Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PENDAYAGUNAAN MODAL SOSIAL DALAM PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT: STUDI PADA PROGRAM PENDIDIKAN DESA VOKASI Entoh Tohani; Sumarno Sumarno; Yoyon Suryono
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi Vol 3, No 2 (2015): Desember
Publisher : Graduate School, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jppfa.v3i2.7534

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memahami pendayagunaan modal sosial dalam pendidikan kewirausahaan masyarakat dalam upaya memberdayakan masyarakat. Sebagaimana diketahui, keberhasilan penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan ditentukan oleh keberfungsian modal sosial yang didayagunakan oleh kelompok sasaran. Modal sosial dipandang sebagai sesuatu yang produktif untuk keberhasilan pengelolan usaha wirausaha. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis penelitian studi kasus (case study). Unit analisis yang dikaji adalah pendidikan kewirausahaan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk program pendidikan desa vokasi yang terdiri dari satu PKuM rintisan dan dua PKuM imbas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendayagunaan modal sosial yang mencakup pemanfaatan nilai, norma, dan komitmen positif, pengembangan kepercayaan, pengembangan jejaring wirausaha, dan pengelolaan informasi dan komunikasi dalam upaya menyukseskan usaha wirausaha dilakukan oleh para pelaku wirausaha atau kelompok sasaran dengan tingkat kualitas pendayagunaan yang berbeda-beda. Pendayagunaan modal sosial ini menghasilkan manfaat bagi kelompok sasaran yang mencakup peningkatan jejaring usaha, pengetahuan dan keterampilan, legalitas dan pendanaan. Oleh karenanya, modal sosial sebagai salah satu penentu keberhasilan penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan dan/atau pemberdayaan masyarakat perlu dimanfaatkan dan dikembangkan secara berkelanjutan dan akuntabel.
TUAN GURU SEBAGAI TOKOH PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI PEDESAAN Aswasulasikin Aswasulasikin; Siti Irene Astuti Dwiningrum; Sumarno Sumarno
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi Vol 3, No 1 (2015): Juni
Publisher : Graduate School, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.315 KB) | DOI: 10.21831/jppfa.v3i1.6669

Abstract

Tuan Guru sebagai tokoh agama dan tokoh masyarakat di Pulau Lombok mempunyai pengaruh yang besar di tengah-tengah masyarakatnya, karena tokoh masyarakat memiliki keunggulan, baik dalam ilmu pengetahuan, jabatan, dan secara langsung dari keturunan. Tuan Guru sebagai pusat orientasi nilai dan moral ikut bertanggung jawab dalam proses pencerdasan kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara. Secara kelembagaan Tuan Guru mengembangkan dua jenis pendidikan yaitu pendidikan formal dan non formal yang mendukung secara penuh tujuan dan hakikat pendidikan manusia itu sendiri, yaitu membentuk manusia mukmin yang sejati, memiliki kulitas moral dan intelektual. Pembangunan pendidikan melalui pendidikan formal yang dikembangkan oleh Tuan Guru melalui pendirian Pondok Pesantren yang di dalamnya di dirikan pendidikan dasar dan menengah yang terdiri dari:  madrasah ibtidaiyah (MI) setara SD, madrasah tsanawiyah (MTs) setara SLTP, madrasah aliyah (MA) setara SMA. Sedangkan pembangunan pendidikan non formal di pedesaan dikembangkan dalam bentuk diniyah.
PENGEMBANGAN MODEL AKREDITASI SEKOLAH TINGKAT SLTP DAN SMU SUMARNO SUMARNO; NUR KHOLIS
Jurnal Kependidikan Vol. 32, No.2 (2002)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9976.68 KB) | DOI: 10.21831/jk.v32i2.5062

Abstract

Abstract This study was aimed to developing school accreditation odel, covering the aspects of organization, working scheme, instrumentation, scoring system, and the determination of the accreditation standing. The instrument has been restricted to the essential elements so that schools can be expected to be able to evaluate themselves. It has been tried   out at three Junior and three Senior High Schools in each of two provinces, the Province of Yogyakarta and the Provinces of Lampung. Those schools are the schools of high, medium, and low standing. The accreditation organization resulted consists of three levels, namely the School Accreditation Board, the Regional Accreditation Board, and the National accreditation Board. Keywords: accreditation model, school accreditation board, regional accreditation board, and national accreditation board.
Evaluasi dampak pendidikan dan pelatihan pengembangan keprofesian berkelanjutan guru Matematika di PPPPTK Matematika Yogyakarta Adi Wijaya; Sumarno Sumarno
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Vol 21, No 2 (2017)
Publisher : Graduate School, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.989 KB) | DOI: 10.21831/pep.v21i2.10113

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dampak pendidikan dan pelatihan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru matematika yang diselenggarakan di PPPPTK Matematika tahun 2013 dan 2014 terhadap perubahan perilaku alumni dalam melakukan kegiatan PKB yang meliputi: (1) bentuk kegiatan PKB setelah diklat, dan (2) kendala/hambatan dalam melakukan kegiatan PKB. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi dengan menggunakan model Empat Level Kirkpatrick. Sampel penelitian ini adalah alumni Diklat PKB Guru Matematika tahun 2013 dan 2014. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang dikirimkan melalui pos, observasi, dan wawancara terstruktur. Data dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan diklat PKB yang diselenggarakan PPPPTK Matematika belum berdampak banyak terhadap perubahan perilaku alumni. AN EVALUATION OF THE IMPACT OF EDUCATION AND TRAINING ON CONTINOUS PROFESSIONAL DEVELOPMENT OF MATHEMATICS TEACHERS IN PPPPTK MATHEMATICS OF YOGYAKARTAAbstractThis study aims to describe the impact of education and training on Continous Professional Development (CPD) of mathematics teachers held by PPPPTK Mathematics of Yogyakarta in 2013 and 2014 which includes: (1) the form of CPD activities after training, and (2) the reason for not conducting CPD. This study is evaluation research using Kirkpatrick’s Four-Level Model. The sample was participants of education and training on Continous Professional Development (CPD) of mathematics teachers held by PPPPTK Mathematics of Yogyakarta in 2013 and 2014. The data were collected using questionnaires sent by mail and structured interviews, and analyzed using the descriptive analysis. The results show that education and training on Continous Professional Development (CPD) of mathematics teachers held by PPPPTK Mathematics of Yogyakarta in 2013 and 2014 do not have much impact on alumni’s behavioral change.
Paradigma pendidikan agama dalam masyarakat plural Ju'subaidi Ju'subaidi; Noeng Muhadjir; Sumarno Sumarno
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Vol 20, No 2 (2016)
Publisher : Graduate School, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.035 KB) | DOI: 10.21831/pep.v20i2.7256

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengungkap paradigma yang mendasari pelaksanaan pendidikan agama di sekolah pluralistik, dan menghasilkan paradigma pendididikan agama yang lebih relevan dengan masyarakat Indonesia yang pluralistik. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif dengan menggunakan pendekatan kualitatif intepretif fenomenologi. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam didukung dengan observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis interaktif yang meliputi reduksi data, display data dan kesimpulan. Di samping itu, juga menggunakan Interpretive Phenomenolgy Analysis. Hasil penelitian adalah Pelaksanaan pendidikan agama konvensional di sekolah yang pluralistik belum mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 dan PERMENAG Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama pada Sekolah. Paradigma yang mendasari pendidikan agama adalah eksklusif dan inklusif. Paradigma pendidikan agama yang relevan dengan kondisi bangsa Indonesia yang pluralistik adalah paradigma budaya pluralisme demokratis-emansipatoris.Kata kunci:  paradigma, eksklusif, inklusif, konvensional, phenomenology, demokratis-emansipatoris THE PARADIGM OF RELIGION EDUCATION IN A PLURAL COMMUNITYAbstractThis study was to uncover the paradigm that became the basis of the implementation of conventional religion education in the pluralistic schools and to generate a religion education paradigm that would be more relevant to the pluralistic Indonesian society. The approach that the researcher employed in the study was the qualitative interpretative phenomenology. The data were collected through an in-depth interview, and the in-depth interview was supported by an observation and documentation. Then, for the data analysis the researcher implemented the interactive analysis that included data reduction, data display and conclusion. In addition, the researcher also implemented the Interpretive Phenomenology Analysis. The results of the study show that the implementation of conventional religion education in the pluralistic schools has not fulfilled the requirements of the Government Regulation Number 55 Year 2007 and the Minister of Religion Decree Number 16 Year 2010 about the Management of Religion Education in the School. The paradigm that becomes the basis of religion education is the exclusive and inclusive education. The religion education paradigm that is relevant to the conditions of pluralistic Indonesian society is the one which is democratic-emancipative, and pluralistic.Keyword: paradigm, exclusive, inclusive, conventional, phenomenology, democratic-emancipatory
KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENDAYAGUNAAN MODAL SOSIAL UNTUK PENINGKATAN VITALITAS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SWASTA Suwadi Suwadi; Suyata Suyata; Sumarno Sumarno
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi Vol 4, No 2 (2016): Desember
Publisher : Graduate School, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.408 KB) | DOI: 10.21831/jppfa.v4i2.7172

Abstract

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan pola pendayagunaan modal sosial untuk peningkatan vitalitas sekolah swasta. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif naturalistik. Lokasinya di Kabupaten Sleman. Subjek terdiri dari tiga kasus yang dipilih secara purposive. Prosedur penelitian ditempuh dengan empat langkah, dengan metode penggalian data: observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan model induktif sedangkan tingkat kepercayaan hasil-hasil penelitian ditempuh dengan cara terpenuhinya kriteria kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan konformabilitas. Temuan penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, terdapat variasi dalam pemanfaatan modal sosial sekolah. Kedua, pendayagunaan modal sosial menunjukkan pola menjembatani dan mempererat melalui komponen jejaring, relasi saling menguntungkan dan membantu, dan kepercayaan. Ketiga, kebijakan kepada sekolah dalam memanfaatkan modal sosial ditunjukkan oleh integritas sekolah dalam program pengembangan akademik, sumber daya manusia, sistem pendanaan dan budaya lokal. Keempat, kebijakan pemanfaatan modal sosial didasarkan pada nilai militansi dan loyalitas (kasus pertama),nilai silaturahim dan syafaat (kasus kedua), dan universalisme Islam (kasus ketiga).
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN, MELALUI PROSES PENDIDIKAN NONFORMAL, UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI KABUPATEN HALMAHERA BARAT Safri Miradj; Sumarno Sumarno
JPPM (Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat) Vol 1, No 1 (2014): March 2014
Publisher : Departement of Nonformal Education, Graduate Scholl of Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.7 KB) | DOI: 10.21831/jppm.v1i1.2360

Abstract

Tujuan penelitian untuk mengetahui proses pemberdayaan melalui pendidikan nonformal dalam melaksanakan kegiatan pelatihan kepada masyarakat miskin untuk meningkatkan kesejahteraan sosial di Kabupaten Halmahera Barat. Penelitian kualitatif, pendekatan fenomenologi, sampel penelitian, PKBM Mario Laha, PKBM Merpati, Orsos Melati, Orsos Tunas Harapan dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Sonyinga, responden, penggelola lembaga, masyarakat miskin atau warga belajar, dan tokoh masyarakat. Pengumpulan data, metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian yaitu, (1) proses pemberdayaan yang dilakukan lembaga pendidikan nonformal belum sesuai harapan warga belajar yang terlibat dalam proses tersebut, dan belum memperhatikan aspek kebutuhan yang diperlukan warga belajarnya, (2) hasil yang di timbulkan pasca mengikuti proses pemberdayaan di lembaga-lembaga pendidikan nonformal belum membantu masyarakat miskin meningkatkan kehidupannya, dan (3) hubungan kerja sama yang selama ini dibangun oleh PKBM Merpati, PKBM Mario Laha, Orsos Tunas Harapan, Orsos Melati, dan LPM Sonyinga hanya sebatas pemerintah daerah.Kata kunci: pemberdayaan, kemiskinan, pendidikan nonformal, kesejahteraan sosial, PKBM, Orsos, dan LPM. THE EMPOWERMENT OF THE POOR THROUGH THE NON-FORMAL EDUCATION PROCESS AS AN EFFORT TO IMROVE THE SOCIAL WELFARE IN WEST HALMAHERA REGENCYAbstractThis study aims to investigate the empowerment process through non-formal educational institutions in the implementation of training activities for the poor to improve the social welfare in West Halmahera Regency. This study employed the qualitative using the phenomenological approach. The sample comprised MarioLaha Center for Community Learning Activities (CCLA), Merpati CCLA, Melati Social Organization (SO), Tunas Harapan SO, and Sonyinga Community Empowerment Institution (CEI). The respondents included the managerial personnel of the institutions, the poor people or learning participants, and community leaders.  The data were collected through observations, interviews, anddocumentation. The findings show that: (1) the empowerment processes carried out by non-formal educational institutions have not satisfied the expectations of the learning participants involved in the process and have not fully taken account of the aspects related to their needs, (2) the results of the empowerment processes in the non-formal educational institutions do not help the poor improve their life, and (3) the cooperative relationship that so far has been established by Merpati CCLA, Mario Laha CCLA, Melati SO, Tunas Harapan SO, and Sonyinga CEI is limited to the local government.Keywords: empowerment, poverty, nonformal education, social welfare, CCLA, SO, CEI
The measurement model of historical awareness Aisiah Aisiah; Suhartono Suhartono; Sumarno Sumarno
REID (Research and Evaluation in Education) Vol 2, No 2 (2016): December
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta & HEPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/reid.v2i2.8399

Abstract

The study aimed to develop a measurement model of historical awareness through a research and development model adopted from the Plomp model. Historical awareness was measured through four components, namely: knowledge of historical events, understanding of historical research method, meaning of historical events, and usefulness of history. The development procedures of the development model included a preliminary investigation in the form of literary study about the constructs of historical awareness. In the design stage, the researcher designed a conceptual model and a hypothetical measurement model about historical awareness. Then, the researcher performed a test construction namely assembling the test instrument for measuring historical awareness. Eventually, the researcher administered a test, did evaluation and made revision. The test in the study referred to the empirical testing of the instrument, while the evaluation in the study referred to the efforts to identify the obstacles that the participants encountered within the empirical testing of the instrument in order to revise it. The empirical testing of the instrument involved history teacher-candidates at Universitas Negeri Yogyakarta and Universitas Negeri Padang. The data were gathered through the test by using the measurement instrument in the form of associative multiple choice test. For the construct analysis, the researcher implemented confirmatory factor analysis by means of Lisrel 8.80 program. The results of the analysis show that the χ2 = 121.98, the p-value = 0.11, RMSEA = 0.043. In other words, the measurement model of historical awareness that had been developed was supported by the empirical data.
PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN LIFE SKILLS BERBASIS KEWIRAUSAHAAN MELALUI EXPERIENTIAL LEARNING Iis Prasetyo; Entoh Tohani; Sumarno Sumarno
Jurnal Ilmiah Visi Vol 8 No 2 (2013): VISI : Jurnal Ilmiah Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal
Publisher : Direktorat Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.445 KB) | DOI: 10.21009/JIV.0802.2

Abstract

The existing life skill education program is not effective to reduce community poverty as the program just focus on producing more community hardskills than community softskills. This research aimed to create a model of entrepreneurship based 4-H lifeskills to decrease rural poverty. This research was conducted as from May through November 2013, in three regions of Gunung Kidul, Special Region of Yogyakarta. The data were collected by interview, documentation, observation and questionaire then analysed qualitatively and quantitatively. Research result shows: (1) most of the target research group members have dificulties in implementing several skills they obtained in the previous training; (2) the 4-H lifeskills model designed on the basis of empirical community condition is able to optimalize the use of the target group member resources; and (3) the model testing shows all of the three target groups have increasing mean of 4-H lifeskills perception. It means the model 4-H developed by researcher are effective.