Putra
Vegetalika Vol 6, No 4 (2017)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (640.487 KB) | DOI: 10.22146/veg.30916

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi besi dan tekananaerasi larutan nutrisi hidroponik terhadap pertumbuhan tajuk, hasil, dan kadar Fe sawihijau serta menentukan konsentrasi besi dan tekanan aerasi larutan nutrisi hidroponik rakit apung yang optimal untuk memaksimalkan pertumbuhan tajuk, hasil, kadar Fesawi hijau. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Departemen Ilmu Tanah, FakultasPertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada bulan April sampai Mei 2014.Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan petak belah. Faktor tekanan aerasisebagai petak utama yaitu 0 mP; 0,03 mPa; 0,006 mPa; dan 0,012 mPa. Faktorkonsentrasi Fe sebagai anak petak meliputi 0 ppm, 3 ppm, 6 ppm, dan 9 ppm. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara konsentrasi besi dantekanan aerasi terhadap hampir semua variabel pengamatan. Perlakuan tekananaerasi tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tajuk, hasil, dan kadar Fe sawihijau. Hal ini dipengaruhi oleh kedalaman larutan nutrisi hidroponik yang relatifdangkal, sehingga konsentrasi oksigen terlarut yang terukur cukup tinggi di semualevel perlakuan tekanan aerasi. Perlakuan konsentrasi Fe 0 ppm menyebabkanpertumbuhan tajuk sawi terhambat, sehingga menyebabkan kematian sawi hijau.Perlakuan konsentrasi Fe 3 ppm memiliki pertumbuhan tajuk dan hasil yang samabaiknya dengan perlakuan konsentrasi 6 ppm dan 9 ppm. Peningkatan konsentrasi Fesampai 9 ppm dapat meningkatkan kadar Fe dalam jaringan sawi hijau dan serapanFe.
Pengaruh Waktu dan Tinggi Pemotongan Tunggul terhadap Komponen Hasil dan Hasil Padi (Oryza sativa L.) Ratun Vicky Silvia Nuzul; Didik Indradewa; Dody Kastono
Vegetalika Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.725 KB) | DOI: 10.22146/veg.35773

Abstract

Ratun adalah tunas tanaman padi yang tumbuh dari tunggul yang telah dipanen, sehingga dapat memberikan tambahan produksi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan membandingkan komponen hasil dan hasil padi ratun dengan padi induk, mempelajari pengaruh waktu dan tinggi pemotongan tunggul terhadap komponen hasil dan hasil padi ratun serta menentukan waktu dan tinggi pemotongan yang optimal bagi komponen hasil dan hasil padi ratun. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2017 di lahan penelitian Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) Universitas Gadjah Mada Kalitirto, Berbah, Sleman, D. I. Yogyakarta. Rancangan yang digunakan adalah rancangan petak terbagi (split plot) dengan waktu pemotongan sebagai faktor utama dan tinggi pemotongan sebagai anak petak dengan 3 blok sebagai ulangan. Waktu pemotongan terdiri dari 3 aras yaitu saat panen, 7 hari setelah panen, dan 14 hari setelah panen. Tinggi pemotongan terdiri dari 4 aras yaitu 3 cm, 13 cm, 23 cm, dan 33 cm di atas permukaan tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen hasil dan hasil padi ratun lebih rendah dibandingkan padi induk. Pemotongan yang dilakukan pada saat panen, 7, 14 hsp dengan ketinggian pemotongan dekat dengan permukaan tanah akan memperlambat fase generatif, meningkatkan komponen hasil dan hasil padi ratun. Komponen hasil dan hasil padi ratun tertinggi dicapai pada pemotongan yang dilakukan saat panen dengan ketinggian 3 cm di atas permukaan tanah dengan hasil gabah 3,54 ton/ha.
Karakter Morfologi Akar dan Hasil Padi Ratun (Oryza sativa L.) pada Perbedaan Waktu dan Tinggi Pemotongan Tunggul Sisa Panen Ananta Bayu Pratama; Didik Indradewa; Erlina Ambarwati
Vegetalika Vol 7, No 4 (2018)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/veg.37170

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu dan tinggi pemotongan tunggul sisa panen yang optimal untuk mendukung pertumbuhan akar sehingga diperoleh daya hasil padi ratun maksimal. Percobaan lapangan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap split plot 2 faktor dan 3 blok sebagai ulangan.  Percobaan lapangan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap split plot 2 faktor dan 3 blok sebagai ulangan.  Petak utama berupa waktu pemotongan tunggul, terdiri dari 3 taraf yaitu: saat panen (0 HSP), 7 hari setelah panen (7 HSP) dan 14 hari setelah panen (14 HSP). Anak petak berupa tinggi pemotongan tunggul, terdiri dari 4 taraf yaitu: 4 cm, 14 cm, 24 cm dan 34 cm. Variabel yang diamati berupa variabel morfologi akar dan hasil padi ratun. Data yang diperoleh dianalisis varians (ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95%, dilanjutkan dengan uji polinomial orthogonal. Hubungan antar variabel pengamatan ditentukan dengan analisis korelasi. Hasil penelitian memberi informasi bahwa waktu pemotongan tunggul sisa panen berpengaruh terhadap diameter akar dengan waktu pemotongan terbaik 10 HSP yang menghasilkan diameter sebesar 0,89 mm, namun tidak berpengaruh nyata terhadap sifat perakaran lainnya. Pemotongan tunggul setinggi 4 cm di atas permukaan tanah menghasilkan pertumbuhan akar baru yang lebih baik dan ukuran diameter akar yang lebih besar. Padi ratun yang memiiki pertumbuhan akar yang baik dan diameter akar yang lebih besar memiliki lama fase vegetatif yang lebih panjang (44 hari) dan produktivitas gabah yang lebih tinggi (3,39 – 3,54 ton/ha).
Pengaruh Aplikasi Silika terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) pada Kondisi Salin Afiffah Ikhsanti; Budiastuti Kurniasih; Didik Indradewa
Vegetalika Vol 7, No 4 (2018)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/veg.37176

Abstract

Salinitas merupakan salah satu faktor abiotik yang membatasi pertumbuhan dan produktivitas tanaman di seluruh dunia. Penyerapan Si oleh tanaman diketahui mampu mengurangi cekaman salinitas melalui perbaikan pada pertumbuhan dan hasil tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi serta pengaruh penambahan silika terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi tercekam salinitas. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada pada bulan Juni-September 2017. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 2 faktor dan 3 blok yang dijadikan sebagai ulangan. Faktor pertama yaitu tingkat cekaman salinitas akibat penambahan NaCl (N) yang terdiri atas tiga level yaitu air non salin (<0,4 dS/m), 4 dS/m, dan 8 dS/m. Faktor kedua adalah konsentrasi SiO2 (S) yang terdiri dari 0 mM, 1 mM, 2 mM, dan 3 mM. Hasil menunjukkan bahwa pada kondisi tanpa pemberian silika, tanaman padi tidak mampu bertahan terhadap cekaman salinitas dilihat dari penurunan gabah kering giling yang terjadi, sedangkan pada penambahan silika konsentrasi 1-2 mM menyebabkan tanaman mempertahankan hasil hingga salinitas 8 dS/m.
Pengaruh Aplikasi Silika terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) pada Kondisi Salin Afiffah Ikhsanti; Budiastuti Kurniasih; Didik Indradewa
Vegetalika Vol 7, No 4 (2018)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.081 KB) | DOI: 10.22146/veg.41144

Abstract

Salinitas merupakan salah satu faktor abiotik yang membatasi pertumbuhan dan produktivitas tanaman di seluruh dunia. Penyerapan Si oleh tanaman diketahui mampu mengurangi cekaman salinitas melalui perbaikan pada pertumbuhan dan hasil tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan silika terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi tercekam salinitas. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada pada bulan Juni-September 2017. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 2 faktor dan 3 blok yang dijadikan sebagai ulangan. Faktor pertama yaitu tingkat cekaman salinitas akibat penambahan NaCl (N) yang terdiri atas tiga level yaitu air non salin (<0,4 dS/m), 4, dan 8 dS/m. Faktor kedua adalah konsentrasi SiO2 (S) yang terdiri dari 0, 1, 2, dan 3 mM. Hasil menunjukkan bahwa pada kondisi tanpa pemberian silika, tanaman padi tidak mampu bertahan terhadap cekaman salinitas dilihat dari penurunan gabah kering giling yang terjadi, sedangkan pada penambahan silika konsentrasi 1-2 mM menyebabkan tanaman mampu mempertahankan hasil hingga salinitas 8 dS/m.